Chapter 277 - Lampion

Saat matahari semakin terbenam, mereka dengan cepat membakar Api unggun untuk dijadikan sebagai penghangat pada Angin laut yang cukup dingin saat malam hari.

"Kau memang sesuatu Sya, aku bahkan masih belum menyangka kalau kalian akan menikah." Karin memandang langit yang sudah mulai menampakkan kelap-kelip nya.

"Aku juga seperti itu, tapi banyak hal yang sudah terjadi antara aku dan Adith. Adith berperan penting dalam dua hal di hidupku, Ia bisa menjadi kekuatan sekaligus kelemahan ku. Dan karena itu memilikinya untuk terus berada disisi ku memang menaruh resiko yang besar, namun aku lebih memilih untuk bisa bersama dengan dia." terang Alisya memandang langit yang sama dengan Karin.

"Apa kau sudah terpikir akan apa yang kau lakukan nanti setelah menikah dengan Adith?" Mereka yang masih muda membuat Karin berpikir bahwa keduanya mungkin masih belum memikirkan bagaimana kerasnya kehidupan berumah tangga seperti apa.

"Entahlah, aku hanya berpikir bahwa seberat apapun masalah yang akan kami hadapi nanti, akan jauh lebih mudah jika kami bersama dibanding jika kami terpisah." senyum Alisya yang saat itu memang masih belum tahu akan apa yang bisa terjadi dimasa depannya, namun bagi dia selama mereka bersama maka mereka pasti akan bisa melaluinya.

"Kau tau, aku akan terus mendukungmu sampai kapanpun itu selama kamu bisa menemukan kebahagiaanmu disana." tatap Karin kepada Alisya memperlihatkan ketulusannya.

"Aku pun sama, aku akan terus mendukung mu melakukan hal yang kamu mau bukan terpaut apa yang aku mau!" tegas Alisya kepada Karin dengan menyuruh Karin bahwa ia juga bebas memilih kebahagiaan nya sendiri tanpa harus terus terpaku kepada Alisya seperti selama ini ia lakukan.

Saat mereka sedang berbincang-bincang mengelilingi api unggun, Beni segera memegang sebuah ember plastik yang kemudian di pukul pukulannya menghasilkan tabuan yang cukup merdu. Gani serta Yogi juga ikut memainkan gitar nya ditemani oleh Gina yang bermain biola. Harmoni mereka begitu indah sampai Alisya dan Karin larut dalam alunan musik mereka.

"Mau melakukan sesuatu yang seru?" tanya Karin kepada mereka semua dengan penuh antusias.

"Apa itu?" tanya Adora dengan kerutan kening.

Karin langsung menatap ke arah Akiko dan dengan cepat mereka kembali menuju ke penginapan yang tak jauh dari tempat mereka bersantai dan kembali dengan 1 kotak dos yang cukup besar.

"Apa yang ingin kamu lakukan sebenarnya?" tanya Aurelia ikut membuka tutup dos tersebut dengan penasaran.

"Lampion?" ucap Feby dengan tatapan yang sangat antusias saat melihat ada lampion disana.

"Oke aku pilih yang ini." Alisya dengan cepat mengambil sebuah kembang api yang cukup besar dengan tatapan yang mengerikan.

"Lepaskan itu! A... aku tak mengizinkan kau menggunakannya! tidak dengan tatapan mengerikan mu itu." terang Karin menarik cepat kembang Api tersebut dari tangan Alisya karena takut.

"Tck,,, tidak menyenangkan. Dasar pelit!" ketus Alisya kembali duduk karena tak begitu tertarik dengan lampion.

"Apa yang akan kita lakukan selain menerbangkan lampion ini?" tanya Gani merasa sayang jika hanya menerbangkannya saja.

"Bagaimana kalau menghiasinya? atau kita juga bisa menuliskan sebuah harapan disana. Hanya untuk seru-seruan saja!" ucap Yogi cepat yang ikut merasa penasaran dengan apa yang dibawa oleh Karin dan Akiko.

"Ya kau benar, sepertinya itu akan jauh lebih menarik." tegas Riyan cepat.

"Oke aku punya ide yang lebih ekstrim lagi. Bagaimana jika penerbangan lampion dan penulisannya bisa kita buat dengan berpasangan ?" terang Karin penuh semangat.

"Nah.. Bagaimana kalau pasangan itu kita lakukan dengan lot. Jadi mereka yang memiliki nomor yang sama adalah mereka yang akan berpasangan." tambah Emi untuk menjadikan malam itu menjadi semakin menyenangkan.

"Bagaimana, apa kalian setuju?" tanya Adora kepada teman-temannya yang lain.

"Anak dari IIS juga bisa ikutan!" seru Akiko kepada Mizan dan yang lainnya.

Hanya Ubay saja dan Gery yang tak terlihat berada disana. Sedangkan Mizan serta yang lainnya ikut berkumpul untuk menyaksikan kegiatan mereka pada malam itu.

"Kami tidak masalah!" terang Mizan dengan penuh senyuman.

Karin menatap kepada Adith yang dengan malas menaikkan jempolnya untuk mencoba mengiyakan apa yang sedang mereka rencanakan saat itu.

"Oke, kalau begitu silahkan Ambil lot nya dan segera berdiri di tempat yang sesuai dengan nomor." Karin langsung mengarahkan mereka setelah selesai menyiapkan semuanya. Bahkan Alisya tak menduga kalau Karin begitu antusias bisa menyelesaikan segalannya.

Setelah selesai mengambil Lot, pada Akhirnya Alisya melihat nomornya berada pada Angka 3. Namun ia sengaja belum memutuskan untuk untuk melangkah maju dan masih memperhatikan keadaan sekitar.

"Kamu dapat nomor berapa Sya?" tanya Adora setengah berbisik kepada Alisya dengan pandangan lurus kepada Karin agar tidak dirurigai.

"3 Kau?" tanya Alisya santai tak peduli akan apa yang sedang di genggamnya.

"Aku 5. Sebenarnya aku tak sengaja melihat kertas dari Zein yang berangka 3, maukah kau bertukar denganku?" terang Adora menatap Alisya dengan senyuman kaku yang bisa dipahami oleh Alisya bahwa ia dengan sekuat tenaga sedang memohon kerja sama Alisya.

"Kau tidak perlu seperti itu, tentu saja aku akan memberikannya. Aku tau selama ini kau berjuang untuk terus mendapatkan perhatiannya, tapi kau harus sabar karena Zein tipe orang yang tidak begitu peka pada orang lain. Meski kadang aku sudah melihat ada sebuah signal di berikannya." terang Alisya yang tanpa disadari oleh Adora, dia sudah menukar kertas mereka.

Alisya segera memberi kode pada kepada Adora untuk melihat kertas yang sudah ditukarnya kemudian maju kedepan langsung berdiri di angka 5.

Karin berpasangan dengan Riyan, Alisya dengan Mizan, Gani dengan Emi, Gina dengan Erik, Yogi dan Akiko, Feby bersama Rinto, Adith bersama Aurelia, Zein bersama dengan Adora dan Ryu berpasangan dengan Beni.

"Kenapa hanya kita berdua yang tidak memiliki pasangan wanita?" Beni meringis sedih melihat pasangannya si cantik Ryu.

Ryu hanya bisa menatap tajam ke arah Riyan dan Karin yang sudah berpasangan memegang dan menghiasi lampion mereka dengan begitu akrab.

"Apakah ini sebuah keajaiban atau kebetulan sih?" lirik Aurelia kepada Adith dengan tatapan canggung. Adith hanya tersenyum lembut sambil terus menuliskan sesuatu pada lampion mereka berdua.

"Apa aku harus membakar habis saja lampion mereka berdua?" tatap Yogi kepada Aurelia yang sedang memandang Adith dengan tersenyum manis.

"Ide terbaik yang harus kau lakukan adalah membakar kenangan mereka bersama dan melemparnya ke laut." seru Akiko santai sembari terus mengerjakan sesuatu pada lampionnya.

Semuanya larut pada emosi masing-masing saat menghiasi lampion yang sudah disediakan oleh Karin bersama dengan Akiko sesaat sebelum berangkat.