Chapter 278 - Menerbangkan Lampion

Mizan yang berpasangan dengan Alisya menjadi sedikit kaku dan salah tingkah. Ia bingung tak tahu harus bagaimana bersikap dihadapan Alisya.

"Apa kau serius ingin menikah di usia muda?" tanya Mizan setelah cukup lama terdiam dan hanya berfokus pada lampion mereka.

Tidak menjawab, Alisya hanya tersenyum saja mendapatkan pertanyaan dari Mizan. Ia merasa hal tersebut tidak perlu ia jawab karena tanpa ia jawab pun Mizan harusnya sudah bisa menebaknya.

"Ummm... apa yang membuatmu berpikiran untuk menikah di usia muda?" tanya nya lagi ingin mendapat jawaban dari Alisya. Dia yang dari awal sudah tertarik kepada Alisya merasa bahwa ia telah kehilangan kesempatannya karena hanya mengagumi Alisya dari kejauhan saja.

"Ketika kau merasa bahwa suatu rasa itu akan lebih mudah untuk di wujudkan dan dibuktikan dalam satu ikatan yang halal, maka kau tak perlu alasan untuk menunda dirimu memilikinya." terang Alisya yang sudah menyelesaikan bagiannya.

Tulisan tangan Alisya terlihat sangat rapi dan indah, namun itu terlihat seperti sandi yang hanya diketahui oleh Alisya.

"Apa yang akan kau tulis?" tanya Adora ragu-ragu kepada Zein.

"Bukan sesuatu yang penting" ucapnya datar dan santai.

"Benarkah? bisa aku melihatnya?" Adora mencoba berpindah posisi ketempat Zein secara perlahan-lahan.

"Tetap di tempat mu dan jangan ganggu diriku." ucap Zein dingin.

Adora menjadi bingung dengan sikap dingin yang sekarang di tunjukan oleh Zein. Bukankah kemarin ia sudah terlihat lebih ramah kepada dirinya, kali ini malah ia kembali bersikap dingin kepada Adora.

"Ada apa dengannya?" batin Adora kembali ke tempat duduknya dengan muka kesal. Zein sedikit menyunggingkan senyumnya melihat tingkah kesal Adora.

Zein adalah orang yang tidak begitu suka menunjukkan bagaimana perasaanya kepada orang lain sehingga terkadang tanpa ia tahu kalau itu bisa menyakiti orang lain.

"Apa kalian sudah selesai? saatnya menerbangkan lampion kalian." seru Karin cepat ketika sudah menyelesaikan lampion mereka dengan cepat.

Karin dan Riyan yang berpasangan sedari tadi hanya diam-diaman dengan Riyan yang tak berani melakukan apapun ataupun berbicara lebih banyak kepada Karin karena Karin terlihat sangat Fokus akan apa yang sedang ditulisnya, sehingga kesempatannya lagi-lagi berlalu begitu saja.

Mereka semua bersiap setelah selesai membakar lampion mereka yang kemudian setelah beberapa saat, mereka melepaskan lampion itu secara perlahan-lahan ke langit. Mizan yang melihat senyum manis Alisya yang begitu terpaku dan terpesona pada semua lampion yang mereka terbangkan tersebut membuat Mizan memberanikan diri.

"Alisya, maukah kau ikut bersamaku? umm... aku hanya ingin mengucapkan terimakasih kepadamu atas kebaikanmu tempo hari" terang Mizan kepada Alisya yang mengerutkan keningnya karena bingung.

Alisya tak ingat kalau ia pernah berbuat kebaikan kepada Mizan, namun setelah terdiam beberapa saat ia akhirnya ingat saat mereka berada pada perlombaan, Alisya memberikan semangat dan nasehat kepada Mizan yang sempat mengalami gugup saat ingin bertanding.

"Jika untuk terimakasih, kenapa aku harus ikut bersamamu? aku rasa cukup dengan ucapan terimakasih saja." terang Alisya santai.

"Bukankah kau sendiri yang bilang aku bisa mentraktir mu es krim saat aku bisa memenangkan pertandingan itu?" tegas Riyan yang pernah menawarkan Alisya es krim namun ketika ia berhasil menang saja dan pada akhirnya Mizan bisa memenangkan pertandingan tersebut.

"Baiklah..." ucap Alisya mengikuti langkah Mizan menuju ke kafe yang tak jauh dari tempat mereka.

"Emmm... duduklah disini, biar aku mengambil es krimnya dulu." ucap Mizan sembari pergi meninggalkan Alisya pada kursi pantai yang berada di resort tersebut.

Adith menoleh kepada Mizan dan Alisya saat keduanya sudah pergi berlalu meninggalkan tempat mereka menerbangkan lampion.

"Apa kau tak masalah jika Alisya pergi bersama Mizan?" tanya Aurelia yang juga melihat Alisya pergi bersama Mizan.

"Tentu saja, aku percaya pada Alisya!" ucap Adith tegas dan cepat.

"Benarkah? maka harusnya kau tak percaya kepada Mizan." terang Aurelia dengan suara dan nada yang terkesan sengaja ingin memancing rasa ingin tahu Adith.

"Maksud kamu? Sepertinya dengan mempercayai Alisya itu sudah cukup. Untuk Mizan itu sudah tidak menjadi persoalan lagi." terang Adith lagi sembari kembali ke tempat Api unggun masih menyala meski sudah tampak kayunya mulai habis dan menyisakan bara api yang cukup panas.

"Mizan menyukai Alisya. Dan dari cara ia memandang Alisya, aku bisa melihat kalau dia akan mengatakan perasaannya kepada Alisya. Yah... sudah ku bilang, kau bisa percaya kepada Alisya tapi tidak untuk Mizan." Aurelia sengaja kembali memancing Adith untuk melihat bagaimana respon Adith saat mengetahui kalau orang yang ia cintai mendapatkan penyataan perasaan dari orang lain selain dirinya.

Setelah cukup puas melemparkan umpan kepada Adith yang tentu saja akan buyar fokusnya jika itu berhubungan dengan Alisya, Aurelia segera menghampiri Yogi dengan tersenyum puas.

Terdiam beberapa saat, dengan melempar kayunya cukup keras ke arah api unggun, Adith berdiri dan pergi dari tempat itu menuju arah lain yang berlawanan dengan tujuan Mizan dan Alisya.

"Apa yang kau katakan padanya?" tanya Yogi penasaran saat melihat ekspresi menyeramkan Adith sewaktu bangkit dari tempat duduknya.

"Tidak ada, hanya sebuah kalimat yang mampu membuatnya kebakaran jenggot." terang Aurelia dengan sangat senang ketika melihat wajah Adith yang beranjak pergi dari sana.

"Pa maksudnya itu?" tanya Yogi lagi dengan mengerutkan keningnya bingung dengan apa yang dikatakan oleh Aurelia.

"Tidak penting, tapi sepertinya jurus ini akan sangat ampuh untuk membuat seseorang menjadi lebih terus terang dalam memperlihatkan perasaanya." Aurelia menatap sinis kepada Adora dan Zein juga Ryu dan Riyan yang terlihat sedang menjaga jarak satu sama lain.

"Bisakah kau berbagi denganku atas apa yang sedang kau fikirkan sekarang?" Yogi merasa ada rencana yang begitu menarik yang sedang direncanakan oleh Aurelia saat itu.

Aurelia menarik nafas dalam namun kemudian memberi tanda kepada Yogi untuk mendekatkan telinganya dan membisikkan Yogi semua rencana yang ingin ia lakukan. Yogi tersenyum mendengar rencana Aurelia sembari memandangi teman-temannya yang berada tak jauh dari hadapan mereka.

"Aku akan membantumu, sepertinya ini akan sangat menarik. Aku suka ide mu dan sudah tidak sabar lagi melihat bagaimana reaksi mereka." tatap Yogi penuh semangat kepada Aurelia.

"Tunggu dan lihat saja sejauh apa rencana ini akan berhasil untuk mereka." senyum Aurelia dengan sunggingan yang sinis.

"Kapan kau akan melaksanakan semuanya?" seru Yogi yang sudah tidak sabar ingin membantu Aurelia melaksanakan semua rencana mereka.

"Ummm... sepertinya dari malam ini pun akan sengat bagus, tempat dan suasananya sangat mendukung kita untuk melaksanakan semua rencana ini" tegas Aurelia melihat sekeliling mereka yang memang mendukung.