Chapter 282 - Ubay dan Gery menghilang

"A.. apa ini?" Aurelia tak mampu berkata apa-apa melihat apa yang sedang dilakukan Yogi padanya.

"Maukah kau menjadi orang yang berada disamping ku sabar menanti ku hingga cincin ini berganti menjadi cincin pernikahan untukmu?" tanya Yogi yang dia maksudkan untuk meminta Aurelia bertunangan dengannya.

Aurelia hanya terdiam menatap Yogi dan masih belum bisa membuka mulutnya dengan benar.

"Aku ingin kita bertunangan, aku mungkin takkan sanggup langsung menikahi mu karena aku belum memiliki keberanian yang cukup seperti Adith. Tapi aku benar ingin serius dengan mu. Untuk itu, maukah kau bersabar menungguku selama 4 tahun? Dalam 4 tahun kedepan aku akan pastikan langsung datang melamar mu dan menikahi mu setelah mendapat gelar sarjanaku." tegas Yogi dengan penuh keyakinan kepada Aurelia.

"Bagaimana jika pada saat itu aku maupun kau telah berubah hatinya?" tanya Aurelia merasa tak yakin akan waktu yang bisa saja merubah segalanya.

"Maka aku akan tetap mencintaimu dan membuatmu mencintaiku." tegas Yogi dengan tatapan serius berusaha untuk meyakinkan Aurelia.

"Oke, Bagaimana jika sampai ke tahun berikutnya?" tanya Aurelia lagi masih merasa tak yakin ingin menunggu Yogi selama itu.

"Maka perasaanku akan berubah dengan menyukai orang lain." terang Yogi berdiri dari tempatnya memandang lurus ke mata Aurelia.

"Siapa???" Aurelia meradang mendengar perkataan Yogi.

"Anak kita!!!" Yogi tersenyum memasukkan cincin itu ke tangan Aurelia dengan lembut. Aurelia menutup matanya tak tahan ingin menangis karena begitu terharu. Menunggu bukanlah waktu yang mudah, namun mereka yang sudah bersama sejak lama juga bukanlah hal yang mudah untuk berpaling.

"Ehem, apa kau mendengar suara retakkan?" tanya Feby kepada Emi yang berada disebelahnya.

"Itu hati ku, bukan karena cemburu tapi karena hatiku juga ingin merasakan hal yang sama. Kenapa sampai saat ini aku tak bisa memiliki siapapun?" Emi bertanya kepada langit seolah menunjuk kepada yang maha kuasa kenapa tak ada satupun yang menyukai dirinya.

"Itu karena kau sendiri yang tak membuka pintu hatimu untuk orang lain." ledek Gani kepada Emi.

"Atau memang kau sudah di takdirkan untuk menjadi jomblo." tambah Beni lagi dengan menaik turunkan keningnya meledek Feby dan Emi yang malah membuat Gina langsung menghambur menyerbu mereka.

Karin dan Akiko tertawa riuh dengan sikap mereka yang terlihat seperti kekanakan. Ryu yang kembali bergabung bersamaan dengan datangnya Adith ikut tertawa dengan mata yang terus melihat ke arah Karin.

Adith datang memeluk Alisya dari belakang tersenyum menyaksikan Yogi yang sudah melamar Aurelia dan mengajaknya untuk bertunangan.

"Ini bisa menjadi moment terbaik bagi mereka saat nanti mereka pergi dan berpisah satu sama lainnya." gumam Alisya yang dimaksudkan karena waktu mereka bersama tinggal beberapa bulan lagi dan mereka harus berpisah untuk mencari mimpi dan cita-cita masing-masing.

Adith hanya mengangguk menaruh dagunya di bahu Alisya dan memeluknya erat seolah tak ingin melepaskan Alisya.

Beberapa saat kemudian, Erik dan Mizan datang kembali ke tempat mereka dengan wajah penuh khawatir serta terburu-buru.

"Adith, Zein... Ubay dan Gery masih belum kembali sampai saat ini." terang Mizan dengan penuh rasa khawatir.

"Maksud kamu? mungkin saja mereka berdua sedang bersenang-senang di suatu tempat. Mungkin di cafe bersama guru-guru yang lain." terang Riyan mencoba membuat mereka untuk berpikir tenang.

"Tidak, kami sudah bertanya pada anak-anak yang lain dan juga pak guru tapi tak satupun dari mereka yang mengetahui dimana keberadaan Ubay dan Gery saat ini." jelas Erik yang sudah bertanya kesana kemari menanyakan keberadaan Ubay dan Gery.

"Kau sudah melihat barang-barang keduanya?" tanya Adith yang dimaksudkan bahwa mereka kemungkinan kembali kerumahnya jika barang-barang mereka tidak ada.

"Barang-barang mereka masih lengkap di penginapan. Tidak ada tanda-tanda mereka kembali ke rumahnya atau pergi meninggalkan kami semua disini." terang Mizan lagi karena sudah memastikan kamar Ubay dan Gery.

"Kalian yakin mereka dalam kesulitan? bisa jadi mereka memang sedang bersenang-senang ditempat lain." terang Karin yang mengira bahwa keduanya hanya ingin berada pada tempat yang terpisah saja.

"Aku sudah berusaha menghubungi nomor merek, tapi tidak di angkat dan malah dimatikan. Aku juga sudah melacak tempat mereka tapi setelah aku tau tempat itu bukanlah tempat yang bisa dimasuki dengan mudah." terang Erik dengan penuh rasa khawatir yang sangat tinggi.

"Maksud kamu?" Zein mendekat ingin melihat tempat yang sedang di maksudkan oleh Erik.

"Kau serius mereka pergi ke tempat ini?" tanya Riyan tak percaya melihat posisi terkahir dari pelacakan Erik.

"Aku juga tak tahu kenapa ia bisa berakhir disini, aku curiga dia sedang terjebak oleh sesuatu." terang Erik menunduk dalam tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada Ubay.

"Apakah Ubay memiliki koneksi ataupun musuh yang kemungkinan besar bisa menyeret atau memasukkan mereka ketempat itu?" terang Alisya merasa curiga dengan keberadaan Ubay pada tempat yang harusnya tidak bisa dimasuki oleh pelajar tersebut.

"Ubay..." Mizan tak tahu harus berkata apa dengan pertanyaan Alisya.

"Sepertinya akan lebih baik jika kita memastikan mereka disana. Kita juga butuh guru-guru yang lain untuk bisa mendapatkan akses masuk kesana karena kita masih dibawah umur." tegas Adith yang segera mengarahkan teman-temannya termasuk Riyan dan Mizan untuk segera menghubungi para guru mereka.

"Kita akan bertemu di depan gerbang 10 menit lagi. Sekarang adalah jam 12 malam yang tentu saja kita akan mendapatkan masalah jika berhadapan dengan polisi." jelas Zein mengingatkan mereka bagaimana pentingnya keberadaan para guru tersebut.

"Baiklah, aku akan berusaha meyakinkan mereka secepat mungkin. Ubay dan Gery yang menghilang selama 8 jam bahkan hingga larut malam belum kembali pasti bisa membuat mereka juga merasakan bahwa Ubay dan Gery bisa jadi dalam bahaya." Mizan mengangguk paham akan bagaimana mereka harus meyakinkan guru mereka akan situasi yang sedang terjadi pada mereka.

Mereka langsung berpisah untuk segera menuju ke penginapan mengambil beberapa barang yang bisa diperlukan.

"Bisakah kami ikut kalian? Kami juga khawatir dengan mereka." pinta Beni tak ingin ditinggalkan disana.

"Ben, kita tidak mungkin berbondong bondong menuju kesana. Semakin banyak orang maka akan semakin besar bahaya yang bisa kita dapatkan." jelas Zein memberikan pengertian kepada Beni.

"Kau bisa melihat semuanya dari alat komunikasi kita. Aku juga ingin kamu menjaga teman-teman yang lain disini, tidak baik jika mereka juga ikut keluar saat malam semakin larut." Adith memberikan alat komunikasi kepada Beni dan yang lainnya agar mereka juga bisa terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh Adith dan yang lainnya. Bahkan ibu Vivian juga tidak Ikut.