Chapter 284 - 5 Suntikan Sekaligus

Setelah memarkirkan mobilnya cukup aman, Riyan dengan cepat kembali menghampiri Gery.

"ohokkkk" Gery sekali lagi memuntahkan darah segar dari mulutnya dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Alisya, selamatkan Ubay! Aku juga melihat Adith dan Ryu disana, mereka bisa dalam bahaya jika bertemu dengan wanita itu. Dia, dia adalah iblis!" suara serak dan berat Gery memohon dengan penuh kepada Alisya.

Karin bingung tak mengerti kenapa Gery meminta tolong kepada Alisya yang seorang perempuan dan juga mereka tak mengetahui identitas asli dari Alisya tapi Gery dengan jelas menyebut nama Alisya sewaktu meminta tolong.

"Apa maksudmu? kenapa kau menyuruh Alisya untuk menolong Ubay? lagi pula apa yang terjadi pada Ubay dan dirimu? kenapa kau bisa sampai seperti ini?" Mizan menyerang Gery yang setengah sadar dengan semua pernyataan bertubi-tubi.

"Pelan-pelan, kau bisa menjelaskan kepadaku secara perlahan. Tapi sebelum itu apa kau mengenal siapa wanita itu? siapa namanya?" Alisya mencoba untuk membuat Gery tidak memaksakan dirinya.

Gery menggeleng pelan karena tidak mengetahui orang tersebut.

"Aku tak tahu dia siapa tapi dia menyebut dirinya sebagai generasi ketiga Rafaela!" tepat setelah mendengar apa yang disebutkan oleh Gery, Alisya bangkit dari tempat duduknya menatap dengan kelam.

"Ada apa Alisya? apa kau mengenalinya?" tanya Karin merasa curiga dengan reaksi Alisya yang tiba-tiba mengeluarkan auranya saat terkejut karena apa yang baru saja dikatakan oleh Gery.

"Kau membawa suntikan mu?" tanya Alisya yang ia maksudkan adalah suntikan khusus dari ayah Karin yang ia berikan kepada Alisya saat ia mengalami trauma mental dan emosinya menjadi tak stabil.

"Ya aku membawa 5 suntikan!" Karin langsung memperlihatkan suntikan tersebut yang dengan cepat diraih oleh Alisya dan membuka tutup kelima suntikan itu yang dengan satu bantingan semua suntikan itu ia tusukkan ke pahanya tanpa ragu-ragu.

"Apa kau sudah gila??? kau bisa over dosis jika menggunakan sebanyak itu!" bentak Karin mencoba menarik semua suntikan yang sudah terlihat kosong.

"Adith... Ryu... Ryu... pak Irhan,, pak Irhan???" Zein sudah mencoba menghubungi ketiganya yang masuk kedalam bar namun nihil, ketiganya sulit untuk di hubungi.

"Sepertinya mereka menanamkan medan magnet yang dapat mengacaukan alat komunikasi kita." terang Riyan melihat frekuensi alat komunikasi mereka yang terlihat kacau.

"Kau bisa menghadapinya kan?" tatap Alisya serius. Meski masih kesal dengan sikap berani Alisya yang menyuntik dirinya dengan 5 suntikan sekaligus, Karin tetap mengangguk pelan kepada Alisya.

"Aku akan memberikan dia pertolongan pertama. Tapi sepertinya dia harus segera di bawa ke rumah sakit." jelas Karin melihat kondisi Gery yang cukup parah.

Alisya yang turun dari mobil membuat Mizan dan Erik kebingungan.

"Kau mau kemana?" tanya Mizan cepat menghentikan Alisya.

"Jangan khawatir, dia tau apa yang harus dia lakukan." Zein langsung menahan Mizan yang mencoba menghentikan Alisya.

"Riyan kalian harus bergerak sekarang. Disini terlalu berbahaya bagi kalian, untuk itu kalian lebih baik pergi ke rumah sakit untuk mengantarkan Gery dan kalian bisa memantau dari sana." pinta Alisya yang sengaja membuat mereka menjauh dari lokasi tersebut. Selain karena mereka bisa saja ditemukan, Gery juga harus secepatnya mendapatkan perawatan.

"Berbahaya? kau juga akan berbahaya jika..." Riyan langsung menepuk pundak Erik cepat kemudian pergi ke kursi kemudi siap untuk membawa Gery menuju rumah sakit.

"Hati-hati." terang Karin, ia mencoba percaya pada Alisya yang dengan begitu berani menyuntikkan semua suntikan tersebut agar emosinya tidak gampang meledak.

"Apa kalian semua sudah gila membiarkan Alisya pergi sendiri kesana" melihat reaksi Zein dan yang lainnya yang terlihat begitu santai saat melihat Alisya yang sudah siap untuk pergi membuat Erik dan Mizan menjadi sangat bingung dan khawatir.

"Dia akan baik-baik saja!" ucap Zein saat Riyan sudah menutup pintunya untuk segera pergi dari sana. Zein kembali menon aktifkan invicible yang mereka gunakan setelah cukup jauh dari sana.

Mizan dan Erik yang tak mengetahui siapa Alisya sebenarnya akan sangat wajar jika mereka bersikap seperti itu karena bagi mereka Alisya hanyalah perempuan biasa yang tak mungkin bisa menangani kejadian yang ada di dalam bar tersebut, terlebih karena Gery yang kembali dalam keadaan yang mengenaskan.

"Aku rasa kita sebaiknya menghubungi kantor polisi." Mizan dengan cepat membuka ponselnya untuk menghubungi kepolisian.

"Jangan gegabah. Kau bisa membuat semua teman-teman kita berada dalam bahaya saat mereka tahu polisi berada disana." tegas Zein langsung menghentikan apa yang dilakukan oleh Mizan.

"Lalu kita harus bagaimana? kalian membiarkan seorang perempuan masuk ke dalam bar itu untuk menyelamatkan Ubay dan yang lainnya? apa kalian pikir dia itu pahlawan?" Mizan mulai kesal dengan sikap tenang Zein dan yang lainnya yang begitu santai membiarkan Alisya pergi tapi dengan kuat menghalangi mereka untuk ikut.

"Kalian lihat Gery kan? dia keluar dari sana dalam keadaan berdarah-darah. Apa kau pikir seorang perempuan bisa menangani hal tersebut?" tambah Erik juga yang tidak menyetujui apa yang dilakukan oleh Zein dan yang lainnya.

"Kau harusnya berpikir akan apa yang di katakan oleh Gery tadi. Kenapa dia malah meminta Alisya untuk pergi menyelamatkan Ubay, bukannya menyuruh kita untuk menghubungi polisi?" Zein mencoba memberikan mereka berdua pemahaman akan apa yang sedang mereka lakukan.

"Itu karena hanya Alisya yang mampu menyelamatkan mereka. Ini bisa jadi jebakan untuk Alisya, tapi di antara kita semua bahkan para polisi yang kamu maksudkan, Alisya lah satu-satunya orang yang sanggup dalam menangani ini semua." tambah Karin lagi sembari terus memberikan pertolongan awal kepada Gery yang sudah tak sadarkan diri.

"Berdoalah semoga tidak terjadi pertumpahan darah disana. Akan cukup sulit bagi Alisya yang harus melindungi 2 orang dan menyelamatkan Ubay." jelas Riyan lagi sembari terus fokus ke jalanan.

"Melindungi 2 orang? bagaimana bisa Alisya melindungi dan menyelamatkan Ubay sekaligus? siapa dia sebenarnya?" tanya Mizan makin penasaran akan maksud dari ketiganya.

"Kau akan tahu saat melihat sendiri, kami tidak bisa menjelaskan semuanya secara rinci karena kalian akan paham jika menyaksikan secara langsung mengapa kami semua membiarkan Alisya yang pergi sendirian." Zein menunjuk ke arah monitor dimana kamera Alisya terlihat berfungsi dengan baik dan Alisya sudah berada pada pintu masuk.

"Nona, aku sudah melihat ke dalam. Di sebelah pintu itu ternyata memang mereka gunakan sebagai tempat untuk karaoke maka aku sengaja membiarkan Pak Irhan dan Adith untuk terus mencari di setiap Room nya." Ryu keluar dari tempat tersebut tanpa ada pak Irhan dan Adith bersamanya.

"Kau yakin?" tanya Alisya ingin memastikan mengingat Gery yang memperingati mereka bahwa pak Irhan dan yang lainnya mungkin saja di jebak.

"Saya yakin nona, tapi nona sedari tadi saya berada di dalam, alat komunikasi kami sepertinya terputus sehingga aku keluar dan menemukan bahwa Freezer yang ada di samping kedua penjaga itu adalah pintu masuk yang lain. Selain itu saya juga menemukan pintu yang lainnya didalam gedung sebelah sini." tambah Riyan lagi menjelaskan situasi mereka sewaktu berada di dalam.

"Baiklah kalau begitu sebaiknya kita menemui Adith dan pak Irhan terlebih dahulu." Alisya merasa lega kalau ternyata mereka masih baik-baik saja dan belum menemukan masalah.

"Baik nona, lewat sini." seru Ryu menunjukkan jalan kepada Alisya. Melihat Ryu dan Alisya yang kembali masuk kedalam bar tersebut membuat dua penjaga tadi langsung memberikan laporan kedalam untuk memastikan semua penjaga mewaspadai dan memata-matai kedua anak tersebut.

"Kenapa Ryu memanggil Alisya dengan sebutan nona?" Mizan masih belum bisa menemukan titik terang akan apa yang sedang dilakukan oleh Alisya disana.

"Karena Alisya adalah atasan dari Ryu. Untuk saat ini sebaiknya kita harus lebih fokus mengamati mereka terlebih dahulu. Kau bisa bertanya apa saja begitu semua ini telah selesai." tegas Zein agar Mizan tidak memecahkan konsentrasi mereka dengan menyuruhnya untuk fokus menggerakkan drone lebih dekat dengan bar tersebut.