Chapter 285 - Hime Sama "Tuan Putri"

Alisya segera masuk ke dalam bar bersama dengan Ryu yang sebelumnya menjemputnya keluar. Ryu sudah menduga kalau Alisya akan segera menyusul begitu sadar kalau alat komunikasi mereka telah terputus.

Begitu masuk kedalam bar, semuanya memang tampak Normal. Pak Irhan dan Adith yang ingin melakukan pemantauan pun sudah memesan Room sehingga Alisya hanya menuju ke room yang disebutkan oleh penjaga kasirnya.

Alisya dengan segera memusatkan perhatiannya untuk mendeteksi energi nano lain yang ia maksudkan agar orang tersebut juga bisa terpancing olehnya dan mengeluarkan aura menekan untuk memberi peringatan kepada Alisya.

"Silahkan nona, sebaiknya kita memberitahu pak Irhan dan Adith terlebih dahulu akan Gery yang sudah kembali." Ryu segera mengingatkan Alisya begitu mereka berdua sampai pada Room yang sudah di pesan oleh Pak Irhan.

"Dimana mereka?" pak Irhan dan Adith tak berada disana sehingga keduanya segera keluar lagi untuk mencari pak Irhan dan Adith.

Pak Irhan dan Adith mungkin saja tidak sengaja tertangkap saat sedang memantau sehingga Alisya dan Ryu harus bergerak cepat untuk menemukan mereka. Suasana bising tempat itu sedikit mengacaukan pendengaran Alisya.

"Nona, aku rasa mereka pasti pergi ke tempat dimana aku menemukan sebuah jalan lain sebelumnya." terang Ryu cepat segera menunjukkan jalan kepada Alisya.

"Adith bukanlah orang yang ceroboh, kenapa dia bisa dengan begitu berani masuk kedalam jika ia sudah merasakan bahaya? Apa ini perbuatan pak Irhan? atau jangan-jangan mereka tidak sengaja melihat Ubay sebagai jebakan?" Alisya terus menduga-duga karena Adith bukanlah orang yang dengan gampangnya mengambil langkah gegabah yang dapat menyulitkan dirinya maupun orang lain.

"Sepertinya bukan!" seru Ryu saat melihat alat komunikasi keduanya ia temukan tak jauh berada di pintu masuk yang aneh tersebut dimana dari sana ada 2 penjaga yang sudah berdiri.

"Maaf, ini bukan area yang bisa kalian masuki." seorang penjaga dengan cepat menghentikan mereka berdua.

"Apa kau melihat seorang pemuda dengan yang lebih tua disekitar sini?" tanya Ryu kepada mereka berdua sedang Alisya terus mengamati mereka menemukan celah yang bisa ia gunakan.

"Jadi kalian berdua adalah teman dari kedua orang tadi?" penjaga itu langsung melirik kepada teman disampingnya untuk segera menangkap Ryu dan Alisya.

"Sebaiknya kalian membukakan pintu itu untuk kami karena aku adalah....." Alisya langsung menyingkap rambutnya untuk memperlihatkan tahi lalat bintang yang berada di bagian lehernya.

Tahi lalat itu adalah penanda bahwa dia seorang putri sekaligus ketua geng Yakuza yang semua anggotanya sudah mengetahui hal tersebut berdasarkan rumor.

"Kau ingin menipu kami?" si penjaga itu terlihat akan memegang leher Alisya namun Ryu langsung menghentikan gerakannya dengan menahan tangan dari si penjaga kemudian memperlihatkan tato miliknya.

Tato yang di miliki oleh Ryu merupakan tato khusus yang bisa ia jadikan sebagai penanda bahwa ia adalah orang yang paling dekat dengan Hime "Tuan Putri" ketua geng Yakuza sebenarnya.

"Hime sama,,, maafkan kami." mereka langsung duduk berlutut memohon maaf ketika mengenali tato milik Ryu.

Ryu melihat ke arah Alisya dengan kagum, ia tak menyangka kalau Alisya bisa mengetahui bahwa tempat itu adalah salah satu cabang dari geng mereka dibawah kepemimpinan Alisya. Ryu yang sudah diberitahu sebelumnya bahkan tak mengira kalau tempat itu juga merupakan bagian dari mereka.

Dari tato milik mereka, bisa di lihat Alisya bahwa mereka berdua hanyalah orang-orang berpangkat rendah atau hanya merupakan anggota biasa.

"Tunjukkan jalannya!" perintah Alisya dingin yang dengan cepat mereka berdiri setengah tertunduk menunjukkan jalan dimana bos mereka berada.

"Bos Gusta, dua pengawal itu membawa mereka masuk!" seorang anggota masuk kedalam memberi laporan kepada bos mereka.

"Brengsek!!! apa yang sedang mereka lakukan? kenapa mereka dengan bodohnya langsung membawa mereka masuk kedalam." Gusta meradang saat mendengar hal tersebut.

"Sayang, apa kau menangkap peliharaan yang salah lagi kali ini?" Gusta berbicara dengan sebuah video hologram yang menunjukkan seorang wanita yang terlihat sedang menyiksa seseorang.

"Bukankah kau bisa mengurusnya? Jika tidak, kenapa kau tidak membawa mereka kepadaku?" ucapnya dengan penuh hasrat menggoda yang membuat Gusta bergetar tak sabar ingin melaksanakannya.

"Tentu saja, aku akan memberikan mereka pelajaran karena sudah mencoba memasuki wilayah ku." tegasnya sembari berbalik menghadap pintu dengan senyuman jahat.

Kedua penjaga itu tak tahu harus bagaimana namun mereka sepakat untuk segera membawa Alisya dan Ryu ke bos mereka secepatnya agar bos mereka belum melakukan sesuatu yang fatal kepada pak Irhan dan Adith. Mereka terserang rasa takut yang teramat sangat sampai kaki keduanya tak bisa berjalan dengan baik.

"Kita kembali terhubung dengan mereka!" teriak Zein ketika melihat layar komunikasi Alisya dan Ryu sudah kembali terhubung.

"Mereka akan kemana? kenapa dua penjaga itu terlihat sedang menunjukkan jalan kepada Alisya dan Ryu dengan tatapan takut dan gemetar?" tanya Erik mengamati layar komputer tersebut dengan saksama.

"Aku juga tak tahu apa yang sudah terjadi sebelumnya, sekarang setidaknya mereka sudah masuk kedalam bar itu." seru Zein lagi sembari terus mengamati semua hal yang dilihat oleh Alisya.

"Dimana Adith dan pak Irhan kenapa mereka tak ada disana?" Mizan bingung melihat hanya ada Ryu dan Alisya disana.

"Mereka berdua tidak sengaja tertangkap. Sebaiknya kalian perhatikan saja dulu, hubungi ibu Vivian agar Gery segera bisa ditangani jika ternyata ia harus mendapatkan perawatan lanjutan." Alisya bergumam pelan untuk mengingatkan mereka semua.

"Kau benar, jarak rumah sakit dari tempat kita berada cukup jauh. Terlalu panik kita sampai lupa akan hal penting seperti itu." Zein dengan cepat melakukan panggilan kepada ibu Vivian.

Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai ke rumah sakit dimana hanya Zein yang tinggal untuk memantau semua perkembangan Alisya yang sudah berhasil masuk kedalam kantor Gusta.

Karin langsung bergerak cepat mengawal Gery masuk kedalam rumah sakit menujukkan lisensinya dengan cepat sehingga Gery bisa segera dimasukkan kedalam ruang ICU.

"Anda adalah Karin Reynand???" tanya seorang dokter begitu melihat lisensi dari Karin dan melihat cara Karin saat melakukan penanganan pertama kepada Gery yang terhitung sangat luar biasa untuk seorang anak kelas SMA.

"Ya benar" angguk Karin pelan membenarkan.

"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan anda, kami tak menyangka bahwa rumor tersebut adalah benar. Kami mengira bahwa semua itu hanyalah bualan semata sampai kami bisa melihatnya secara langsung." terang dokter tersebut menyalami Karin.

"Sesuai dugaan untuk seorang anak dari Reynand!" tegas dokter yang lainnya.

Mereka tahu betul akan kemampuan keluarga Karin yang tentu saja itu menurun dari ayah serta ibunya yang luar biasa.