Chapter 286 - Tanda Elite Berwarna Hitam

Setelah berjalan melewati beberapa koridor, mereka sampai pada sebuah pintu besar yang terlihat cukup berbeda dengan pintu-pintu Room lainnya yang sudah mereka lewati.

"Silahkan masuk Hime... Bos Gusta belum mengetahui kedatangan Anda jadi biarkan saya memperkenalkan anda padanya." si penjaga masih belum bisa menghilangkan rasa gemetarnya setelah mengetahui identitas asli wanita muda dihadapannya tersebut.

Meski Alisya terlihat muda, caranya berjalan dan memandang bukanlah sesuatu yang bisa mereka taksir dengan mudah.

"Bukkkkk... Beraninya kau membawa mereka kedalam, dasar bodoh!!! Apa mata kalian berdua buta hahhh????" Gusta langsung menendang dan menghantam secara membabi buta kepada para penjaga tersebut begitu mereka masuk ke dalam kantor Gusta.

"Maaf bos, sebaiknya anda lihat dulu siapa mereka." terang si penjaga dengan suara yang tercekat menahan rasa sakit akibat pukulan daro Gusta.

"Aku juga bisa melihat kalau mereka berdua hanyalah anak SMA biasa. Kau taukan area ini adalah area terlarang? tangkap mereka berdua dan masukkan ke dalam ruangan yang sama dengan dua orang sebelumnya." bentak Gusta tak ingin mendengar apa yang di katakan oleh anak buahnya.

"Tapi boss.." si penjaga dengan jelas sekali terlihat tidak ingin melaksanakan perintah Bosnya yang terlalu gegabah.

"Maaf Bos, dia adalah Hime.. Tuan putri pemimpin asli dari geng Yakuza." terang salah seorang lagi berusaha untuk memberikan peringatan kepada Gusta.

"Ha??? ahahahahah... Kalian berdua ingin mati? cihh,, Bagaimana mungkin Hime adalah dia? kau tak bisa lihat kalau dia hanyalah anak SMA biasa?" terangnya tertawa terbahak-bahak sembari mengelilingi Alisya.

Alisya hanya terdiam dan bersikap tenang sedang Ryu sudah tidak sabar ingin memecahkan kepalanya saat Gusta dengan kurang ajar menatap Alisya penuh nafsu.

"Nona, biarkan aku memberikan dia pelajaran!" pinta Ryu dengan posisi siap untuk menerjang Gusta tanpa ampun, namun Alisya tersenyum sinis menghentikan aksi Ryu.

"Bos bisa mengecek kalau dia memiliki tanda seperti yang dirumorkan, selain itu pemuda disampingnya memiliki tanda Elite berwarna hitam yang menjadi orang yang bertaruh nyawa dan begitu dekat dengan Hime atau keturunan pemimpin geng." Si penjaga sekali lagi memberikan peringatan kepada Gusta.

"Bos, kita harus melaporkan kedatang kunjungan mereka secepatnya kepada kakak Ernanda. Jika tidak kita semua bisa dalam bahaya karena telah menyinggung Hime." si penjaga tersebut dengan cepat mengambil telepon namun secara tiba-tiba Gusta langsung menendangnya hingga tersungkur dan susah untuk bangkit.

"Siapa yang mengizinkanmu? lihat saja, aku bisa membuktikan kepada Ernanda kalau aku lebih baik dari pada dia." tegasnya kembali mendekati Alisya dengan tatapan sensual.

"Kalian harusnya berada dirumah, bukan disini. Tapi karena kau sudah berada disini, kenapa kita tidak bermain-main sejenak dulu? biarkan pacarmu itu di urus oleh anak buah ku." Gusta langsung memberi tanda kepada para anak buahnya untuk menyerang Ryu.

Ryu harus berhadapan dengan para pengawal Gusta di ruang kantornya dengan jumlah mereka yang tidak sedikit, yaitu sekitar 30 orang dan Ryu bisa mengalahkan mereka dengan mudah meski dia hampir saja kehabisan tenaga dan sedikit kelelahan.

"Bagaimana kau bisa se kuat itu? Siapa kau sebenarnya?" teriak Gusta saat melihat Ryu mampu melumpuhkan hampir semua anggotanya dengan sangat mudah.

"Sebaiknya kau bersikap baik sekarang." suara Alisya meliriknya dingin.

"Kau pikir siapa dirimu? meskipun dia kuat, kau hanyalah seorang perempuan. Sebaiknya kau menyerah jika tidak, perempuan ini.." Gusta yang mendekatkan wajahnya ingin menjilati leher Alisya sedetik kemudian terlempar dengan sangat keras membentur dinding.

Alisya yang melakukan tendangan memutar dari jarak yang cukup dekat membuat 7 tulang rusuk Gusta patah dan 3 lainnya mengalami retak parah. Ia mengeluarkan darah segar begitu banyak sampai ia mengalami kesulitan bernafas.

"Kau tunjukkan dimana tempat kau menyekap dua orang yang datang sebelum kami." tunjuk Alisya dingin kepada salah seorang penjaga yang sebelumnya menunjukkan mereka jalan.

Tanpa menjawab, dia secepat kilat berusaha bangkit mengarahkan Alisya ke sebuah ruangan dimana Adith dan pak Irhan disekap.

"Bagaimana ini, mereka bilang akan menunjukkan jalan menuju ke tempat Ubay dan Gery, kita malah di bawa ke tempat ini. Aku sudah membayar banyak untuk menyogok mereka." Meski ia terluka parah, pak Irhan masih bisa mengomel dengan kesal didalam ruangan yang penuh dengan botol-botol bir yang menjadi salah satu room yang biasanya digunakan oleh para hidung belang berkumpul.

Pak Irhan seolah mulai kehilangan kesadarannya karena mendapatkan banyak pukulan dari para penjaga yang berhasil menangkap mereka berdua, sedang Adith hanya mendapatkan sedikit lebam saja diwajahnya karena permintaan kekasih Gusta.

Adith terus terdiam berusaha menutup hidungnya yang sangat peka. Adith merasakan pening yang amat kuat karena di semua sudut ruangan itu menyebar bau parfum yang sangat tajam di tambah dengan semua bau alkohol yang ada di tempat itu.

"Pak, bertahanlah! Aku akan mencari cara untuk menyelamatkan bapak. Aku yakin Alisya dan Ryu akan menemukan kita secepatnya. Maka dari itu tetaplah sadar!" pinta Adith terus menggoyangkan tubuh pak Irhan agar ia terus sadarkan diri.

"Cihhh... apa yang bisa kamu harapkan dari seorang perempuan dan anak SMA? mereka itu tak bisa apa-apa hhh... ha.. hahaha.." pak Irhan yang kehilangan banyak darah mulai kehilangan kesadarannya perlahan-lahan.

"Berpikirlah positif!!!" Adith menampar keras pipi pak Irhan agar tetap terjaga karena Adith baru sadar kalau pak Irhan tenyata mendapatkan tusukan di bagian belakangnya.

"Sial... bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini?" Adith berdiri mencari celah apa saja yang bisa ia gunakan untuk bisa meloloskan diri dari sana.

Dari sudut yang satu ke sudut yang lain terus Adith cari namun jalan satu-satunya keluar adalah pintu masuk yang sebelumnya mereka di lempar kedalam.

"Bahkan ruang untuk Ventilasi udara pun tak ada disini. Jika kita berada disini terus, ini akan sangat berbahaya bagi pak Irhan." Adit kembali mencek kondisi pak Irhan yang tubuhnya semakin dingin. Adith mematikan Ace ruangan tersebut dan mengangkat tubuh pak Irhan ke atas sofa kemudian membalutnya menggunakan kemeja miliknya.

"Zein, Riyan... Ryu!!! Alisya ..." Adith terus saja berusaha menghubungi alat komunikasi mereka namun tetap tidak mendapatkan respon dari mereka semua.

Adith semakin putus asa dengan suhu tubuh dari pak Irhan yang terus menurun. Namun dengan cepat ia menemukan kaleng bir yang tanpa pikir panjang ia membuat sebuah alat penghangat menggunakan semua barang-barang yang berada disekitar sana.

Beruntunglah karena ada colokan listrik sehingga Adith bisa memanfaatkan energi listrik untuk menciptakan panas yang ia hantarkan kedalam kaleng yang kemudian sesekali ia gosokkan ke kaki serta tangan pak Irhan.