Chapter 288 - Ubay Terbunuh

Alisya mengerutkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh Rafaela mengenai Ubay, namun melihat kakinya yang berpijak santai di kepala Ubay sedikit membakar amarah Alisya. Ia dan Ubay memang tidak terlalu akrab, tapi tetap saja Alisya tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Rafaela kepada Ubay.

"Lepaskan kakimu dari kepalanya!"Ucap Alisya dingin dengan tatapan yang sangat tajam kepada Rafaela. Alisya juga mengeluarkan auranya dengan kuat untuk mengintimidasi Rafaela.

"Kenapa? apa karena dia kekasihmu sehingga kau terlihat sakit saat melihat aku memperlakukannya seperti ini?" tanya Rafaela yang sengaja ingin membuat Alisya marah dan meradang.

"Kau hanya memiliki urusan dengan ku. Jadi lepaskan saja dia" bentak Alisya sekali lagi dengan penuh amarah.

"Pufffttt hahahahah, kau benar-benar sayang pada laki-laki yang lemah ini?" Rafaela menendang pelan kepala Ubay sembari memandang remeh kepada Alisya.

"Kau, takkan ku maafkan kau jika kau berbuat sesuatu padanya melebihi dari ini lagi." Alisya terlihat berjalan kesamping mengamati apa yang akan dilakukan oleh Rafaela. Alisya sudah memutuskan untuk secepatnya menyelamatkan Rafaela ketika melihat celahnya.

Melihat ekspresi khawatir Alisya, Rafaela langsung saja menarik kepala Ubay secara perlahan-lahan sedang Alisya masih tetap memasang jarak takut jika ia salah langkah maka akan membuat Ubay terbunuh.

"Benarkah?? aku penasaran bagaimana rekasimu ketika aku membunuhnya?" terang Rafaela sembari mencium wajah Ubay dengan begitu genitnya yang sedetik kemudian ia memutar leher Ubay untuk membunuhnya.

Kepala Ubay di plintirnya kesamping dengan darah yang mengalir segar dari mulutnya kaku tak bergerak dan tak bersuara lagi.

Melihat itu seketika Alisya meradang dan segera menerjang Rafaela dengan memegang lehernya dengan kuat serta tubuhnya menindih tubuh Rafaela dengan sangat erat.

"hahahahaha,,,. kau terlalu lamban dan lemah! Kau pikir dengan kekuatanmu seperti ini mampu menghentikan ku untuk membunuhmu?" Rafaela langsung memukul tangan Alisya dan menepisnya dengan memelintir tangan Alisya.

Gerakan mereka untuk saling pukul dan memelintir satu sama lain begitu cepat yang kemudian dengan satu tendangan pasti Alisya bisa mendaratkan tendangan balik dari belakangnya mengenai kepala Rafaela dengan keras.

"Kau akan membayar apa yang sudah kau lakukan, aku takkan membiarkanmu begitu saja." tegas Alisya mengambil ancang-ancang bersiap begitu melihat Rafaela melemparkan Alisya dengan kaca dari meja room tersebut, Alisya langsung meluncur ke bawah yang begitu tipis mengenai dirinya yang dengan cepat ia bertumpu pada lantai dengan kedua tangannya.

Alisya kemudian mengambil kepala Rafaela dan membantingnya dengan keras ke lantai. Tak tinggal diam, Rafaela memegang kuat kaki Alisya kemudian menghantamkan Alisya ke tembok kemudian ke layar monitor yang lebar hingga memecahkannya.

Begitu ia akan menariknya lagi, Alisya dengan cepat menarik monitor yang sudah goyah tersebut kemudian ia angkat dan lemparkan ke kepala Rafaela yang seketika membuat pegangan Rafaela lepas dan ia oleng ke belakang setengah terduduk.

"Sepertinya kau memang sedikit lebih kuat dari Ophelia, tapi kau masih bukan apa-apa bagiku. Puiiuh..." Rafaela membuang ludah yang banyak berisi darah segar. Kepalanya yang harusnya bagi orang normal akan mengeluarkan banyak darah malah terlihat biasa saja dan tak terluka sama sekali.

"Melihat kalian begitu berusaha untuk membunuh ku membuatku terpikir untuk memburu kalian terlebih dahulu, terlebih atas apa yang sudah kau lakukan pada temanku." Alisya menatap tajam ke arah Rafaela yang dengan seketika tekadnya berubah menjadi seorang pemburu yang sedang berhadapan dengan mangsanya.

Rafaela melayangkan tendangan menengah kepada Alisya yang di balas juga dengan tendangan. Kaki mereka bermain begitu cepat hingga menghancurkan sofa, meja, fas bunga dan beberapa barang yang berada di dalam room tersebut.

Sulit Alisya bertempur dengan Rafaela disaat tubuh Ubay masih berada disana dimana ia harus mendapatkan beberapa pukulan ketika ia berusaha menghindari tubuh Ubay sedang Rafaela tak perduli akan apapun.

"Aku tak hanya akan membunuh kekasihmu, aku juga akan membunuh siapapun yang berada di dekatmu, dan takkan ku biarkan satupun tersisa hingga kau merasakan putus asa." terang Rafaela terus memberikan kata-kata provokasi kepada Alisya.

Tekhnik ini biasa mereka gunakan untuk mengacaukan emosi seseorang yang dengan demikian seseorang akan kehilangan fokus dan mentalnya menjadi kacau sehingga pola gerakan maupun serangannya tidak lagi teratur dan dapat dibaca dengan mudah bahkan sangat kacau.

"Hhahaha, kau pikir kau bisa? sehelai rambut mereka pun takkan aku biarkan kau sentuh. Hari ini aku sudah kehilangan satu orang lagi dihadapanku, tapi berikutnya tak kan pernah aku biarkan seseorang menyentuh hidupku lagi." Alisya mengeluarkan energi nano yang cukup besar sampai membuat beberapa pengawal yang berada disana mengalami kehilangan kesadaran.

"Alii...Alisya..." teriak Adith berusaha masuk kedalam room tertekan dengan energi nano yang dikeluarkan oleh Alisya. Energi kali ini lebih kuat dibanding saat ia mengeluarkan nya terakhir kali kepada Arya.

"Adith, kenapa kau kemari?" wajah Alisya seketika berubah serius begitu melihat Adith disana. Meski ia tahu kalau Adith akan menyusulnya, ia tetap tak menyangka kalau Adith akan datang secepat itu.

"Sepertinya dia juga merupakan salah satu orang yang penting bagimu!" Hardik Rafaela langsung menerjang ke arah Adith yang dengan cepat membuat Alisya melompat tinggi melayangkan tendangan kepada Rafaela yang langsung mengenai bagian perutnya.

"Sudah ku bilang takkan ku biarkan kau menyentuh mereka sehelai rambut pun!!!" Alisya melirik ke arah Rafaela yang langsung menembus dinding room disebelahnya karena kekuatan Alisya saat menendangnya.

Rafaela sampai memuntahkan asam lambungnya karena tendangan Alisya tepat mengenai ulu hatinya yang di ikuti dengan aliran darah segar. Energi nano yang di keluarkan Alisya semakin besar yang membuat Rafaela menjadi takut dan gemetar karena nya.

"Kenapa kau bisa sekuat itu? Organisasi tidak mengatakan kalau kau sekuat ini, ini tidak adil. Kau bukan hanya kuat, tapi kau adalah monster. Dan dia, bagaimana bisa dia masih berdiri dengan tekanan kuat energi nano yang kau keluarkan? apa-apan dia itu? ohookkk" Rafaela berusaha bangkit dari tempatnya namun terjatuh kembali tak bisa menopang tubuhnya.

"Alisya, sepertinya dia sudah tidak bisa bangkit lagi. Aku sudah menghubungi kantor polisi dan mereka sudah berada dalam perjalanan sekarang." terang Adith menenangkan Alisya untuk tidak melanjutkan aksinya kepada Rafaela yang sudah terlihat tak berdaya.

Alisya mengangguk pelan namun matanya sarat akan kesedihan yang tiada tara. Adith awalnya tak paham akan ekspresi wajah Alisya, namun begitu melihat tubuh Ubay yang terlihat mengenaskan membuatnya langsung memeluk Alisya dengan erat.

"Aku tak bisa menyelamatkan nya lagi. Aku memiliki cukup kekuatan tapi tetap saja ini tak berguna karena aku tak bisa menyelamatkan dirinya. Aku kalah Dith." Alisya menundukkan kepalanya semakin dalam ke pelukan Adith.

"Jadi orang yang aku bunuh itu bukanlah kekasihmu? sepertinya aku sudah salah paham. Kalian berdua adalah pasangan monster, aku harus membunuh salah seorang dari kalian!" Rafaela mengambil besi yang berasal dari reruntuhan bangunan tersebut dan melemparkannya ke arah Adith dan Alisya.

"Alisya!!!" Adith membalikkan badan untuk melindungi Alisya ketika melihat Rafaela mengambil batang besi pendek dari reruntuhan yang kemudian ia arahkan kepada mereka berdua.

Alisya tak membiarkan Adith melindunginya lagi sehingga dengan cepat ia menahan besi yang melayang tersebut menggunakan tangannya sehingga besi tersebut menembus tangan Alisya. Tepisan tangan Alisya menyebabkan besi itu hanya menggores leher Adith dan melewati rambut Alisya.

Melihat leher Adith menguncurkan darah segar, Alisya langsung meledak dan dalam waktu sekejab ia mengambil pecahan kaca yang tak jauh dari sana menerjang ke arah Rafaela dan mengiris lehernya.

Alisya juga mencabut besi yang ada di tangannya menusukkan ke leher Rafaela yang dengan satu hentakkan ia memutuskan kepala Rafaela dengan sangat mudah. Darah Rafaela menguncur deras membasahi tubuh dan wajah Alisya.

Adith membelalakkan matanya terkejut melihat Alisya yang penuh dengan amarah yang sesaat kemudian ia jatuh dengan kaki melemas karena tak percaya kalau Alisya akan membunuh Rafaela.