Chapter 289 - Alisya Melarikan Diri

Adith terjatuh bukan merasa takut kepada apa yang dilakukan Alisya, melainkan menyayangkan apa yang di lakukan Alisya. Adith tidak bisa menyalahkan Alisya karena membunuh Rafaela, hanya saja Adith tak ingin Alisya kehilangan hati dan jati dirinya.

"Adith, kau baik-baik saja???" Zein yang datang bersama Ryu langsung menghambur masuk kedalam room untuk memastikan keadaan Adith.

Zein masih belum melihat Alisya yang sedang memegang kepala Rafaela dengan tatapan tajam yang terengah-engah karena ruangan yang sudah hancur berantakan dan cahaya yang kurang.

Tidak hanya Zein, Riyan dan juga Karin berada didekat sana setelah memberikan kepengawasan dari pak Irhan dan Gery kepada Wali kelas IIS dan Ibu Vivian.

"Apa kau yakin mereka akan baik-baik saja? aku tidak tenang jika harus berada di resort ini dan tak melakukan apapun." seru Adora merasa frustasi karena dirinya harus tinggal di resort saat teman-temannya sedang berjuang keras untuk menyelamatkan teman-temannya.

"Kau harus tenang, kita berdoa yang terbaik bagi mereka semua. Hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah membuat diri kita tetap aman agar tidak membebani mereka." tegas Aurelia mencoba menenangkan Adora dan yang lainnya.

"Aurelia benar, saat ini kita sedang menghadapi krisis yang mengharuskan kita untuk tetap bersikap tenang dan gegabah. Jika kita berada disana, kita hanya akan menghalangi kerja mereka." tambah Beni lagi memberikan Adora air putih agar ia bisa kembali tenang.

"Tapi ibu Vivian dan Wali kelas dari IIS sudah berada disana karena pak Irhan dan Gery terluka parah. Dan jika kita hanya terdiam disini sja, bukankah itu tidak mencerminkan bahwa kita teman yang baik?" Gani masih belum bisa menerima pola pikir Aurelia dan Beni.

"Meski begitu,. ibu Vivian ditemani oleh Rinto dan Yogi disana. Jadi kita tidak perlu khawatir, tapi jika kalian ingin membantu meski sedikit cobalah untuk menghubungi orang tua Gery dan keluarga pak Irhan mengenai kondisi mereka." terang Beni mencoba menjadi orang yang tenang diantara mereka.

"Saat ini hal yang paling benar harus kita lakukan adalah percaya pada mereka. Ingat saat orang lain mulai tak percaya kepada kita, maka ia akan semakin kehilangan. Kepercayaan dari seorang sahabat akan sangat berarti." jelas Gina ikut memberikan pengertian.

"Benar, ketika kita saling mempercayai maka masalah apapun dapat kita selesaikan bersama." tegas Aurelia memeluk Adora erat agar mereka tetap memberikan kepercayaan penuh kepada teman-temannya sehingga mereka akan merasakan bangganya ketika diberikan kepercayaan penuh.

Usaha seseorang akan menjadi semakin kuat ketika mereka memiliki seseorang yang mempercayai mereka.

"Nona..." panggil Ryu kepada Alisya saat ia menyadari bahwa orang yang berdiri tak jauh dari mereka adalah Alisya.

Beberapa lampu yang berada disana telah pecah karena pertempuran mereka namun dari percikkan dan cahaya yang minim dari gedung sebelahnya bisa dipastikan Ryu kalau itu adalah Alisya.

"Alisya!!!" teriak Karin penuh rasa khawatir saat melihat tubuh Alisya yang di penuhi oleh darah sedang Riyan terdiam terpaku dan ketakutan.

Alisya mengangkat kepalanya setelah cukup sadarkan diri dari emosinya, ia melihat ke arah Riyan yang langsung memundurkan langkahnya merasa ngeri dengan apa yang dilihatnya.

"Aa... aku,, aku.." Alisya tergagap saat menyadari tangannya masih memegang kepala Rafaela dengan sangat erat.

"Alisya, tenanglah... ini bukan salahmu!" seru Karin mencoba menenangkan Alisya dan mendekatinya secara perlahan-lahan.

Melihat ekspresi teman-temannya terlebih lagi saat ia melihat ekspresi wajah Adith yang jatuh melemas membuat Alisya menjatuhkan kepala Rafaela dan secepat kita menghilang dari sana. Alisya melarikan diri karena berpikir bahwa teman-temannya akan sangat takut padanya dan membencinya atas apa yang baru saja mereka lihat.

"Alisya.. tunggu!!!!" Adith berusaha bangkit dengan cepat untuk mengejar Alisya namun ia tak bisa mengejarnya.

"Aaaarggghhhh!!!!" Adith memukul kepalanya dan meninju dinding dengan sangat kuat. Ia menyesal karena menunjukkan ekspresi kagetnya kepada Alisya yang membunuh Rafaela karena melindunginya.

"Bagaimana? kau melihat dimana ia pergi?" tanya Karin yang terengah-engah mengejar Adith hingga ke jalan utama.

Adith hanya menggelengkan kepalanya pelan terduduk di trotoar menggaruk kepalanya penuh dengan frustasi.

"Adith, aku tak menyalahkan kamu jika kamu takut dan terkejut dengan apa yang baru saja Alisya lakukan, karena kami pun merasakan hal yang sama." Karin berdiri menghadap ke arah Adith untuk bisa berbicara dengannya.

"Tetapi bagi Alisya kau adalah segalanya. Ia bisa melakukan apapun demi kamu namun juga bisa menjadi sangat rapuh karena mu. Apa yang kau lakukan tadi dengan jatuh terkejut di hadapan Alisya akan membuat Alisya berpikir bahwa ia adalah seorang monster pembunuh yang akan membuat penilaian mu kepadanya berubah." tambah Karin lagi.

"Kau tau kan? dia membunuh Rafaela demi kita semua? jika dia tidak melakukan itu, maka akan semakin banyak dari kita yang bernasib seperti Ubay." lanjut Karin lagi terus memberikan pengertian kepada Adith.

"Aku tau, aku minta maaf karena tidak bisa mengendalikan diri dengan benar. Aku..." Adith terhenti saat melihat Karan dari jauh datang menghampirinya.

Karan melangkah dengan pasti lalu sedetik kemudian sebuah tinju yang cukup kuat melayang di wajah Adith dengan begitu keras sehingga Adith sedikit oleng kebelakang.

"Kak Karan!!!" teriak Karin langsung menghentikan Karan untuk melakukan penyerangannya kepada Adith lagi.

"Alisya harus membunuh seseorang itu karena kau, dan apa yang kau lakukan? Alisya bahkan sampai melarikan diri karena itu, apa kau tau bagaimana perasaan tertekan Alisya saat ini saat ia melihat ekspresi mu itu?" Karan terus menghujam Adith dengan kata-kata nya karena sangat marah.

Karan yang selama ini bersama Alisya sangat paham bagaimana cara berpikir Alisya sehingga sekian persen juga ia bisa merasakan apa yang mungkin Alisya rasakan. Hal yang sama juga di rasakan oleh Karin.

"Kak Karan, sudah lah. Adith juga sudah menyadari apa yang sudah ia lakukan." jelas Karin mencoba menenangkan Karan yang penuh amarah.

"Aku takkan pernah memaafkan mu karena hal ini, jika kau tak bisa melindunginya dan mendukungnya, lepaskan saja dia dan jangan pernah lagi muncul di hadapannya." bentak Karan kemudian berlalu pergi setelah menendang angin dengan sangat kuat karena kesal.

Karan kembali ke tempat dimana ambulance datang menaikkan tubuh Ubay yang sudah terbujur kaku. Karan datang setelah mendapatkan telpon dari Karin yang membutuhkan pertolongan Karan jika terjadi sesuatu kepada Alisya yang sudah menyuntik dirinya sendiri dengan 5 suntikan.

"Renungilah apa yang sudah kau lakukan Dith" ucap Karin singkat kemudian berlalu pergi meninggalkan Adith sendirian untuk memikirkan semua yang sudah ia lakukan kepada Alisya. Adith terdiam terpaku di tempatnya.