Chapter 290 - Kepercayaan

Alisya yang terus berlari tak sadar sudah berapa jauh ia berlari sampai tak sengaja sebuah truk besar hampir menabraknya, namun secepat kilat ia menghindar dari sana. Alisya langsung jatuh terguling-guling hingga membentur trotoar jalan raya.

Alisya kembali bangkit dari sana tak memperdulikan teriakan dari supir truk yang sedang memarahi dan memakinya dengan kasar. Alisya berjalan seperti zombie dengan tatapan kosong yang terus memikirkan bagaimana ekspresi Adith sebelumnya.

"Alisya... Alisya...!!!" Karan terus memanggil Alisya setelah turun dari mobil sportnya. Karan yang menyusuri jalan tak sengaja melihat Alisya yang jatuh berguling saat menghindari tabrakan dari truk.

Karan langsung berlari menghampiri Alisya dan memeluknya dengan sangat erat. Hatinya sangat sakit saat melihat keadaan Alisya yang tubuhnya penuh dilumuri oleh darah, ditambah ia bahkan tak merasakan sakit pada kepalanya yang terbentur di trotoar jalan saat terjatuh tadi.

Alisya hanya menatap nanar tanpa ekspresi. Darah segar terus mengalir dari kepalanya membasahi tubuhnya dan tubuh Karan.

Alisya mengangkat wajahnya dan mengenali siapa yang sedang memeluknya dengan erat tersebut.

"Kak Karan, aku ingin pulang!" suara Alisya lirih dan serak. Ucapannya sangat pelan sampai karan hampir tak bisa mendengar karena ributnya kendaraan yang lalu lalang.

"Iya, aku akan membawamu pulang kerumahmu sekarang." tegas Karan cepat mengiyakan keinginan Alisya.

"umm,, tidak! Jangan rumahku!" Alisya menggeleng pelan tak ingin pulang kerumahnya.

"Kalau begitu kerumah ku, aku punya apartemen sendiri. Kau mau?" Karan memegang pipi Alisya lembut bertanya dengan tatapan yang sangat khawatir. Alisya mengangguk pelan dengan wajah yang sangat dingin.

Karan yang tak pernah panik ketika melihat darah dari orang lain tersebut melihat Alisya yang penuh darah membuatnya seketika tak bisa menyembunyikan ekspresinya dan langsung menggendong Alisya menuju mobilnya.

Ia menurunkan Alisya dengan sangat lembut dan langsung merobek baju kemejanya untuk membalut kepala Alisya terlebih dahulu menghentikan pendarahan kepalanya. Memberikan baju Jasnya kepada Alisya yang tubuhnya di penuhi oleh darah kemudian memasang sabuk pengamannya dengan erat.

Alisya hanya membuang wajah kesamping jendela masih tanpa ekspresi sembari menutup matanya dengan sangat dalam. Karan menarik nafas kuat berusaha tenang kemudian memacu mobilnya kencang.

Karan segera menuju ke apartemennya dengan sangat cepat agar bisa memberikan perawatan kepada luka Alisya. Di sisi lain, Adith masih terus berlari kesana kemari mencari Alisya dengan terus meneriakkan nama Alisya dengan penuh frustasi.

Karin dan yang lainnya langsung melakukan pencarian kepada Alisya karena merasa sangat khawatir, sedang pada tempat kejadian Ernanda harus memberikan keterangan kepada pihak kepolisian dengan terus menyembunyikan keadaan sebenarnya atau tak membeberkan akan Alisya dan teman-temannya.

Sedangkan Ernanda, ia hanya menjelaskan bahwa itu adalah ulah dari Rafaela dan menyerahkan diri karena sudah membunuh Rafaela yang merupakan penjahat yang menghancurkan tempat mereka.

"Bagaimana? kau menemukan Alisya?" tanya Karin setelah kembali berkumpul di simpang jalan.

"Tidak!" jawab Ryu dengan ekspresi wajah sedih. Ryu sangat khawatir dengan keadaan Alisya.

"Aku juga tidak menemukan Adith!" seru Riyan yang datang bersama Zein.

"Adith pasti takkan berhenti sampai dia menemukan keberadaan Alisya. Untuk sekarang sebaiknya kita kembali dulu ke resort agar teman-teman yang lain juga tak khawatir." jelas Karin mengingat teman-temannya yang terputus dengan alat komunikasi milik mereka.

"Benar, jika kita berlama-lama disini aku takut mereka akan semakin panik. Riyan ayo kita jemput mereka di penginapan kemudian kita bertemu di rumah sakit." jelasnya kepada Riyan kemudian memandang Karin agar ia bisa melanjutkan pencariannya bersama Adith.

"Aku serahkan semuanya kepada kalian." terang Karin sembari berlalu pergi bersama Ryu untuk sekali lagi melakukan pencarian.

"Jangan matikan alat komunikasi kalian" teriak Zein kepada Karin yang hampir menjauh. Karin hanya menjawab dengan membentuk simbol Oke di tangannya. Sedang Ryu menunduk sebagai ungkapan terimakasih atas kerja mereka berdua.

"Aku harap Alisya tidak salah paham kepada kita dan juga..." Zein menatap Riyan merasa bersalah karena datang di saat yang tidak tepat sebelumnya.

"Kepada Adith. Aku juga merasa bersalah sudah sempat takut kepada Alisya padahal dia sudah bertaruh nyawa sebelumnya demi keselamatan kita semua. Jika aku menjadi dia pun, aku akan melakukan hal yang sama." Riyan menunduk dalam. Selain Adith, Riyan lah yang paling merasa bersalah karena sikapnya kepada Alisya.

"Sudahlah, itu sudah berlalu. Lagi pula reaksi yang kamu tunjukkan adalah reaksi orang normal pada umumnya ketika melihat kejadian mengerikan seperti tadi." terang Zein memberikan pengertian kepada Riyan yang terlihat sangat bersedih.

"Tapi jika bukan karena aku juga, Alisya tentu takkan melarikan diri seperti ini." Riyan terus mengingat wajah Alisya saat mencoba menjelaskan kepada mereka akan apa yang sudah ia lakukan.

"Kalau begitu, mulai saat ini kita harus belajar dari Ryu dan Karin. Mereka berdua begitu kuat dan solid kepada Alisya. Mereka benar-benar mendukung setiap hal yang dilakukan oleh Alisya karena mereka tahu seperti apa Alisya di mata mereka. Sebuah kepercayaan yang hanya bisa diberikan oleh orang-orang yang berjiwa kuat!" tegas Zein memandang ke arah Karin dan Ryu yang sudah menghilang.

"Mereka berdua sungguh luar biasa. Begitu pula dengan kak Karan, sepertinya mereka sudah tahu kalau itu akan terjadi sehingga mereka sama sekali tak takut ataupun terkejut. Mereka menujukkan kesetiaan mereka dengan sangat baik." tambah Riyan lagi mengagumi tiga orang yang berada di sekitar Alisya tersebut.

Zein dan Riyan berjalan menuju bus dan segera pergi dari sana ke tempat penginapan untuk menjemput teman-temannya. Mereka berdua larut dalam pikiran mereka masing-masing.

Tidak butuh lama untuk Karan sampai di parkiran bawah tanah apartemennya. Setelah memarkirkan mobilnya, Karan menatap Alisya yang sudah setengah tertidur sehingga Karan turun terlebih dahulu dan membuka pintu mobil secara perlahan-lahan agar tidak membangunkan Alisya.

Melepaskan sabuk pengamannya dengan sangat hati-hati kemudian membopongnya masuk kedalam lift hingga menuju ke kamarnya dan membaringkan Alisya ke tempat tidurnya dengan sangat lembut.

"Halo, Alisya berada di apartemen ku." Karan menelpon Karin sembari mengambil beberapa alat dan bahan yang bisa ia gunakan untuk mengobati luka Alisya.

Mendapatkan kabar dari Karan, Karin menjadi sangat lega begitupula dengan Ryu. Karin juga langsung menghubungi Adith untuk memberitahukan keberadaan Alisya agar ia berhenti mencarinya.

"Maafkan Aku Alisya!!! Tidak seharusnya aku..." Adith merebahkan diri di rumput taman tepat setelah Karin selesai menelponnya.

Hati Adith sakit dan campur aduk saat mendengar bahwa Alisya sedang berada di apartemen Karan saat ini. Dia yang seharusnya bisa memberikan dukungan penuh kepada Alisya malah membuat Alisya semakin jatuh dalam keterpurukan karenanya.