Chapter 292 - Kelemahan dan Kemampuan

"Karin, tolong kirimkan aku Maps untuk apartemen Karan." pinta Adith begitu sambungan telpon mereka terhubung.

"Bisakah kau tidak menelpon saat sedang mengemudikan mobil? Ini bukan mobil milikku jadi ku mohon lemah lembutlah!" ucap Yogi setengah berteriak kepada Adith begitu panggilan mereka selesai.

"Maafkan aku, tapi aku tidak punya waktu lagi." terang Adith sembari menaikkan lagi kecepatannya.

Tidak butuh waktu lama hingga Adith dan Yogi sampai di depan apartemen Karan dan tak disangka Adith kalau Karan sudah berada di depan gedung berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantongnya.

"Uweeeekkk!!!" Yogi langsung menghambur keluar memuntahkan semua isi perutnya karena Adith membawa mobil dengan kecepatan tinggi.

Adith turun dari mobil menghampiri Karan dengan tatapan bingung. Ia berpikir bahwa Karin mungkin memberitahu Karan akan kedatangannya dan sedang menunggunya untuk menghalanginya.

"Halo??? oh... oke, baiklah. Aku akan kembali sekarang!" Yogi kembali menutup telponnya dengan nafas yang berat.

"Ada apa?" Adith bertanya kepada Karan melihat Yogi yang terburu-buru kembali masuk kedalam mobil.

"Ubay akan di bawa ke rumah orang tuanya setelah di lakukan fisum dan otopsi. Kak Karan, aku serahkan pria yang sedang jatuh cinta itu padamu." ucap Yogi menutup jendela kaca mobil langsung memacu mobil tersebut pergi dari sana.

"Dimana Alisya? Bagaimana keadaanya?" tanya Adith begitu melihat Yogi sudah pergi dari sana.

Karan tak menjawab dan hanya menunjuk ke arah jalan tempat dimana menjadi pintu keluar parkiran bawah tanah apartemennya.

Sebuah mobil sport milik Karan keluar dari sana dengan begitu kencang. Bisa Adith lihat kalau itu adalah Alisya. Alisya juga tak mengira kalau Adith akan berada disana saat keluar dari apartemen Karan.

"Alisyaa... Alisya..... Dia bisa mengemudikan mobil?" tanya Adith takjub tak tahu kalau Alisya bisa mengemudikan mobil sebelumnya. Adith terengah-engah kembali ke tempat Karan setelah tak berhasil mengejar Alisya.

"Dia tidak ingin aku mengantarnya, untuk itu terpaksa aku memberinya mobil." jelas Karan menatap Adith dingin dan ekspresi yang datar.

"Terimakasih karena sudah menemani Alisya, aku pamit sekarang." Adith langsung berbalik badan melihat ke kiri dan ke kanan mencari taksi yang mungkin lewat disekitar sana.

"Adith, masuklah!" panggil Karan memimpin jalan masuk kedalam gedung apartemennya.

Awalnya ia ingin mengajaknya ngobrol di lobi apartemen, namun melihat keadaan yang ramai di hari minggu membuatnya langsung mengajak Adith naik ke atas menuju kamarnya.

Adith segera masuk kedalam kamarnya mengikuti Karan kemudian ia duduk di sofa melihat bekas balutan yang terlihat sedikit ada percikan darah namun jiga terlihat sedikit bersih di sekitarnya.

"Itu balutan kepala Alisya yang semalam hampir tertabrak truk namun bisa menyelamatkan diri dan kepalanya terbentur di trotoar jalan." jelas Karan sembari membawakan Adith minuman hangat.

"Bagaimana keadaanya?" tanya Adith menggenggam erat balutan kepala Alisya tersebut.

"Kau tentu sudah tau meski kau tak bertanya lagi." Karan merasa yakin kalau Adith mungkin sudah mengetahui banyak hal tentang tubuh Alisya sebenarnya.

"Dia bisa sembuh dengan mudah dan hanya menyisakan bekas lukanya saja." jawab Adith pelan menatap Karan sendu.

"Meski begitu, Alisya tetap saja masih merasakan sakit setiap kali ia mendapatkan luka." jelas Karan menyeruput minumannya.

"Apa yang ingin kau katakan padaku dengan membawaku kesini? Aku harus bertemu Alisya sekarang." Adith sudah tidak tahan lagi karena sangat ingin bertemu dengan Alisya cepatnya.

"Sebelum kau pergi, ada beberapa hal yang harus kau ketahui selain dari apa yang sudah kau ketahui sebelumnya." Karan meletakkan cangkirnya memulai pembicaraan dengan tatapan serius kepada Adith.

"Aku takkan meminta maaf kepadamu atas apa yang aku lakukan padamu semalam karena kamu pantas mendapatkan hal tersebut. Tapi diatas semua itu, reaksi mu memang sangatlah normal. Dan aku bisa memaklumi nya." Karan menatap dalam ke arah Adith yang berikutnya ia layangkan pandangan nya ke jendela kaca apartemen miliknya.

"Aku tau!" ucap Adith singkat bisa memaklumi sikap Karan yang sudah meninjunya dengan cukup keras semalam.

"Tubuh dan emosi Alisya sekarang memiliki perubahan yang sangat drastis sehingga setiap kali mengalami luka, dia akan sembuh dengan mudah. Hal ini akan sangat berbahaya jika di ketahui oleh organisasi, termasuk kemampuan milikmu." Karan menunjuk kepada kemampuan hidung Adith yang sangat tajam serta ketahanannya dalam melawan tekanan energi nano.

"Apa Alisya yang memberitahukan dirimu mengenai semua itu?" tanya Adith karena seingatnya hanya Alisya saja yang mengetahui akan ketajaman Indra penciumannya.

Semua orang yang mengenalnya mengira kalau Adith hanya tidak suka dan bahkan membenci aroma parfum yang terlalu menyengat.

Karan mengangguk pelan mengingat Alisya yang menceritakan semuanya kepada Karan sesaat sebelum ia akhirnya memaksa pulang tanpa di antar oleh Karan karena ingin sendiri.

"Untuk saat ini, kemampuan kalian masih belum di ketahui karena Alisya selalu berhasil membunuh mereka sehingga beberapa informasi mengenai dirinya ataupun dirimu sampai ke organisasi." terang Karan terus memberikan penjelasan kepada Adith.

"Tapi kalian harus berhati-hati sebab saat ini Organisasi sudah melakukan perburuan kepada Alisya sehingga sulit baginya untuk berada disekitar mu saat ini. Karena kau bisa saja dalam keadaan berbahaya sewaktu-waktu sehingga Alisya memutuskan untuk pergi dari kehidupanmu." tambah Karan lagi yang langsung membuat Adith berdiri dari tempat duduknya karena terkejut.

"Apa??? aku harus segera menghentikannya, Alisya tidak bisa menghilang dari hadapanku lagi." Adith dengan cepat berbalik badan ingin meninggalkan apartemen Karan.

"Kalau begitu jadilah kuat dan lindungi dia!!!!" bentak Karan bangkit dari tempat duduknya.

"Yang aku maksudkan adalah bukan kau harus menjadi seperti Alisya, tetapi setidaknya kau bisa melalui semua nya bersama Alisya. Dia sangat membutuhkan dirimu disisinya Dith, kau berperan dalam dua hal baginya." ucapan Karan membuat Adith mengerutkan keningnya tak yakin akan apa yang di maksudkannya.

"Dua hal??? apakah yang kau maksud adalah Aku bisa menjadi kelemahan dan juga menjadi kekuatan bagi Alisya?" Adith mencoba menerka setelah mengingat kembali semua hal yang sudah mereka berdua alami selama ini.

"Benar! Kau tinggal memilih untuk menjadi apa baginya. Selain itu kau hanya butuh belajar dari pengalaman, aku tau kalau kau tak takut terhadap Alisya. Tapi kau masih butuh banyak pengalaman yang bisa menjadikan kalian berdua untuk semakin kuat dan bisa bekerja sama dengan baik." terang Karan lagi mengambil jacket milik Adith dari dalam kamarnya.

"Untuk sekarang, sebaiknya kau pulang terlebih dahulu dan temui Alisya saat ia sudah cukup tenang." tambah Karan lagi sebelum membiarkan Adith pergi dari sana.

"Terimakasih banyak!" terang Adith memegang erat jaket miliknya dengan tatapan kosong.