Chapter 294 - Semoga Berhasil

"Bapak sama mama pulang deluan saja, Adith mau menemui Alisya dulu." terang Adith meminta izin kepada kedua orang tuanya.

Pemakaman Ubay yang selesai hingga sore hari membuat ayah Adith tak yakin jika ia pergi di sore hari menemui Alisya saat dia juga tak membawa kendaraan sendiri.

"Ini kan sudah agak sore, kamu juga tidak membawa kendaraan bukan?" ucap ayah Adith merasa khawatir pada anaknya.

"Tidak apa,, biarkan saja dia." ibu Adith mengelus bahu suaminya lembut agar memberikan izin kepada Adith.

"Jangan pulang terlalu larut malam yah,, mama juga masih sedikit khawatir karena kejadian ini." pinta ibu Adith meragukan keselamatan anaknya.

Ibu Adith sebenarnya tahu kalau pengawal Ayah dan kakek Alisya yang sebelumnya dibekukan karena keinginan Alisya yang tak suka di buntuti terus menerus terpaksa kembali melakukan penjagaan mereka, tetapi bukan pada Alisya melainkan orang-orang terdekat Alisya di beri 2 orang pengawal profesional.

Dan Adith memiliki pengawalan khusus dari Ayah dan Kakek Alisya tanpa sepengetahuan mereka. Ayah dan Kakek Alisya merasa harus bertanggung jawab karena mereka merasa bahwa dengan keberadaan mereka disekitar Alisya, maka nyawa mereka juga akan terancam bahaya.

"Mama nggak usah khawatir, Adith akan baik-baik saja!" Adith menyalami kedua orang tuanya sebelum pergi menuju Yogi yang sudah menanti Adith di samping motornya.

Keduanya bahkan tak bisa saling menyapa meski itu hanya dalam bentuk senyuman karena tak ingin melukai perasaan orang-orang disekitar Ubay. Mereka hanya ingin menghormati keluarga mereka yang sedang berduka sehingga mereka hanya menatap dan menunduk satu sama lainnya memberi tanda dan dukungan.

"Mari kita pergi." ajak Adith yang langsung dijawab anggukan pelan Yogi. Yogi dengan santai membunyikan motornya memboncengi Adith pergi menuju rumah Alisya.

Sepanjang perjalanan keduanya hanya terlarut dalam pikiran masing-masing. Mereka masih terus memikirkan apa yang sudah mereka lalui semalam serta bagaimana sedihnya keluarga Ubay karena harus kehilangan anak yang dalam beberapa bulan lagi akan menyelesaikan Sekolah Menengah Pertamanya. Mereka tak berbicara satu sama lainnya hingga sampai di rumah Alisya.

"Semoga berhasil!" Yogi memberi dukungan kepada Adith yang ia tahu akan apa tujuan dari Adith kerumah Alisya.

"Terimakasih, kau tak perlu menungguku." ucap Adith sembari tersenyum kecut memandang rumah Alisya. Ia hanya tak suka membiarkan masalah berlaru-larut sehingga Adith ingin secepat mungkin menyelesaikan masalah di antara mereka berdua.

Yogi mengangguk kemudian memasang kembali helem nya dan berlalu pergi meninggalkan Adith setelah kedunya saling memberikan tinju kepalan tangan. Adith menarik nafas dalam berdoa dalam hati sebelum masuk kedalam dan membuka pintu pagar rumah Alisya.

"Masuklah, nenek juga baru pulang dari sana." nenek Alisya masih belum mengetahui kesalahpahaman antara Alisya dan Adith.

"Alisya ada nek? Aku tidak melihatnya datang ke tempat pemakaman tadi." tanya Adith kepada nenek Alisya ingin memastikan keberadaan Alisya terlebih dahulu.

"Dia belum keluar kamar seharian ini, sebentar aku panggilkan dulu. Duduklah!" nenek Alisya segera naik menuju lantai untuk memanggil Alisya.

Saat nenek Alisya sedang berada di atas, Ryu dan Akiko keluar dari kamar begitu mendengar suara Adith. Mereka menatap Adith dengan sendu tak tahu kalimat apa yang harus mereka lontarkan untuk mendukung Adith.

"Kak Alisya tak ingin bertemu dengan siapapun saat ini termasuk dirimu. Dia butuh waktu untuk menyendiri sehingga kedatanganmu saat ini masih belum bisa membuatnya untuk menemuimu." jelas Akiko turun dari lantai dua melewati nenek Alisya yang sedang mencoba membujuk Alisya untuk keluar dari kamarnya.

"Nenek masih belum tahu akan permasalahan di antara kau dan nona maupun dengan teman-teman yang lain. Saat ini nona sangat takut jika harus bertatapan muka dengan kalian semua. Bahkan pada aku maupun Akiko." tambah Ryu menjelaskan bagaimana Alisya saat ini.

"Tapi kau jangan khawatir, seiring berjalannya waktu aku yakin kak Alisya bisa mengerti dan memahami kita semua. Begitupula sebaliknya kita terhadap dia. Dia melakukan ini semua demi melindungi apa yang sudah ia anggap berharga.

Tepat setelah itu, nenek Alisya turun dari lantai dua menuju Adith dengan tatapan bingung dan merasa ada yang sedang terjadi antara Adith dan Alisya.

"Adith, nenek tak tahu harus bagaimana, dia tidak ingin keluar dari kamarnya saat ini. Apa sedang terjadi sesuatu di antara kalian berdua? tanya neneknya merasa khawatir akan keduanya.

"Tidak nek, ini hanya masalah kecil saja yang bisa kami selesaikan berdua. Nenek tidak usah khawatir karena Adith akan mencoba menyelesaikannya dengan cepat." Adith tersenyum manis untuk menenangkan nenek Alisya.

"Nenek harap kalian bisa menyelesaikannya dengan cepat. Permasalahan dan pertengkaran yang terjadi adalah progres untuk mengeratkan hubungan dan dapat membuat kalian lebih dewasa dalam berpikir. Jadi jangan terlalu merasa terbebani." terang nenek Alisya memberikan semangat kepada Adith.

"Iya nek, terimakasih banyak. Kalau begitu saya pamit permisi dulu." Untuk saat ini Adith memilih untuk memberikan sedikit waktu lebih lama lagi kepada Alisya agar ia bisa berpikir dan lebih tenang tapi Adith tak kan menyerah sampai ia bisa menemui Alisya.

"Tingallah lebih lama, nenek akan masakkan kalian makanan yang hangat untuk mengembalikan mood kalian." pinta nenek Alisya kepada Adith karena tak ingin ia pergi dari rumahnya dengan begitu cepat.

"Terimakasih banyak nek, tapi aku harus pulang sekarang karena mama juga sudah menyiapkan Adith makan malam. Aku akan makan bersama nenek lain kali lagi." Adith dengan ceria memeluk tangan nenek Alisya untuk membuatnya tenang dan tak merasa curiga akan masalah di antara mereka.

"Baiklah, kalau begitu. Sampaikan salamku kepada kedua orang tuamu. Aku akan pergi mengunjunginya sesekali nantinya." Belai nenek Alisya pada kepala Adith dengan gemas. Adith tersenyum mendapat belaian dari nenek Alisya. Hatinya terasa sedikit hangat dan merasa cukup lega karenanya.

"Aku akan datang lagi, jika kau sudah tenang ku mohon berikan aku kesempatan untuk berbicara denganmu. Kau ingat bukan? kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku!" Adith mengirim pesan kepada Alisya sebelum ia pamit pergi.

Alisya yang tak memakai alat peredamnya dan hanya duduk di sudut kanan ranjang tak peduli akan warna hijau tanda pesan masuk dari alat peredamnya tersebut, namun karena sistem otomatis dari alat yang di buat oleh Adith pesan itu langsung tersampaikan dalam bentuk tampilan hologram.

Dari awal Alisya bisa mendengar semua percakapan mereka dibawah sana dan Alisya semakin sesak begitu mendengar suara Adith yang serak dan berat. Adith segera pamit setelah menyalami nenek Alisya. Tanpa disadari oleh Adith, Ryu terus berjalan mengikuti Adith dan mengawasinya selama dalam perjalanan.