Chapter 295 - Melupakan Sesuatu

Di sekolah ruang 12 MIA 2.

"Alisya tidak masuk lagi?" tanya Aurelia kepada Karin yang duduk berdampingan dengan Alisya.

"Ryu, apa sedang terjadi sesuatu dengannya? atau dia sedang sakit?" tanya Adora penasaran karena tidak melihat Alisya selama 3 hari terakhir.

"Tidak, di baik-baik saja." Ryu menggeleng pelan.

Adora dan yang lainya tidak tahu akan apa yang sedang terjadi pada malam itu karena Zein dan Karin bermaksud untuk menyembunyikan permasalahan tersebut.

Hanya Yogi saja yang tidak berada di tempat yang mengetahui kejadian tersebut karena tidak sengaja mendengar percakapan mereka mengenai apa yang sudah terjadi. Yogi bisa memahami mengapa dan bagaimana sehingga ia tidak bertanya lebih lanjut.

"Aku melihatnya datang ke sekolah, dia terlihat sedang menghindariku. Bahkan saat dia tidak masuk di kelas, aku melihat Alisya berada di perpustakaan." Beni datang terengah-engah menceritakan tentang Alisya yang menghindari dirinya.

"Apa yang terjadi pada Alisya? di acara pemakaman Ubay pun juga dia tidak hadir." Feby merasa aneh dengan sikap Alisya.

"Jika dia seperti itu terus, dia akan mengalami banyak pengurangan poin. Sudah banyak pelajaran yang ia lewati." Emi sangat mengkhawatirkan Alisya yang tak pernah kembali ke kelas.

"Bahkan Adith sampai berulang kali datang hanya untuk bertemu Alisya, tapi Alisya selalu berhasil menghindarinya." ucap Gani tidak suka dengan kondisi mereka saat ini.

"Kalian tidak usah khawatir, Alisya mungkin sangat shock saat melihat Ubay mati dihadapannya." Karin mencoba memberikan mereka semua pengertian.

"Dia masih belum siap menerima kenyataan akan bagaimana Ubay harus terbunuh di hadapannya. Untuk itu setiap kali dia melihat kita, ke khawatiran dan bayangan akan Ubay terus menghantuinya." tambah Yogi juga memberikan penjelasan kepada mereka.

"Alisya tak ingin kehilangan kalian seperti ia kehilangan Ubay di hadapannya. Sulit bagi dia menerima kenyataan itu karena Alisya yang melihat sendiri kejadiannya secara langsung." Ucapan Ryu langsung membuat mereka menunduk paham.

"Berikan waktu untuk dia tenang dulu, seiring dengan berjalannya waktu dia pasti bisa menerima semua kenyataan itu." Karin memandang teman-temannya dengan penuh hangat.

"Kita harusnya bisa mendukung Alisya, dia sudah mengalami hal yang sangat berat sendirian." Gina menggenggam erat tangannya tak bisa membayangkan bagaimana perasaan pedih Alisya saat melihat seseorang terbunuh dihadapannya.

Mereka larut dalam fikiran masing-masing merasakan pedih yang teramat sangat kepada Alisya sehingga dengan cepat mereka berpikir untuk satu persatu mendatangi Alisya tanpa terkecuali.

Saat mereka sedang berbincang-bincang dan larut dalam pikiran masing-masing, lagi-lagi Egi kembali dengan pakaian kotor dan lusuh.

"Egi, apa yang terjadi denganmu? kau baik-baik saja?" Karin dengan cepat menghampiri Egi karena khawatir.

"Aa... aku baik-baik saja. Terimakasih sudah khawatir padaku." senyum Egi terlihat kosong dan tak bernyawa.

"Pasti sudah terjadi sesuatu denganmu kan?" Aurelia tidak percaya dengan apa yang sedang dikatakan oleh Egi.

Wajahnya tampak memerah dan bibirnya terlihat pecah seperti bekas di tampar oleh seseorang. Melihat Egi yang terlihat ketakutan ketika didekati oleh Karin membuat mereka yakin kalau Egi sedang dalam perundungan.

"Siapa yang melakukan ini padamu?" Adora terlihat kesal karena Egi berusaha menyembunyikannya dari mereka.

"Ini bukan apa-apa!" ucap Egi langsung pergi dari sana dengan emosi.

"Apa-apa'an dia itu? kita kan hanya ingin membantunya!" Feby merasa jengkel dengan sikap Egi yang kasar menepis tangan Karin dan berlalu pergi.

Karin memandang teman-temannya yang lain dan terlihat mereka juga mengetahui sesuatu tapi tak berani berbicara atau melaporkan nya kepada Karin.

"Apa kalian tidak menganggapku sebagai ketua kelas, atau memang aku tak pantas menjadi ketua kelas bagi kalian?" tanya Karin sengaja ingin memancing teman-temannya untuk berbicara.

Mereka yang terlalu sibuk karena masalah kemarin membuat Karin jadi tidak begitu memperhatikan masalah yang sedang terjadi di dalam kelas mereka.

"Bukan begitu, kau sudah cukup menjadi ketua kelas yang baik bagi kami." seorang teman sekelasnya langsung membantah dengan cepat.

"Tapi ini bukanlah masalah yang bisa di selesaikan oleh kita yang hanya berasal dari kelas biasa." tambah yang lainnya dengan tatapan murung.

"Apa maksud kalian? memangnya apa yang tidak bisa kita selesaikan?" tanya Aurelia merasa tersinggung dengan ucapan temannya.

"Bukan maksud kami untuk menganggap remeh kalian, tapi seseorang yang memiliki kekuasaan yang cukup tinggi melakukan hal ini pada kami sehingga pihak sekolahpun tak berani melakukan penyelesaian terhadap apa yang mereka lakukan." ucap mereka cepat menjelaskan kepada Karin dan teman-temannya agar tidak salah paham.

"Kita memang takkan bisa menyelesaikannya jika kita tidak mengetahui akar permasalahannya seperti apa." Rinto menatap temannya yang lain untuk memberikan mereka keberanian menceritakan semuanya.

"Ku mohon, dengan kalian mengatakan yang sebenarnya padaku maka aku akan mencoba semaksimal mungkin untuk membantu kalian." tegas Karin tak rela jika teman-temannya mendapatkan perlakuan tak adil.

"Kalian bisa percayakan semuanya pada kami. Kami tidak akan membawa kalian dalam masalah ini, tetapi kami akan langsung melakukan penelitian dan mencari bukti terlebih dahulu." tambah Yogi memberikan mereka keyakinan untuk menceritakan semuanya.

"Ini semua adalah ulah Citra!" teriak Putri dengan sangat lantang. Ia terlihat tak tahan dengan perlakuan yang ia dapatkan sehingga tak bisa menahannya lebih lama lagi.

"Putri!!!" teriak Fani mencoba menghentikan putri untuk berbicara lebih jauh lagi.

"Kenapa??? apa kalian masih sanggup dengan perlakuan Citra? kenapa kita tidak mencoba percayakan ini pada Karin dan yang lainnya?" ucap Putri dengan penuh amarah.

"Apa yang akan berubah jika kita mengatakan hal ini pada mereka? para guru pun tak berani untuk menyelesaikan permasalahan ini. Mereka hanya bungkam dan kau tau kan Ayah Egi bisa saja dalam bahaya karenamu." bentak Fani kepada Putri yang sudah berani membocorkan semuanya.

"Jadi semua itu ulah Citra? kenapa kami lupa akan hal ini!" Karin memukul mejanya dengan sangat keras membuat semua teman-temannya menjadi kaget dan takut.

"Apa yang terjadi? apa kau mengetahui sesuatu?" tanya Ryu kepada Karin yang tangannya terlihat memerah dan kebas.

"Ya, Egi sudah menceritakan kepada Alisya dan aku sebelumnya." ucap Karin sembari terduduk dengan lemas. Ia tak menyangka kalau sikap Citra akan semakin bertingkah banyak.

"Apa??? jadi kau sudah mengetahui permasalahan ini sebelumnya dan tak melakukan apapun?" Syams terlihat marah kepada Karin.

"Lihat kan? bahkan Karin saja tak bisa melakukan apapun terhadap permasalahan ini meski ia telah mengetahuinya." tambah Fani kesal.

"Karena Egi yang melarang kami!!! Aku juga tak menyangka kalau dia akan berbuat sampai seperti ini. Dia harus ku beri pelajaran!" Karin terlihat penuh akan amarah yang seketika membuat semua teman-temannya diam membeku.