Chapter 296 - Ancaman Karin dkk

Fani dan Syams jadi terdiam begitu mendengar bahwa ia tidak bisa melakukan apapun karena dari awal Egi lah yang melarangnya.

Mereka jadi tidak bisa menyelahkan Karin karena semua itu sehingga dalam beberapa saat emosi mereka berkecamuk.

"Oke, jadi sekarang kita sudah tahu kalau ternyata semua ini adalah pekerjaan dari si Citra! Sekarang tinggal mengapa kalian begitu takut padanya sampai kalian juga ikut-ikutan untuk tidak memberitahu kami dan bahkan menyembunyikannya?" Gina yang ters diam sebelumnya menjadi sangat penasaran.

Tak ada satupun dari mereka yang berani membuka mulut sehingga Aurelia datang menghampiri Putri secara perlahan-lahan dengan tatapan mengintimidasi agar Putri menjadi  takut.

"Sepertinya kamu lupa kalau Ayahku itu juga memiliki kekuasaan yang cukup tinggi sehingga  aku bisa membuat kalian tidak bisa lulus dari sekolah ini" ucap Aurelia dengan tatapan sinis yang sedikit membuat Putri menjadi goyah dan memundurkan langkahnya karena takut.

Melihat reaksi dari Aurelia yang sudah mulai mengancam mereka, Karin pun akhirnya melirik ke arah Rinto untuk melakukan hal yang sama.

Karin sebenarnya tak tega jika harus membuat mereka menjadi katakutan dengan ancaman mereka, namun sepertinya hanya itu cara agar membuat mereka juga berbicara.

Dengan membuat mereka takut pada suatu kekusaaan yang lebih tinggi dari yang sebelumnya dapat membuat mereka jadi takluk dan mengikuti yang lebih kuat.

Hal inilah yang sering disalah gunakan dalam kehidupan sekarang. Mereka yang memiliki kekuasaan menjadi semakin tak terkendali dan bahkan sampai lupa diri.

"Sepertinya aku sudah terlalu lembut kepada klian selama ini, apakah aku juga harus melakukannya dengan cara yang sama seperti yang selama ini aku lakukan pada kalian?" ancam Rinto kepada Syams yang membuat Syams jadi mengingat masa lalu dimana sebelum Rinto bertemu dengan Alisya dan ditaklukkan oleh Alisya, Rinto adalah penindas yang paling mereka takuti.

"Tidak,,, tidak... jangan lakukan itu!" Syams segera memohon dengan sangat cepat.

"Kalian mungkin lupa bahwa orang tua kami juga bukanlah sesuatu yang patut untuk di remehkan. Dan jika Alisya mengetahui sikap kalian yang seperti ini, apa kalian yakin bisa di ampuni dengan mudah?" Karin mulai mendekati Fani secara perlahan-lahan dan memegang pundaknya menatap teman-temannya yang lain dengan senyuman jahat.

"Aku rasa kalian juga sudah mengetahui kekusaan Alisya mengingat bagaimana ia mengeluarkan Miska dan Miya dari sekolah ini untuk selamanya." Tambah Yogi sembari melipat kedua tangannya mengingatkan mereka akan kekuatan tersembunyi dari Alisya.

"Bukankah itu semua karena Adith? Adithlah yang berhasil mengendalikan semuanya dan membuat mereka untuk keluar dari sekolah." Fani berbicara dengan suara yang bergetar.

Fani bukannya tak percaya pada apa yang dikatakan oleh teman-temannya, namun ia hanya takut kalau kekuasaan mereka belum cukup untuk mengatasi permasalahan yang sedang mereka dapatkan.

Jika kelas elite di penuhi oleh banyak orang-orang yang kedua orang tuanya di ketahui memiliki kekuasaan yang cukup besar, maka berbeda dengan kelas biasa.

Sebagian besar dari mereka memilih untuk tidak membeberkan siapa orang tua mereka sebenarnya dan hanya akan mengungkapkannya jika itu memang di perlukan.

"Benarkah? Sepertinya kalian sudah salah paham terhadap kami." Ryu juga ikut menatap mereka dengan penuh ancaman.

"Kalian harusnya tidak lupa akan kejadian orang tua kami yang lalu berhasil lolos dari kritis berkat bantuan Alisya." Terang Beni mengingatkan mereka akan kejadian dimana orang tua mereka harus dikeluarkan dari perusahaan mereka namun Alisya lah yang membantu kedua orang tua mereka tanpa terkecuali.

Feby dan Emi menaikkan jempolnya kepada Beni yang mewakili mereka berdua untuk menceritakan semuanya yang sebenarnya.

Alisya memang sengaja menyuruh mereka untuk tak perlu berkata-kata mengenai apa yang sudah dilakukannya, namun mereka rasa kali ini adalah saat yang tepat untuk mereka membeberkannya.

"Kalian sudah tidak punya pilihan lain selain menceritakannya kepada kami semuanya, kecuali kalian akan bernasib sama dengan mereka." Adora menunjuk kepada orang-orang yang pernah bermasalah dengan mereka sebelumnya.

Putri yang sedari awal memang sudah berniat untuk bercerita, tampak mulai ingin kembali membuka mulutnya untuk menceritakan semuanya kepada Karin dan yang lainnya namun ternyata Syams sendiri lah yang membuka mulutnya terlebih dahulu.

"Ini semua berawal dari Egi, bukan berarti kami menyalahkannya atas apa yang terjadi pada kami. Tapi kami yang tak sengaja menemukan Egi yang mendapatkan penyiksaan dari Citra membuat kami juga ingin menyelamatkannnya." Ucap Syams merasa menyesal karena tak menceritakan semuanya kepada Karin dan yang lainnya sebelumnya.

"Kami yang membantu Egi sewaktu kalian pergi malah mendapatkan perlakuan yang sama dimana kami semua mendapatkan buliyan yang sangat kejam dari kawan-kawan elite Citra. Bahkan Syams harus menjadi samsak mereka setiap harinya." Tambah Fani menceritakan semuanya kepada Karin dan yang lainnya.

Mereka sengaja terdiam untuk memberikan ruang bagi Syams dan Fani juga putri mewakili teman-temannya yang lainnya menjelaskan dengan nyaman tanpa ada hambatan serta tanpa adanya gangguan yang dapat membuat mereka melupakan satu hal.

"Kami sudah mencoba untuk melaporkannya kepada pihak sekolah namun tanggapan mereka adakah kami sengaja menyebarkan berita hoax hanya untuk mendapatkan keuntungan. Bahkan saat pak Richard yang tak sengaja mendengarnya pun dengan cepat di putar balik oleh guru-guru yang berada disana." Ucap Putri dengan nada yang serak kesal mengingat bagaimana kecewanya ia pada guru-guru tersebut.

"Kalian mungkin berpikir kenapa kami tak melaporkannya kepada guru Bimbingan Konseling bukan?" Syams mencoba menebak pikiran mereka saat melihat kerutan kening di dahi mereka.

Karin dan yang lainnya saling berpandangan yang kemudian mengangguk pelan membenarkan apa yang sudah dikatakan oleh Syams.

Urusan permasalahan yang di alami oleh siswa biasanya ketika sudah tidak bisa dihadapi oleh wali kelas, maka akan diserahkan oleh guru Bimbingan Konselin mengingat ibu Vivian dan Ibu Arni sedang tak berada di tempat saat itu.

"Kami sudah mencobanya, tapi guru Bimbingan Konseling menganggap bahwa ini hanyalah masalah pertengkaran biasa yang dapat di selesaikan hanya oleh kami saja karena kami tak bisa memberikan mereka bukti jika kami telah mendapatkan perundungan tersebut." Ucap Fani dengan tersenyum kecut.

"Mereka malah menyarankan kepada kami untuk bisa menyelesaikannya sendiri dulu dan berani menghadapi kenyataan sebelum akhirnya melaporkan semua itu kepada mereka." Tambah Putri dengan ekspresi yang sama dengan Fani dan Syams.

"Apa mereka harus melihat seseorang meninggal baru mereka menyesal?" Aurelia meledak dalam amarah yang mengejutkan se isi kelas karena teriakannya.

"Bisakah kau memberikan sedikit tanda-tanda jika ingin meledak? Jantung ku hampir copot karena mu!!!" Gani memegang dadanya sebelah kanan mengira bahwa bagian itu adalah tempat dimana jantungnya berada.

Tingkah Gani sontak membuat mereka jadi tertawa terbahak-bahak terlebih karena mereka juga sama terkejutnya dengan Gani. 

Feby dan Emi bahkan sampai menutup mata dengan tubuh yang bergetar hebat karena terkejut oleh Aurelia yang mendadak meletuskan amarahnya.

"Dibanding kami semua, Egi lah yang paling sering mendapatkan perundungan itu. Ia bahkan sampai mendapatkan pelecehan sesksual dimana ia pernah di kunci didalam gudan dan mereka memaksanya untuk membuak pakaian seragammnya." Ucap Fani kembali dengan suara yang cukup berat dan sarat akan kesedihan dan simpati yang sangat mendalam kepada Egi.

"Apa??? Mereka bahkan sampai melakukan hal itu kepadanya?" Kali ini Adora yang kembali meledak dalam amarah.

"Ya, kami bahkan sangat ingin menampar diri kami sendiri karena tidak bisa melakukan apapun terhadap hal tersebut. Egi bahkan terus terusan mendapatkan ancaman menggunakan video tersebut jika ia tidak mengikuti perintah mereka." Jelas Putri merasakan sakit ketika membayangkan jika ia berada pada posisi Egi.

"Kami sangat ingin membantunya, tapi kami tak punya kekuasaan lebih untuk melakukan apapun yang bisa membantunya. " Lanjut Syams menarik nafas dalam.

"Sepertinya mereka harus diberikan pelajaran yang sangat berarti. Bagaimana jika kita juga memberikan mereka pelajaran dengan melakukan hal yang sama?" senyum jahat Karin membuat mereka semua merinding hebat.