Chapter 298 - Bersenang-senang

Keesokkan harinya.

Tepat seperti dugaan mereka, setelah bel istirahat berbunyi dengan kencang Egi dengan sangat terburu-buru keluar dari kelas bahkan mendahului guru mata pelajaran yang sebelumnya masuk.

"Ada apa dengannya?" tanya pak Bram guru Bahasa Indonesia mereka.

"Egi sedang mules pak, makanya terburu-buru seperti itu." ucap Karin memberikan alasan yang dengan lirikan ia memerintahkan Adora dan Aurelia untuk mengikutinya.

Karin tidak mungkin keluar untuk mengejar Egi saat guru mata pelajaran masih berada di depannya sehingga ia mengutus Adora dan Aurelia terlebih dahulu.

"Maaf pak, kami akan melihat kondisinya sekarang." ucap Adora yang seolah terlihat sangat khawatir.

Pak Bram jadi terdiam dan tak berburuk sangka sehingga ia keluar dengan tidak menunjukkan ekspresi kecewanya.

"Dia sudah jauh!" ucap Yogi yang memantau pak Bram karena mereka tidak ingin terlihat begitu jelas.

Seketika Karin berdiri dari tempat duduknya dan segera berjalan untuk menemukan Adora dan Aurelia. Untunglah alat komunikasi yang selama ini terus di berikan oleh Adith selalu saja mereka bawa kemanapun mereka pergi.

"Alat ini sangat berguna. Aku mengakui mu atas semua kejeniusan mu Adith." ucap Karin memuji Adith dengan penuh semangat.

"Bisakah kau tidak mengaktifkan frekuensinya secara global?" jawab Adith yang langsung mengaktifkan alat komunikasinya saat melihat tanda pengaktifan alat komunikasi miliknya.

"Jadi kau mendengarnya??!?" teriak Karin dengan sangat kencang yang membuat telinga mereka memekak sakit.

Bahkan teriakan itu sampai mengejutkan beberapa orang yang berada tak jauh darinya dan menatapnya dengan aneh. Karin hanya cengengesan sembari terus berjalan lurus.

"Kami semua mendengarnya!!!" ucap mereka serempak yang kali ini Karin yang terkejut bukan main.

Tanpa mereka sadari, setiap kali melihat alat mereka mengalami pengaktifan membuat mereka secara serempak mengambil alat tersebut dan memasangnya di telinga mereka masing-masing.

Entah karena kebiasaan atau memang karena tak sengaja melihatnya. Bahkan Alisya yang juga sudah terhubung secara langsung dengan peredamnya tertawa pelan akibat tingkah teman-temannya.

Alisya merasakan kerinduan yang sangat dalam. Ia terus menatap langit di balik dedaunan pepohonan rimbun yang selalu menjadi tempatnya melarikan diri.

"Maaf, aku akan menonaktifkan panggilan converence nya." Karin dengan cepat mematikan panggilannya dan hanya menghubungkan antara Aurelia dan Adora serta Rinto dan Yogi.

"Karin, kami berada di toilet kelas elite." ucap Aurelia langsung menginformasikan kepada Aurelia begitu melihat Egi masuk kedalam sana.

"Aku rasa Citra sudah mulai melakukan aksinya kembali. Akan aku kirimkan gambarnya padamu." Adora dengan cepat mengaktifkan hologram pengambil gambar video pada alat komunikasi miliknya yang langsung terhubung dengan teman-teman nya yang lain.

"Aku akan segera kesana." ucap Karin langsung memutar balik arahnya menuju ke toilet dari gedung kelas elite IIS secepat mungkin.

Saat Karin menuju kesana, Egi sudah keluar dari toilet dengan baju yang kusut dan basah karena Citra yang menyiram Egi dengan air bekas cucian toilet.

"hahahahah... rasanya sangat menyenangkan. Melihat dia memohon-mohon untuk diberikan ampunan. Sungguh bisa jadi pelepas stres yang sangat ampuh." ucap salah seorang dari teman Citra yang sedang memperbaiki riasannya.

"Aku juga jadi merasa legah saat semua masalahku bisa terlampiaskan." tambah teman Citra yang lainnya.

"Kalian bisa melakukan apapun padanya. Aku akan tetap memastikan dia diam dan tak berkutik untuk melaporkannya. Jadi kalian tenang saja." ucap Citra dengan penuh bangga memakai pelembab bibirnya dengan santai.

"Bolehkah aku juga merasakan kesenangan kalian yang selama ini kalian lakukan?" tanya Karin masuk bersama dengan Adora dan Aurelia yang langsung mengunci pintu toilet tersebut dari dalam.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Citra langsung menghadap ke arah Karin dan yang lainnya dengan melipat kedua tangannya dengan sombong.

"Apa lagi? bersenang-senang tentunya." ucap Aurelia yang langsung melemparkan satu ember penuh air comberan ke wajah Citra dan teman-temannya.

Mereka berteriak histeris saat mendapatkan siraman tersebut.

"Perempuan... " baru saja teman Citra maju dan ingin memaki Karin dan yang lainnya, Adora menambahkan satu ember lagi yang bahkan sampai ia telan.

Citra dan teman-temannya berteriak-teriak histeris antara marah dan menangis karena air comberan tersebut, dan terus saja muntah-muntah karena tak sanggup dengan bau dan kotornya yang membasahi seluruh tubuh mereka.

"Kau... Apa yang sedang kau lakukan ini?" Citra menatap Karin dengan penuh amarah.

"Ya.. bersenang-senang, bukankah kalian juga suka melakukan ini? karena itu aku juga ingin merasakan hal yang sama. Dan ternyata tidak begitu menyenangkan, karena aku memang bukan binatang seperti kalian. Oh iya, binatang pun tak tega aku beginikan. Jadi kalian ini apa yah?" tanya Karin terus memancing emosi Citra.

"Septic tank atau sampah?" ucap Aurelia tersenyum sini.

"Berani sekali kalian!" Citra maju ingin menghajar Karin namun dengan cepat berhenti begitu melihat Karin sudah menaikkan penyedot WC di dekat wajahnya.

"Kau pikir aku takut???" ancam teman Citra yang langsung ingin memukul Karin namun dengan cepat juga Karin memukul tangan dan kepalanya serta membuatnya berlutut ke lantai setelah menendang kakinya dengan kuat.

Tidak cukup sampai disitu, Karin langsung menambahkan dengan menempelkan dengan kuat penyedot WC tersebut ke wajah teman Citra yang berontak melepaskannya.

Saat temannya yang lain juga dengan cepat maju ingin menyerang Karin, Adora dan Aurelia sudah memukul perutnya dengan sapu yang panjang agar mereka tak menyentuh tubuhnya dengan badan mereka yang kotor.

"Aku ingatkan pada kalian, jika kalian berani menyentuh dan mengganggu teman-temanku lagi khususnya Egi, aku akan melakukan hal yang lebih parah lagi dari ini." Karin mengeluarkan ancaman dengan tatapan yang sangat keji sehingga Citra langsung merasa ketakutan.

Tatapan Karin membuatnya merinding, ia merasakan ancaman bahaya dari tatapannya tersebut sehingga mulut dan tubuhnya tak bisa bergerak dan membeku.

Mereka segera keluar begitu merasa sudah cukup memberi mereka pelajaran.

"Entah kenapa aku bahkan tak merasakan kesenangan dari apa yang baru saja kita lakukan. Aku bingung dengan pola pikir mereka, sepertinya mereka mengalami gangguan mental." ucap Adora seolah merasa hal tersebut adalah kesalahan bukanlah kebenaran.

"Kita memang ingin memberi efek jera kepada mereka, tapi bukan berarti kita juga membenarkan apa yang sudah kita lakukan kepada mereka." jelas Karin berjalan pelan menjauh dari gedung elite tersebut.

"Aku harap kali ini bisa membuat mereka tidak melakukan perbuatannya lagi." tambah Aurelia mendesah kesal.

Karin hanya tersenyum santai kemudian menekan alat komunikasinya.

"Bagaimana dengan kalian?" tanya Karin kepada Rinto dan Yogi yang menangani masalah Syams.

"Beres!!!" ucap Rinto singkat.

"Adith.." Panggil Karin kepada Adith.

"Aku juga sudah selesai meretas CCTV toilet mereka." jawab Adith dengan santai.