Chapter 300 - Tidak Perduli Jika Harus Menjadi Monster

"Brengsek. Mereka pikir dengan mengancamku bisa membuatku takut? Tentu saja aku tidak akan takut!" ucap Citra dengan tatapan penuh emosi.

Mereka dengan cepat pergi membersihkan diri di ruang ganti gedung olah raga dan mengganti pakaian mereka dengan menggunakan Pakaian olah raga.

"Syukurlah hari ini sedang di adakan rapat guru-guru sehingga kita tidak akan dipermasalahkan jika memakai baju olah raga." terang Nabilah sembari mengelap rambutnya yang masih basah.

"Aku masih merasa ingin muntah!" tambah Davina dengan menutup mulutnya karena masih merasa mual setiap kali mengingat kejadian sebelumnya.

"Aku pasti akan memberikan mereka pelajaran. Citra, kita harus memberikan mereka pembalasan." ucap Nabilah dengan sangat marah.

"Tentu, tapi sebelum itu kita harus membuat mereka semakin meradang dulu dengan melakukan hal yang lebih sadis kepada Egi." tegas Citra memakai pakaian olah raganya.

Citra langsung melakukan panggilan kepada Egi dan memintanya untuk datang ke gedung olah raga dimana mereka berada.

Egi yang berada dalam perpustakaan pun akhirnya langsung berlari dengan sangat cepat menuju ke gedung olah raga yang letaknya cukup jauh. Citra meminta Egi untuk mendatanginya di dalam gudang penyimpanan barang.

Alisya yang sedang mencari Egi tak sengaja melihatnya dari kejauhan sedang memasuki gedung olah raga dengan terburu-buru.

Merasa ada yang aneh, Alisya dengan cepat pergi ke tempat Egi saat ia masih berada diruang kelas karena mencarinya.

"A, ada apa lagi? bukankah aku sudah memberikan apa yang kalian minta tadi?" ucap Egi dengan wajah penuh ketakutan.

"Kau! Kau tau karena dirimu Karin dan yang lainnya sudah berani mengotori tubuh kami dan bahkan membuat kami menjadi sangat marah!" ucap Citra dengan tatapan bengis yang dirasa oleh Egi cukup berbahaya.

Egi langsung berniat untuk melarikan diri begitu melihat di tangan Citra ada sebuah pisau cutter yang membuatnya semakin takut namun ia dengan cepat dihentikan oleh Nabilah dan Davina.

"Eits, mau kemana kamu? Mulutmu terlalu bocor dengan bercerita kemana-kemana." ucap Davina langsung mendorong tubuh Egi dengan sangat keras.

Egi meringis sakit karena luka lebam dan memar yang ia terima belum sembuh dengan baik dan bahkan semakin parah dari hari ke harinya.

Alisya yang kehilangan jejak Egi di dalam gedung olah raga membuatnya harus memasuki satu persatu ruang yang ada disana untuk memastikan keberadaan Egi.

"Maafkan aku, tapi aku jamin aku tak menceritakan apapun kepada siapapun." terang Egi dengan suara yang bergetar ketakutan.

"Lalu kenapa Karin BERANI MENGUSIK ku? Dia pikir siapa dirinya hah???" teriak Citra dengan sangat lantang membuat Egi semakin merasa ketakutan dan air matanya mengalir deras.

Alisya dengan jelas mendengar suara Citra dari suatu ruangan, namun ia tidak bisa menemukan keberadaan mereka.

"Kau sudah membuatku dipermalukan hari ini, maka hari ini kau juga harus merasakan yang sama." Citra langsung merobek-robek baju Egi yang tak menyisakan sedikit celah untuk menutupi tubuhnya.

Citra bahkan tak segan untuk mengiris tali Bra nya yang sampai membuat tubuhnya teriris oleh pisau cutter milik Citra. Mereka terus tertawa di saat Egi memohon-mohon ampun.

"Wajahmu ini membuatku muak!" teriak Citra sekali lagi yang langsung mengarahkan pisaunya ke dekat wajah Egi yang membuat Egi langsung bersujud di kaki Citra.

Alisya masuk dengan menendang pintu gudang penyimpanan hingga terjatuh yang membuat Nabilah dan Davina terkejut bukan main. Alisya melihat Egi yang kacau berantakan dan mengenaskan dengan pipi yang sudah berdarah membuat Alisya sangat marah.

Alisya mencoba mengendalikan dirinya dengan langsung memakai alat peredam milik Adith agar menghindari trauma mentalnya kambuh lalu bergegas menyelamatkan Egi dari kaki Citra.

"Arrghhhh. Siapa lagi sih? kenapa semua orang ingin berlagak pahlawan?" Citra begitu emosi saat Alisya masuk dan memindahkan Egi dari kakinya.

Alisya langsung membuka pakaiannya dan memberikan baju seragamnya ke tubuh Egi dimana Egi langsung memeluk tubuh Alisya dengan sangat erat. Tubuh Egi bergetar hebat karena takut.

"Citra, bukankah dia yang menghalangi kita tempo hari?" ucap Davina begitu mengenali Alisya.

"Citra, dia itu Alisya. Aku dengar dia kekasihnya Adith." tambah Nabilah cepat.

"Aku tak perduli dia siapa. Hari ini akan aku lampiaskan amarahku pad siapapun yang berani menganggu ku." tatap Citra penuh akan amarah pada Alisya dan Egi.

Alisya menatap Ketiganya dengan mengeluarkan aura membunuh yang sangat besar. Namun ketiga orang tak berotak itu tak peduli dan langsung melakukan penyerangan kepada Alisya.

Citra yang penuh nafsu langsung mengarahkan pisaunya kepada Egi yang di tepis Alisya menggunakan tangannya. Tangan Alisya banjir akan darah segar. Alisya menyingkirkan Egi ke tempat yang aman.

"Alisya, tanganmu." ucap Egi yang mengkhawatirkan Alisya.

"Pergilah cari bantuan." ucap Alisya untuk membuat Egi pergi dari sana.

Tanpa pikir panjang, Egi langsung terpikir akan Adith dan Karin sehingga ia berlari dengan begitu cepat keluar dari gudang penyimpanan.

"Karin, kau mendengar ku bukan? selamatkan Egi sebelum keluar dari gedung olah raga." Alisya yang sudah terhubung dengan alat komunikasi mereka sebelumnya dengan cepat meminta Karin untuk menyelamatkan Egi yang pakaiannya masih belum menutupi tubuhnya karena seragam putih yang masih terlihat transparan.

Tanpa menunggu jawaban dari Karin, Alisya langsung mengeluarkan aura membunuh yang sangat pekat membuat Citra dan yang lainnya bergetar ketakutan.

Alisya langsung menendang mereka satu persatu dan mematahkan tangan dari Citra serta Nabilah dan Davina. Alisya bahkan tak peduli dengan teriakan mereka yang meringis kesakitan.

"Kau adalah monster. Kau bukan manusia." ucap Citra dengan tatapan penuh kebencian.

"Monster? hahahaha aku tak peduli jika harus menjadi monster sekalipun untuk bisa melindungi orang-orang disekitar ku." Alisya tak sadar kalau alat komunikasinya masih terhubung secara global dengan teman-temannya yang lain.

Alisya berlalu pergi dari gudang penyimpanan tersebut meninggalkan Citra dan yang lainnya yang sedang meringis kesakitan. Ancaman sepertinya sudah tidak berlaku lagi pada mereka sehingga Alisya membuat mereka merasakan penderitaan yang sebenarnya.

"ahhhh" Setelah berjalan cukup jauh dan tak terlihat oleh Citra dan yang lainnya Alisya hampir terjatuh namun dengan cepat Adith menangkap tubuhnya. Alisya terus berusaha melawan phobianya terhadap gudang demi menyelamatkan Egi.

"Adith, kau." Alisya yang berkeringat dingin berusaha untuk menjauh namun kesadarannya semakin menghilang.

"Dan aku tak perduli siapapun dirimu, aku tetap mencintaimu meski jika kau seorang monster. Kau membuatku seperti orang bodoh karena mencintaimu." ucap Adith menatap lembut Alisya.

"Maafkan aku!" tambah Adith lagi sesaat sebelum kesadaran Alisya benar-benar menghilang. Alisya jatuh pingsan dan tak sadarkan diri saat terus berusaha melawan tekanan phobianya terhadap sebuah gudang penyimpanan.