Chapter 304 - Mengambil Permintaan Maaf Mu

Alisya dan Karin keluar dari ruangan setelah semuanya telah berhasil diselesaikan oleh kepala sekolah dan para orang tua. Begitu mereka keluar, Adith dan yang lainnya sedang menunggu mereka di luar.

"Jika kalian seperti ini, aku seperti merasa baru saja keluar dari penjara." ucap Karin saat melihat teman-temannya tampak berhamburan di depan ruang kepala sekolah untuk menunggu mereka berdua.

"Anggap saja seperti itu!" seru Aurelia cuek.

"Bagaimana dengan Egi dan yang lainnya?" tanya Adora masih mengkhawatirkan mereka.

"Mereka akan keluar sebentar lagi." Terang Karin sembari membalik badan melihat ke arah Alisya yang terlihat ragu-ragu untuk mendekati mereka.

Tepat saat itu, Egi dan yang lainnya keluar bersama dengan Ayah Karin dan Ayah Alisya.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Feby dengan cepat menghampiri ketiganya.

"Berkat kalian. Meski aku tak melakukan apapun dan hanya mengatakan semua yang aku pendam tapi rasanya sangat melegakan sekali." terang Egi menarik nafas dalam seolah bebannya terlihat mulai berkurang.

"Presiden Namjoon pernah bilang, Speak Your Self. Dan itu benar-benar harus di jadikan sebagai moto bagi orang-orang seperti kami bahwa jika kita diam maka kita akan semakin direndahkan dan mengubur diri, percayalah dan katakan pada dirimu sendiri untuk menyelamatkan dirimu sendiri." terang Yogi dengan penuh percaya diri.

"Presiden Namjoon? itu dari negara mana?" tanya Putri bingung dengan siapa yang di maksud oleh Yogi.

"Dia bukan seorang Presiden negara, tapi dia adalah seorang Presiden dari pemuda dan pemudi Army se dunia." lanjut Yogi dengan wajah yang tersenyum dengan lesung pipit di kedua pipinya.

"Aku tak tau pasti siapa yang di maksud oleh Yogi, tapi apa yang di katakan nya adalah benar. Jangan pernah biarkan orang lain menyakitimu dan sayangilah dirimu sendiri. Ketika kau berani berbicara maka semuanya bisa terselesaikan dengan mudah." terang Adith menepuk pundak Yogi dengan sangat kuat.

Kata-kata Adith dan Yogi merasuk kedalam hati mereka. Meski kata-kata itu di tunjukkan untuk Egi dan yang lainnya yang selalu diam mendapatkan banyak perlakuan tak menyenangkan dari orang lain, tak secara langsung kata-kata itu juga menjadi nasehat yang sangat baik bagi Adora dan yang lainnya.

"Sepertinya aku mulai menyukai Presiden Namjoon itu." Aurelia terlihat berbinar memikirkan bagaimana sosok yang sudah memberikan kata-kata penuh makna seperti itu.

Yogi langsung memasang wajahnya di hadapan Aurelia yang membuat Aurelia mendesah dengan sangat dalam.

"Benar, mau bagaimanapun juga kau adalah Namjoon ku nantinya." desah Aurelia yang seketika membuat teman-temannya tertawa riuh.

"Kalian anak-anak yang baik, Bapak harap kalian bisa lebih perduli dengan diri sendiri dan juga orang lain." terang Ayah Alisya menatap para pemuda masa depan mereka satu persatu.

"Manusia hidup saling berdampingan dan memerlukan satu sama lainnya. Memang akan ada yang menjadi positif dan juga negatif namun semua itu terikat dalam satu kehidupan." terang Ayah Karin mengelus rambut Egi dan Nabilah dengan lembut.

"Untuk kedua orang tua kalian, jangan khawatir kami akan mencarikan solusi yang tepat untuk permasalahan mereka." ucap Ayah Alisya memegang pundak Davina memberikan dukungan.

"Selain itu, pengobatan kalian terhadap memar-memar yang sudah di buat oleh anakku tercinta Karin, akan kami tanggung sepenuhnya berikut dengan pemeriksaan lainnya jika kalian butuhkan sampai kalian seleai kuliah." Ayah Karin menggertakkan gigi nya menatap anaknya yang sering sekali berbuat onar.

"Benarkah?? terimakasih banyak om, tapi apa kami pantas mendapatkan ini?" tanya Egi yang sebelumnya begitu antusias menjadi ragu takut menjadi serakah dan merasa jika hal tersebut terlalu berlebihan.

"Tentu saja. Anggap saja sebagai rasa terimakasih kami karena kalian sudah menjadi sahabat Alisya dan Karin!" ucap Ayah Alisya dengan senyuman hangatnya.

"Justru kami yang berterima kasih banyak kepada Alisya, rasa peduli yang tinggi membuat kami menjadi orang yang lebih baik dan ingin menjadi seperti dirinya." Putri menatap Alisya dengan mata yang berkaca-kaca penuh rasa syukur yang mengharu biru.

"Jangan mengambil contoh dari Alisya, kalian bisa menjadi orang yang se... " Karin yang belum menyelesaikan kata-katanya dengan cepat lehernya sudah dijepit oleh lengan Alisya.

Tingkah mereka berdua langsung saja membuat mereka semua tertawa. Ayah Karin dan Alisya yang sudah pulang memberikan mereka waktu untuk menghabiskan waktu bersama sebelum pulang.

"Teman-teman..." Alisya yang berada paling belakang dengan ragu-ragu menghentikan mereka karena ingin mengatakan sesuatu.

Mereka secara serempak berbalik menatap Alisya yang membuat Alisya tertunduk tak mampu berkata apa-apa karena tenggorokannya terasa kering bahkan ia sampai kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri.

Meski tau apa yang sedang diragukan oleh Alisya dan apa yang ingin dikatakannya, mereka tetap terdiam menunggu Alisya sendiri yang mengatakannya.

"Maafkan aku karena sudah menghindari kalian selama beberapa hari ini, aku terus melarikan diri dan tak berani berhadapan dengan kalian hanya karena takut akan penilaian kalian berubah kepadaku." terang Alisya dengan nada yang berat.

"Tapi sekarang aku tak perduli akan seperti apa penilaian kalian kepadaku karena aku tidak bisa berhenti untuk peduli pada kalian, meski jika kalian membenci atau suatu saat nanti mengaggap ku sebagai seorang monster." tambahnya lagi dengan mendesah dalam.

"Kami juga tak peduli akan penilaian mu kepada kami, karena kami akan terus menempel padamu meski kau menjauh ataupun menghilang karena kami yang akan mencari mu karena kau adalah Sahabat kami." ucap Adora mewakili teman-temannya yang lain yang sudah tidak tahan ingin menyerbu Alisya.

Mereka dengan cepat berhamburan memeluknya dengan sangat erat bahkan sampai membuat Karin terbuang dengan begitu menyedihkan.

"Aku seolah mendengar musik yang mengiringi keperihan hatiku saat ini." gumam Karin memegang dadanya yang sesak.

Aurelia tersenyum sinis lalu dengan cepat menarik Karin dan membawanya ketengah dan menjepitnya dalam pelukan mereka.

"Kau tau, semuanya akan terasa ringan jika kita lakukan secara bersama-sama." ucap Feby masih memeluk Alisya dengan erat.

"Jadi mulai sekarang kau jangan pernah meragukan kami lagi." ucap Gina mengeratkan pelukannya.

"Panas!!" ketus Karin ingin melepaskan diri dari pelukan mereka.

"Bukankah kau juga harus meminta maaf padaku?" Adith bertanya dengan tatapan nakal kepada Alisya.

"Maafkan aku!" Ucap Alisya setelah terdiam sesaat menyadari kesalahannya kepada Adith.

"Aku tak menerima permintaan maaf seperti itu." seru Adith cuek.

"Jadi kau ingin dia meminta maaf seperti apa?" tanya Riyan bingung dengan maksud Adith.

Adith segera maju mendekati Alisya yang membuat Adora menghindar memberikan ruang kepada Adith kemudian mengecup pipi Alisya dengan lembut.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Alisya kaget.

"Mengambil permintaan maaf mu!" seru Adith yang langsung membuat semua teman-temannya bubar.