Chapter 305 - Daun Pepaya

"Alisya.." sapa Emi senang melihat Alisya berada di dalam kelas.

"Pagi Alisya!" sapa Egi dengan penuh semangat.

"Selamat pagi Alisya!" Gina yang baru saja masuk pun mengucapkan hal yang sama.

"Pa..." Beni yang baru saja ingin menyapa Alisya, dengan cepat di hentikan oleh Aurelia.

"Berisik!!!" bentaknya kesal, Aurelia merasa jenuh dengan semua orang yang terus-terusan menyapa Alisya tiada henti.

"Oy, itu kekasih mu kenapa? Lagi datang bulan?" bisik Beni kepada Yogi yang menertawakannya.

"Selamat, kau orang ke 100 yang mengapa Alisya hari ini." ucap Gani yang sebenarnya tidak menghitung sudah yang ke berapa kali orang-orang terus menyapa Alisya begitu mereka melihatnya berada di dalam ruangan.

"Lalu apa masalahnya?" tanya Beni bingung dengan amarah Aurelia.

"Kenapa kalian begitu lebay, seolah Alisya takkan pernah muncul lagi dengan menyapanya setiap saat." Aurelia bukannya tidak suka kepada mereka yang menyapa Alisya, ia hanya merasa bahwa hal seperti itu tak perlu mereka lakukan.

"Benar, Alisya akan hadir setiap hari. Jadi kalian tidak perlu se lebay itu." tambah Emi membernarkan ucapan Aurelia.

"Kau juga sama! Kan kau yang pertama memulainya." tembak Adora kepada Emi yang membuatnya malu dan bersembunyi.

"Santai saja, aku juga senang bisa mendapatkan sapaan dari mereka semua." Alisya tersenyum manis mensyukuri sikap ramah teman-temannya yang sudah ia rindukan selama beberapa hari kemarin.

"Tuh lihat, Alisya saja bilang tidak masalah. Kenapa kalian yang sewot sih?" Seru Beni setelah mendapatkan dukungan penuh dari Alisya.

Aurelia yang sudah siap membuka mulutnya dengan segera di hentikan oleh Karin yang baru masuk dan berdiri di depan kelas bersama Rinto.

"Oke semuanya, perhatiannya ke depan." Karin segera menarik perhatian teman-temannya karena ada sesuatu yang ingin ia katakan.

"Ada apa? Apa terjadi masalah baru lagi?" Gani bingung karena biasanya Karin tidak pernah mengumumkan sesuatu.

"Aku baru dapat kabar dari ibu Arni, dan katanya dia sudah melahirkan seorang anak laki-laki." ucap Karin dengan wajah penuh antusias.

"Uhuyy... Ponakan Baruuu!" Teriak Syams secara tiba-tiba yang membuat mereka semua tertawa.

"Benarkah? Wah, hebat. Jadi dimana ibu Arni melakukan persalinannya?" tanya Adora cepat.

"Rumah sakit Reynand. Kita akan mengunjunginya sebentar setelah pengayaan selesai." Jawab Rinto yang selalu berdiri di samping Karin sebagai wakil ketua kelas selama ini.

"Rumah sakit kak Karan?" seru Gina ingin memastikan yang di jawab dengan anggukan pelan oleh Karin.

"Bukankah agak malam jika kita mengunjungi Ibu Arni setelah pengayaan?" Alisya yang berpikir bahwa tak baik jika mengunjungi Ibu Arni pada malam hari menganggap bahwa hal tersebut takkan baik bagi sang bayi.

"Kita akan percepat jam pengayaan, aku sudah meminta izin kepada guru yang akan membimbing pengayaan nanti." Karin dengan cepat menghadap kepada guru-guru pembimbing pengayaan tepat saat ia telah mendapat kabar dari ibu Arni.

Setelah selesai memberikan pengumuman kepada teman-temannya, mereka langsung mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian tanpa melewatkan satupun pelajaran pada hari itu.

Saat jam terakhir, para siswa kelas akhir tidak langsung pulang namun mereka semakin fokus untuk melakukan kerja kelompok serta mendapatkan pembimbingan pengayaan termasuk Alisya dan teman-temannya.

Emi yang melihat Putri terus mengeliat memegang perutnya membuat Emi khawatir dan mendekatinya.

"Putri, kau baik-baik saja? Mukamu terlihat pucat sekali." tanya Emi yang berada di sebelah kiri Putri.

"Oh iya benar, apa kau sakit?" Fani yang berada di hadapan Putri pun mengkhawatirkan kondisinya.

"Aku sedang datang bulan, rasanya cukup perih dan melilit." Putri terus memegang bawah perutnya dengan sedikit memijat-mijat dengan lembut.

"Apa yang terjadi?" pak Very yang baru selesai menuliskan beberapa penyelesaian matematika berbalik badan ketika mendengar suara ribut di bagian belakang.

"Tidak apa-apa pak, Putri hanya sedang sedikit mengalami rasa sakit pada bagian perutnya.

"Kalau begitu kau bisa pulang sekarang!" tegas pak Very kepada Putri.

"Pulang lah, biar Gani yang mengantarmu." ucap Gina memberikan tawaran kepada Putri.

"Tidak, sepertinya aku masih bisa bertahan. Jika aku melewatkan pelajaran kali ini, aku tak yakin bisa lolos dalam setiap ujian." Putri merasa masih bisa mengatasi rasa sakit dan keram yang di deritanya.

"Apa kau yakin masih ingin berada disini?" tanya Karin memastikan kondisi Putri.

Mereka yang tau betul bagaimana rasa nyeri saat mentruasi tentu paham akan apa yang sedang di rasakan putri saat itu sehingga mereka saling memberi perhatian satu sama lainnya.

"Iya Kar, meski ini sedikit mengganggu tapi aku masih ingin melanjutkan ke pembelajaran selanjutnya." ucap Putri meyakinkan mereka semua.

"Apa kau sudah terbiasa seperti ini? maksudku setiap kali tiba masanya kau akan merasakan sakit seperti ini." Karin ingin mulai menganalisa gejala yang di rasakan oleh Putri.

"Biasanya juga tidak. Tapi akhir-akhir ini aku terlalu giat belajar dan Haid ku menjadi tidak teratur. Mungkin ini juga yang menyebabkan aku merasa keram dan perih." seru Putri dengan suara berat.

"Ya sudah, Ryu tolong kau bisa mengambil beberapa helain daun pepaya di kebun lab Biologi?" pinta Alisya memikirkan sesuatu untuk meringankan rasa sakit putri.

"Baik nona." Ryu dengan cepat bergerak untuk mengambil daun tersebut.

"Daun pepaya? apa yang akan kau lakukan dengan daun pepaya?" Adora bingung saat Alisya menyebutkannya.

"Pada daun pepaya terdapat Vitamin dan Mineral Kalsium yang yang dengan kombinasinya akan memperlancar haid secara alami." terang Karin memberikan penjelasan kepada mereka.

"Lalu bagaimana cara menggunakannya?" tanya Feby penasaran.

"Caranya dengan merebus daun pepaya dengan 2 gelas air, lalu tambahkan garam dan sedikit asam jawa. Setelah itu saring dan minum air rebusan tersebut." ucap Alisya pelan sembari memberikan pijatan lembut untuk sedikit meringankan rasa sakitnya.

"Jika kamu melakukan dengan rutin, maka siklus mu akan kembali normal dan lancar." tambah Karin.

"Oh iya, jadi kamu ingin membuat rebusan itu dimana?" Emi tak yakin jika di dalam ruang kelas mereka terdapat sebuah alat yang bisa dijadikan wadah untuk membuat rebusan daun pepaya.

"Kita bisa menggunakan Hotplate yang ada di ruang UKS dan memakai Gelas Kimia yang biasanya kita pakai untuk membuat air panas. Gelas itu cukup bersih karena tidak pernah digunakan untuk membuat Air rebusan tersebut. Jelas Rinto mengingat alat-alat tersebut tersimpan di ruangan UKS.

"Sepertinya itu bisa di pakai." seru Alisya cepat.

Setelah mendengar apa yang dikatakan Alisya, mereka dengan cepat mengambil peralatan tersebut dan membawanya kembali ke kelas mereka.

Ryu yang sudah membersihkan daun tersebut dengan cepat memberikannya kepada Alisya untuk di rebus dan diberikan kepada Putri dalam kondisi setengah hangat.