Chapter 306 - Mengunjungi Ibu Arni

Setelah selesai pengayaan, mereka semua sudah berkumpul dan bersiap untuk pergi ke tempat dimana ibu Arni di rawat.

Mereka tampak sangat antusias bahkan mereka sampai harus memeriksa secara oneline beberapa tempat yang akan mereka kunjungi untuk membeli beberapa peralatan dan mainan bayi yang bisa mereka hadiahkan untuk ibu Arni.

"Kalian juga akan ikut ke tempat ibu Arni?" tanya Karin begitu melihat Adith dan 2 Elite lainnya datang menghampiri mereka.

"Tentu saja, dimana Alisya pergi maka aku akan ikut pergi kesana." ucapnya melirik ke arah Alisya yang hanya tersenyum simpul.

"Oke baiklah, kita siap jadi penghuni kontrakan hari ini." Gumam Emi yang selalu tahu bahwa Adith dan Alisya seolah memiliki dunianya sendiri ketika sudah bersama.

"Alisya, gimana kalau kau ke... Bukkk!!!" Belum selesai Yogi mengeluarkan ucapannya, Alisya seolah bisa memahami pikiran jail Yogi sehingga tanpa menunggu kalimat itu selesai kepalan tinjunya sudah mendarat di muka Yogi.

"Aku kan belum selesai!" Yogi memegangi hidungnya yang sakit namun tak berdarah.

"Sayang, kamu tau pamali nggak? Setiap kata adalah doa. Jadi jangan sembarangan ngomong okeh?" Aurelia mengeram sembari mencubit Yogi dengan suara yang ia buat lembut namun dengan tatapan yang mengerikan.

"Bagaimana dengan kalian berdua?" Karin hanya ingin menggoda Zein dan Riyan dengan pertanyaannya.

"A.. Aku, aku juga ingin melihat bayi ibu Arni. Ya betul bayi, aku suka sama bayi." ucap Riyan gagap karena tak memiliki alasan yang tepat untuk ikut bersama Adith dan Zein.

Riyan hanya sudah terbiasa pergi bersama mereka sehingga tanpa sadar ia menjadi lebih nyaman ketika bersama mereka dibanding langsung pulang kerumahnya.

"Puffttt... hahahahaha, jangan kaku seperti itu. Kami bahkan akan memanggil mu untuk ikut bersama kami jika kamu berniat untuk langsung pulang." seru Karin yang tertawa dengan wajah nya cantik.

"Jadi kalian semua sudah siap? yang tidak membawa kendaraan bisa ikut bersama kami." seru Zein cepat menawarkan tumpangan.

Mereka semua dengan cepat memenuhi mobil Adith dan yang lainnya. Di mobil Adith ada Alisya, Karin, Akiko serta Ryu sedang di mobil Zein Ada Adora, Emi, Feby dan Gina. Riyan harus merasa kesal dengan semua pria berdesak-desakan di mobilnya.

Aurelia lebih bahagia karena Yogi membawa motor menuju ke tempat yang akan mereka tuju untuk membeli hadiah sebelum ke rumah sakit.

"Anak kamu manis sekali, dia memiliki alis dan bulu mata yang lentik seperti dirimu." suara Ibu Vivian terdengar dari luar membuat mereka dengan cepat menyerbu masuk.

"Ibu sudah ada disini? ibu nggak Adil." ketus Adora begitu melihat ibu Vivian tengah bercengkrama dengan anak ibu Arni yang berada di sebelah ibunya.

"Kalian yang kelamaan!" ucap ibu Vivian singkat.

"Selamat bu atas kelahiran anak pertamanya!" Alisya masuk bersama yang lainnya yang dengan cepat memenuhi ruangan ibu Arni yang tidak terlalu luas tersebut.

Ibu Arni sampai melongo melihat semua hadiah yang menumpuk cukup tinggi bahkan sampai menutupi suaminya sehingga ibu Arni langsung tertawa dengan keras.

"Ueee... Uee.. Ueee.." bayi ibu Arni menangis dengan kencang karena ibu suara tawa ibu Arni. Ibu Arni bahkan sampai mengeluarkan Air mata karena merasa sangat lucu.

"Apa kalian habis mengosongkan Senayan sebelum kemari?" tanya ibu Arni sembari menggendong bayinya dan menimang-nimangnya dengan lembut.

"Kami sudah berusaha setengah mati untuk mencari yang pas untuk bayi ibu, tapi karena masih ragu setiap dari kami sampai membeli dua macam." seru Karin yang merasa terlalu gembira sampai tak tahu apa yang harus mereka berikan.

"Terimakasih banyak, tapi aku bahkan tak yakin kalau semua ini bisa di pakai olehnya." ucap ibu Arni dengan penuh rasa syukur.

Bayi ibu Arni mulai terlihat tenang dan tak menangis lagi.

"Meski tak memiliki air mata, bayi yang menangis bisa terlihat sedih juga yah?" seru Gina menghampiri bayi ibu Arni dari kejauhan.

"Itu karena bayi yang baru lahir, kelenjar air matanya masih belum sempurna. Air matanya akan keluar ketika dia sudah berusia sekitar 2-3 bulan." ucap Aurelia terus memandang bayi ibu Arni dengan tatapan sayang.

"Lihat, dia juga memiliki tanda lahir di lehernya, itu imut sekali." ucap Emi merasa gemas melihat bayi ibu Arni mengeliat memperlihatkan lehernya yang kecil.

"Tanda lahir pada bayi baru lahir itu wajar. Hal ini karena melebarnya pembuluh darah kecil di bawah kulit sewaktu persalinan. Tapi tanda lahir ini akan hilang saat usianya mencapai 3 tahun." Ucap Karin yang meremas Akiko karena merasa sangat gemas pada bayi Ibu Arni.

"Benarkah? ibu baru tahu, ibu pikir tanda ini tidak akan hilang." seru ibu Arni sembari mengelus lembut leher anaknya yang membuat ia tersenyum dengan menggemaskan.

"Ahhh,, lihat dia tersenyum dengan begitu lucu. Dia seperti sudah mengenali suara ibunya." Adora ingin sekali rasanya menggendong bayi ibu Arni.

"Itu karena ia sudah terbiasa mendengar suara ibunya sejak dalam kandungan. Makanya dia akan bisa merespon suara ibunya daripada suara orang lain." Zein tersenyum melihat Adora yang terlihat berusaha menahan diri.

"Pufftt... Bahkan anak ibu Arni kalian bisa jadikan sebagai sumber informasi dalam belajar yah!" ibu Vivian yang terus terdiam mengamati mereka tak bisa menyembunyikan tawanya.

"Benar, anak-anak ini tanpa mereka sadari dimanapun mereka berada dan semua yang mereka lakukan itu terlihat seperti orang yang sedang belajar." seru ibu Arni yang mengetahui mereka lebih dalam karena sudah lama bersama mereka.

"Kalian bisa jadi jomblo loh kalau seperti itu terus, meskipun kalian sudah pada tahap ujian akhir, kalian harus tetap menikmati masa-masa kalian yang sudah tinggal sebentar ini. Jangan terlalu kaku dan santai saja." Suami ibu Arni duduk di samping istrinya begitu selesai membereskan semua barang bawaan mereka.

"Dia terlihat tampan, kenapa aku tak memperhatikannya tadi." bisik Gina kepada Feby yang membuat keduanya tersenyum senyum sendiri.

"Eh, ngomong-ngomong masalah jomblo, aku dengar Adith sudah melamar Alisya? Yogi juga? dan Adora, woww.. tak ku sangka cintamu akhirnya bersemi juga yah..." goda ibu Arni kepada mereka semua yang mendapatkan semua informasi tersebut dari ibu Vivian.

"Benarkah? Wah hebat. Saya salut loh sama anak muda yang sudah memiliki inisiatif dan pandangan sendiri tentang masa depannya." seru suami ibu Arni merasa takjub pada Adith dan yang lainnya.

"Sepertinya ibu Vivian sudah bercerita banyak yah?" ucap Karin melirik ibu Arni yang tersenyum senyum jahil.

"Aku sampai bosan saat mendengar nya mengoceh tentang kalian. Aku bahkan tau apa saja yang sudah kalian lalui, dan berkat itu aku jadi merasa masih berada dekat dengan kalian." senyum ibu Arni melihat siswanya yang sudah lama tidak di temuinya tersebut.

"Tapi apa anak ibu sudah diberikan nama?" tanya Riyan yang sedari tadi ingin bertanya kepada ibu Arni.

"Belum, kami masih menunggu hasil diskusi antara kedua orang tua kami." ibu Arni melirik kepada suaminya dengan tertawa pelan.

"Mereka terlalu antusias untuk memberi anak kami nama sampai-sampai aku bisa mendengar kalau nama anak kami lebih cocok menjadi sebuah Syair. 1 paragraf!!!" seru suami ibu Arni dengan tertawa pelan juga mengingat kehebohan kedua orang tua mereka.

"Aku jadi ingat bagaimana kedua orang tuaku yang berebutan untuk memberikan nama pada anak Kakakku." ucap Akiko yang tersenyum lembut mengingat kedua orang tuanya.

"Sepertinya hampir semua orang tua yang memiliki cucu akan seperti itu." tambah Rinto.

"Kau bisa kehilangan matamu jika memandang nya seperti itu terus." goda Adith kepada Alisya yang tak bisa memalingkan wajahnya dari anak ibu Arni.

"Aku hanya membayangkan bagaimana lucu dan bahagianya Ayah dan Kakekku jika memiliki seorang cucu." Alisya tanpa sadar mengucapkan hal tersebut dengan santai.

"Kalau begitu...." pancing Karin kepada yang lain.

"Segeralah menikah!!!" ucap mereka serempak yang membuat Alisya sadar dan menutup mulutnya dengan wajah yang memerah seperti udang rebus.