Chapter 308 - Ada Banteng Lepas

"Alisya??? nih anak kebiasaan deh. Habis sholat tuh jangan tidur lagi, bangun! Plakkkk Plakkkkk Plak!" nenek Alisya memukul-mukul bokong Alisya dengan sangat keras untuk membangunkannya.

"10 menit lagi yah nek, mereka kan datangnya entar malem" Tawar Alisya karena masih mengantuk dan ingin melanjutkan tidurnya.

"Semua orang udah pada beres-beres rumah Sya, Akiko malah udah mulai nyuci baju. Ryu bantu Bapakmu benerin taman bagian belakang yang udah lama nggak ke pangkas dan kakek mu sementara nyusun ulang batu bata di jalan setapak yang mulai lepas. Dan kamu enak-enakan tidur disini!" terang neneknya menjelaskan mereka yang sudah mengambil pekerjaan masing-masing.

"Kenapa orang mengira hari minggu itu libur sih. Kalau nyatanya di hari minggu justru pekerjaan lebih numpuk." keluh Alisya kesal dengan orang-orang yang mengatakan bahwa hari minggu adalah hari libur.

"Bangun nggak, anak perempuan itu nggak boleh bangun di tindis sama matahari. Rezekinya bisa jauh. Udah jam 7 nih, kamu nyiram tanaman depan rumah!" nenek Alisya langsung menarik tangan Alisya dan membuatnya berdiri.

"Aduh nek, di hari minggu yang ceria dan bahagia ini bisa kasih diskon waktu nggak?" tanya Alisya sekali lagi kembali merebahkan diri ke atas kasur.

"Oke, kamu boleh kembali tidur. Tapi jangan salahkan nenek kalau..." belum selesai neneknya memberikan ancaman, Alisya langsung bangkit dari tempat tidurnya langsung menuju ke depan rumahnya.

"Nenek lagi mentruasi yah? dari semalam dia sensi sekali, dikit-dikit main ancam." gumam Alisya mengambil selang untuk menyiram tanaman.

"Assalamualaikum..." ucap seseorang yang berada di depan gerbang rumahnya.

"Wa alaikum salam.." jawab Alisya setengah menguap dengan menutup mulutnya menoleh ke arah orang yang mengucapkan salam.

Alisya langsung tertegun tak bergerak dan membatu di tempatnya begitu melihat kalau yang datang saat itu adalah Adith dan kedua orang tuanya.

Mereka berpakaian dengan sangat rapi membawa beberapa bingkisan menatap Alisya dengan senyuman lebar. Alisya yang saat itu sedang berpakaian kaos pendek dengan celana pendek serta wajah yang baru saja bangun tidur dengan rambut acak-acakan nya.

"Alisya, baju kamu basah." ibu Adith dengan cepat memperingatkan Alisya yang kehilangan fokusnya karena tak menyangka kalau mereka akan datang se pagi itu.

"Uwaaahhhh...". teriak Alisya masuk ke dalam rumahnya yang tanpa ia sadari neneknya kembali menutup pintu karena sedang membersihkan bagian belakang pintu rumahnya.

Suara gedebum saat Alisya menabrak pintu membuat seisi rumah kaget dan berlari kedepan rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi sedang nenek Alisya yang berada di balik pintu hampir saja pingsan dan kakinya melemas.

"Kau baik-baik saja?" Adith dengan cepat menghampiri Alisya yang jatuh terpantul karena tubrukan kuatnya.

"Malunya yang lebih ke rasa dibanding dengan rasa sakitnya tau nggak sih." Adith yang sudah berusaha keras menahan tawanya tak bisa menyembunyikannya lagi saat mendengar ucapan Alisya tersebut.

Adith segera melepas baju kemejanya untuk membalut tubuh Alisya yang basah karena siraman air dari keran yang dipegangnya sendiri.

"Ada banteng lepas???" nenek Alisya menghambur untuk keluar melihat apa yang sedang terjadi.

"Banteng??? dimana banteng?" Kakek Alisya yang berada di samping rumah segera menghambur kedepan.

"Itu suara banteng yang menabrak rumah?" Ayah Alisya juga ikut datang ke depan rumah bersama dengan Ryu yang wajahnya terlihat panik.

"Pintunya rusak yah?" Akiko yang masih memiliki banyak busa di tangannya pun ikut menghambur keluar untuk memastikan apa yang sedang terjadi.

"Aisssh..." Alisya menutup wajahnya sendiri tak sanggup menahan rasa malu.

"Loh, pak Narendra. Kalian sudah datang?" ayah Alisya datang dengan cangkul yang berada di tangan kanannya dan bajunya yang tampak kotor.

"Maaf pak Lesham, istri saya sudah tidak sabar ingin segera kemari. Apa lagi anak ini sangat mendukungnya dengan penuh semangat sehingga tanpa sadar kami sudah berada disini." seru Ayah Adith dengan senyuman yang terlihat canggung.

"Bahkan orang yang terlihat sangat berwibawa seperti ayahmu bisa terlihat konyol juga yah. Meski aku juga memiliki 3 orang yang sama." bisik Alisya kepada Adith sembari melihat keadaan keluarganya yang kacau.

"Empat." seru Adith memasukkan dirinya dalam hitungan. Alisya hanya menyikutnya pelan.

"Ayo masuk pak, maaf keadaan kami terlihat kacau." ucap ayah Alisya mempersilahkan mereka untuk masuk.

"Kenapa bapak tidak menghubungi kami sebelumnya agar bisa lebih mempersiapkan diri sebelum kedatangan bapak." ucap kakek Alisya yang terlihat memakai baju kebun milik istrinya yang terlihat kekecilan di tubuh kekarnya.

"Santai saja pak, kita sudah akan menjadi keluarga jadi tidak perlu terlalu formal." seru Ayah Adith berjalan di tengah Ayah dan Kakek Alisya.

"Kamu sampai repot-repot." nenek Alisya langsung menghampiri ibu Adith dan mengambil barang yang dipegang oleh ibu Adith. Kemudian dia berikan kepada Ryu yang sedang menatap pintu rumah yang terlihat rusak.

"Wow, luar biasa! Pintu ini sampai terlihat penyok dan retak. Hampir setengah pintu yang mengalami kerusakan." seru Akiko mengikuti arah pandang Ryu.

Alisya yang merasa malu perlahan-lahan ingin melarikan diri dari sana namun segera dihentikan oleh Adith.

"Aku takkan membiarkan kamu melarikan diri lagi." Adith menggenggam erat tangan Alisya.

"Kalian datang terlalu pagi, aku bahkan sampai tidak mempersiapkan diri. Lihatlah penampilanku sekarang." Alisya sudah tidak bisa menahan rasa malunya.

"Cantik kok!" ucap Adith dengan pandangan menyelidik ke arah Alisya dari atas hingga bawah.

Alisya memasang ekspresi jengkelnya kepada Adith yang masih saja ingin menggodanya.

"Maafkan aku, aku mungkin sudah tidak sabar ingin bersama mu sampai tak bisa menyia-nyiakan waktu atau menunggu lebih lama lagi." seru Adith mencubit lembut pipi Alisya.

"Sampai kapan kalian berdua bermesraan disitu? Ayo masuk!" panggil nenek Alisya kepada dua orang yang sedang di mabuk cinta tersebut.

Adith dan Alisya hanya tertawa pelan mendengar ucapan neneknya dan segera berjalan masuk.

"Sepertinya aku akan memiliki seorang istri yang berkepala baja." seru Adith tepat setelah mereka melalui pintu yang ditabrak oleh Alisya dengan sangat keras.

"Sepertinya aku harus membiarkan mu merasakan bagaimana kerasnya kepalaku ini?" Alisya mengeram mendengar ucapan Adith.

"Ya betul. Bapak benar sebulan setelah pelulusan sekolah, kita sudah bisa menikah kan mereka." seru Ayah Alisya begitu keduanya masuk kedalam rumah.

"Pembahasan mereka sudah sampai sejauh itu? Cepat sekali, sepertinya mereka tidak melakukan ritual lainnya terlebih dahulu." Alisya tak menyangka kalau mereka sudah membahas sampai ke tanggal pernikahan mereka.

"Hebat! Bapak ku memang gesit." ucap Adith memuji kelugasan ayahnya yang begitu cepat mengambil keputusan.

Alisya hanya menggeleng-geleng tak percaya dengan kegesitan ayahnya yang langsung menerima mereka tanpa ada syarat apapun.