Chapter 309 - Gwiyoumi

Alisya yang kembali duduk bersama mereka setelah membersihkan tubuh terlihat lebih banyak diam dibanding sebelumnya. Adith bahkan sampai merasa khawatir akan apa yang sedang di pikirkan Alisya saat itu.

Obrolan kedua orang tua Adith dengan Ayahnya sangat lancar dan bahkan sama sekali tak ada kendala apapun. Mereka justru lebih antusias dan semangat dibanding dengan Adith dan Alisya.

"Semoga niatan baik kita ini selalu di lancarkan yah pak Lesham." ucap Ayah Adith yang sudah berada di depan pintu gerbang rumah Alisya.

"Aamiin pak, semoga kedepannya semua kendala apapun bisa kita selesaikan bersama." jawab Ayah Alisya sembari memeluk Alisya dengan erat karena sangat bahagia.

"Benar pak. Kalau begitu kami pamit dulu yah pak Takahashi, Assalamualaikum." Ayah Adith segera berpamitan pulang kepada keluarga Alisya.

"Wa alaikum salam, hati-hati di jalan pak." ucap mereka serempak mengantarkan kepulangan mereka.

"Aku pulang dulu yah. Sebentar aku akan menghubungi mu, jangan tidur dulu." seru Adith kepada Alisya dan melambai lembut.

Alisya tak menjawab dan hanya mengangguk pelan serta melambai melihat Adith masuk kedalam mobil ayahnya.

Ayah dan Kakek Alisya segera masuk ke dalam rumah sedang Alisya masih tertegun di depan gerbang menatap kosong ke arah mobil ayah Adith yang sudah menjauh dari rumahnya.

"Apa benar menikah muda seperti ini? apa aku siap menjalani semuanya kedepannya? Melepas masa lajang di waktu aku masih semuda ini. Aku jadi tiba-tiba khawatir dengan apa yang akan terjadi kedepannya." Fikiran Alisya semakin kalut terus membayangkan apa yang akan terjadi nantinya. Ia tak menyangka kalau ia akan menikah di usia yang masih sangat muda.

"Kenapa? Kau menyesali keputusanmu? Jangan bilang kalau kau akan melarikan diri dari Adith lagi setelah ini. Kau akan membuatnya mati berdiri jika kau melakukan itu. Sampai kapan kau akan terus melarikan diri dari Adith." nenek Alisya yang tiba-tiba berbicara panjang lebar di sampingnya mengejutkan Alisya.

Tubuh Alisya bergetar dari atas sampai kebawah karena Alisya mengira kalau sudah tak ada siapapun disana dan hanya dirinya yang sedang melamun sendirian.

"Aku yang bisa mati berdiri kalau nenek sering mengagetkan ku seperti ini." seru Alisya menekan dadanya dengan lembut.

"Nenek juga pernah di posisi kamu sayang. Mungkin pikiran kita kurang lebih sama saat kakek mu datang melamar nenek. Dia yang orang luar tiba-tiba berkata ingin menjadikan nenek istrinya dan demi nenek juga ia jadi masuk Islam. Nenek yang merasa masih muda saat itu meski sudah berumur 23 tahun seolah tak rela melepas masa lajangnya." terang neneknya membagikan pengalamannya lalu.

"Ciyeee... nenek jadi bernostalgia nih ceritanya?" Alisya menggoda neneknya yang langsung terlihat malu-malu dan pipinya merona karena ucapan Alisya.

"Saran nenek adalah jika kalian sudah memiliki niat, maka jalanilah dengan bersungguh-sungguh. Kuatkan hatimu sebab kedepannya rintangan kalian akan sangat banyak dan juga berat." ucap nenek Alisya memberikan nasehat kepada cucu kesayangannya tersebut.

Alisya terdiam mendengarkan apa yang sedang diceritakan oleh neneknya.

"Jika kalian ada masalah selesaikan bersama dan bicarakan baik-baik, jangan simpan sendiri." seru nenek Alisya sembari berjalan masuk dan menggenggam tangan cucunya dan menariknya untuk tidak terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh.

Setelah ber beres-beres rumah, Alisya kembali naik ke kamarnya dan merebahkan diri di atas tempat tidurnya yang empuk. Sampai sebuah panggilan masuk ke alat peredamnya membuatnya terbangun cepat dan tersenyum sendiri sebelum mengangkatnya.

"Halo..." angkat Alisya cepat.

"Kamu belum tidur kan?" tanya Adith sembari bersandar di balkon kamarnya.

"Iya belum." jawabnya singkat.

"Maaf aku baru telpon, tadi mama lagi singgah dulu di beberapa tempat. Kamu lagi ngapain sekarang?" seru Adith dengan suara yang lembut.

"Iya nggak apa-apa, tadi cuman rebahan sambil nunggu telpon kamu masuk." jawabnya lagi dengan nada yang lembut.

"Alisya..." panggil Adith dengan suaranya yang terdengar berat.

"Ya?" jawab Alisya singkat.

"Kamu baik-baik saja kan? Selama acara lamaran tadi kamu terlihat banyak diam, ada yang kamu pikirkan?" tanya Adith yang sedari tadi sudah mengkhawatirkan dirinya.

Alisya terdiam beberapa saat tak yakin jika harus menceritakannya kepada Adith, ia tidak ingin membebani Adith dengan apa yang ia pikirkan.

"Haruskah aku cerita? tapi sepertinya aku saja yang terlalu khawatir akan hal ini." batin Alisya masih ragu untuk bercerita.

"Alisya?" panggil Adith karena tidak mendengar suara Alisya lagi.

"Nggak ada apa-apa kok, tadi aku hanya terlalu gugup saja." ucapnya dengan suara ceria.

"Kamu serius? Aku lihatnya tidak seperti itu. Kenapa kamu tidak cerita sama aku? Yang akan menikah nanti itu kita berdua Sya. Kau bisa menceritakan apapun yang menganggu pikiranmu saat ini." ucap Adith berbalik badan memandangi langit malam dari balkon rumahnya.

"Anak ini selalu saja pekanya berlebihan. Aku jadi tidak bisa menyembunyikan apapun dari dirinya." batin Alisya yang berdiri berjalan menuju balkon kamarnya.

"Aku hanya sedikit gelisah karena nggak nyangka aja bisa menikah semuda ini, tapi melihat kegigihanmu aku jadi yakin kalau kita berdua bisa melewati ini bersama. Maaf sudah membuatmu khawatir, sekarang aku sudah baik-baik saja kok." Alisya tersenyum bahagia melayangkan pandangannya menembus malam seolah sedang menatap Adith di hadapannya.

"Syukurlah kalau begitu. Lain kali kalau ada yang kamu pikirkan, ceritakan padaku. Setidaknya dengan begitu aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan juga jangan diam saja seperti tadi." Adith menarik nafas legah mendengar penjelasan Alisya.

"Aku nggak janji yah, tapi apa kau se khawatir itu?" tanya Alisya penasaran.

"Iya, ekspresi mu sangat suram. Aku bahkan bisa melihat aura hitam yang keluar dari tubuhmu. Ketika kau mengangkat wajahmu saja rasanya seluruh bulu kuduk ku merinding disco dibuatnya." Adith bergidik saat mengingat bagaimana ekspresi Alisya sebelumnya.

"hahahahaha, Maafkan aku. Sepertinya aku terlalu larut dalam pikiranku sampai-sampai aku jadi tak menghiraukan orang di sekitarku." Alisya tertawa renyah mengingat dirinya yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Ya sudah, kalau begitu kamu tidur dulu. Besok itu hari senin, jangan sampai kamu telat lagi bangunnya." ucap Adith dengan suara yang langsung menusuk hati Alisya dengan kelembutannya.

"Kau juga!" ucapnya sembari memberi salam menutup telpon mereka.

Alisya memandang langit yang di penuhi bintang-bintang dengan bulan yang bersinar terang. Tak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya dengan begitu hangat memberikan sesak yang amat mendalam dirasakan oleh Alisya.

"Andai mama ada disini, apa mama akan bahagia jika melihat aku akhirnya akan menikah? Aku sangat merindukanmu ma, sangat merindukanmu." gumam Alisya menekan dadanya yang perih karena merasakan kerinduan yang sangat mendalam kepada ibunya.

Alisya yang masih menangis tersedu-sedu tiba-tiba dikagetkan dengan panggilan Video dari Adith. Alisya bingung kenapa Adith kembali menelponnya saat ia sudah menyuruhnya untuk tidur sebelumnya.

Dengan cepat ia menghapus air matanya sebelum mengangkat panggilan Video Adith yang tepat saat di angkatnya, Adith sudah memakai sebuah bando kelinci di kepalanya.

Meski terlihat imut, Adith terlihat sangat tampan dan menggemaskan dengan bando kelinci tersebut. Entah kapan ia membelinya.

"Ildeo ileun gwiyomi, Ideo ineun gwiyomi, Samdeo sameun gwiyomi, Sadeo sado gwiyomi, Odeo odo gwiyomi, Yukdeo yugeun jjok jjok jjok jjok jjok jjok gwiyomi gwiyomi!!!" Adith meniru gerakan yang populer di korea untuk menarik perhatian orang lain.

Alisya tertegun dan tak bisa berkata apa-apa dari awal Adith melakukan hal tersebut.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Alisya dengan wajah terkejut.

"Lupakan, aku hanya ingin mencoba menghiburmu karena ku yakin kau sedang merindukan ibu mu saat ini." Adith langsung mematikan Videonya karena tak sanggup menahan malu.

"Puftttt... hahahahhaha,,, ahahahahahahha!" Alisya ketawa dengan terbahak-bahak mengingat tingkah Adith yang sangat menggemaskan. Ia menyesal karena tidak merekamnya sebelumnya.

Adith langsung melempar dirinya di kasur membanting-banting dirinya karena malu. Sampai sebuah pesan suara masuk kedalam handphonenya.

"Terimakasih banyak, Aku sangat mencintaimu." Suara Alisya yang sangat lembut langsung menyegarkannya.