Chapter 311 - Gomu Gomuno Tampol!

Rinto dan yang lainnya dengan cepat mengarah ke tempat yang Vino maksud dengan mengikutinya sembari berlari kecil. Mereka sudah menghabiskan banyak waktu selain mendapatkan penjelasan dari Vino, mereka juga harus kerepotan saat berusaha melewati pagar sekolah yang sistem keamanannya cukup tinggi.

Beruntunglah mereka Alisya memiliki kartu akses ke tempat rahasia elite yang diberikan Adith dulu kepadanya sehingga mereka bisa dengan mudah melewati jalan rahasianya.

"Di bawah jembatan itu?" tanya Rinto sembari berlari menuju ke bawah jembatan yang sudah terlihat sunyi dan jarang orang berlalu lalang di sekitar sana.

"Tempat yang pas untuk mereka melakukan aksinya." seru Yogi mengamati tempat tersebut.

Tepat saat mereka sampai, Rinto bisa melihat bagaimana anggotanya dulu dan beberapa adik kelas mereka terbaring di bawah dengan wajah memar di bawah kaki seseorang.

"Pantas saja pak Amir marah-marah karena beberapa siswa tidak hadir dalam kegiatan simulasi, ternyata kalian malah terjebak disini?" tanya Rinto berjalan mendekati mereka.

"Ouhh, Akhirnya si pemimpin yang sudah di kalahkan oleh wanita muncul. Kenapa kau tidak membawa wanita itu bersama mu juga ah?? hahahahaha" tawanya dengan keras sembari menendang kepala Al dengan kasar.

"Aku tidak suka melihatnya. Sepertinya dia juga hanyalah anggota biasa, bukan pimpinan mereka." ucap Yogi melihat orang itu dengan tatapan kesal.

"Ayo kita lakukan seperti biasa, jangan sampai kena pukul. Jika tidak kau harus berurusan dengan ibu mu lagi." Ucap Rinto melemaskan kedua tangan, kaki serta lehernya.

"Kau juga, dirimu yang jomblo itu akan semakin mengenaskan jika kau harus terluka." ucap Yogi membalas perkataan Rinto.

Rinto yang merasa tersinggung dengan ucapan Yogi langsung menatap Yogi dengan tatapan jengkel yang sesaat kemudian keduanya malah saling hantam dan saling adu mulut satu sama lainnya.

"Ya ampun, apa yang mereka sedang lakukan? kenapa malah mereka yang jadi bertengkar sih?" Karin memukul jidatnya melihat Rinto dan Yogi dari kejauhan.

Ryu dan Beni serta Gani hanya tertawa dan langsung mengambil rekaman mereka berdua dan disiarkan secara langsung kepada Aurelia dan yang lainnya yang tak sempat ikut bersama mereka.

"Dasar bodoh, kenapa malah mereka yang bertengkar sih?" maki Aurelia kesal melihat keduanya yang sedang adu mulut satu sama lainnya.

"Ingin sekali aku mematahkan leher dua orang idiot itu." Adora berkomentar dengan sangat kejam.

"Aku tak menyangka bisa memiliki teman-teman sekonyol mereka." Feby hanya tertawa kecil melihat tingkah mereka.

"Apa yang kalian berdua lakukan? kalian meremehkan kami yah? Brengsek kalian harus di beri pelajaran." ucap orang yang menendang kepala Al sebelumnya.

Dia yang marah dengan cepat melangkah ingin menghajar Rinto dan Yogi di kejutkan dengan sebuah batu yang melayang bagaikan peluru menancap kuat di tiang jembatan menyisakan retakkan yang dalam disana.

Rinto dan Yogi langsung membeku dengan cepat dan saling berpelukan satu sama lainnya karena mengetahui bahwa lemparan batu tersebut berasal dari Alisya yang sedang mengamati mereka dari kejauhan.

"Sepertinya kita melupakan seseorang." ucap Yogi dengan suara yang bergetar.

"Aku juga lupa kalau malaikat mau kita sedang menyaksikan apa yang sedang kita lakukan saat ini." ucap Rinto merasakan hawa yang mengerikan di belakang mereka.

"Apa kalian baik-baik saja? dari mana arah datangnya batu itu?" Vino langsung merinding membayangkan bagaimana jika batu itu menembus kepala mereka.

"Brengsek apa-apan tadi? kalian memakai senjata yah?" tanya pria itu dengan penuh amarah meski ia juga gemetar ketakutan dibuatnya. Karena kesal, dia dengan cepat ingin mengarahkan tinjunya kepada Rinto.

"Plakkkk...!" tampar Rinto ke pipi pria itu dengan keras yang membuatnya seketika oleng ke belakang.

"Ah.. sialan, kau... Plakkk,, Plakk Plakk!" tampar Rinto secara bertubi-tubi dengan sangat kuat sampai pria itu jatuh ke bawah dan tak sanggup berdiri karena merasakan perih di pipinya.

Teman-temannya yang lain langsung ikut menyerang Rinto, namun Rinto hanya melakukan serangan yang sama yaitu menghindari tendangan dan kepalan tinju mereka sembari menampar mereka satu persatu.

Satu orang yang tersisa bahkan sampai sampai lebih dahulu memegang pipinya seolah sudah merasakan pedihnya tamparan Rinto saat melihat teman-temannya yang sudah terbaring di lantai meringis sakit meski pipinya belum tersentuh tamparan dari Rinto.

"Huffft, aku jadi tak tega untuk menamparmu." ucap Rinto sambil mengelus-elus lembut pipinya dan melepaskannya begitu saja.

"Mantul Bosque!" Yogi menaikkan jempolnya memuji kemampuan Rinto yang sudah jauh berkembang sampai ia tidak perlu repot-repot untuk mengeluarkan kekuatan penuhnya.

"Tidak buruk!" gumam Alisya kagum dengan kemampuan Rinto dari kejauhan.

"Tidak ku sangka kemampuan mereka meningkat banyak sejak terakhir kali aku melihatnya bertarung." ucap Karin memuji kemampuan Rinto.

"Sepertinya kalian memiliki tontonan yang menarik." Adith yang baru saja muncul segera berkomentar di belakang Alisya.

"Pada akhirnya aku jadi semakin biasa dengan kemunculan mu yang tiba-tiba seperti ini, aku tau kalau kau pasti akan kemari." Ucap Alisya dengan tersenyum manis kepada Adith.

"Aku melihat sebuah rekaman yang sangat menarik, dan karena itu aku jadi ikut penasaran ingin menyaksikannya secara langsung." Adith mengambil posisi di sebelah kanan Alisya.

"Kalian seperti dua buah magnet abadi yang tak bisa di pisahkan." seru Karin menggoda keduanya yang selalu saling mencari satu sama lainnya.

Rinto yang sudah membelakangi pria yang dilepaskan nya dan menuju teman-temannya tersebut tiba-tiba di kejutkan dengan bunyi tamparan bolak balik dari Yogi kepada pria yang di lepaskannya itu.

"Kau ingin bersikap pengecut dengan memakai senjata untuk memukul orang yang sudah berbaik hati untuk melepaskan mu? Sini ku beri tamparan ku yang aku lumuri dengan kasih dan sayang nih. Gomu gomuno.. Tampool!!" Seru Yogi dengan sangat lantang sambil terus menghujamnya dengan tamparan keras.

"Kalian baik-baik saja? Maaf aku terlambat datang." ucap Rinto membantu mereka bangkit.

"Terimakasih, kami awalnya ingin menyalahkan dirimu atas semua yang terjadi kepada kami. Tapi melihatmu yang terlihat jauh lebih kuat dari sebelumnya membuat kami ragu kalau kau lemah seperti apa yang mereka rumorkan." ucap Al berusaha bangkit dengan tubuhnya yang penuh akan luka-luka.

"Kekuatan itu bukalah sesuatu yang di tunjukkan untuk memperlihatkan sebesar apa kekuatanmu, tapi digunakan untuk melindungi orang-orang disekitar mu. Aku juga mempelajari ini dari seorang perempuan." Rinto tersenyum mengingat Alisya.

"Tidak penting dari siapa kau belajar, selama itu bisa membawa kearah lebih baik maka itu sangat berharga." ucapnya seolah mengagumi sosok orang yang sedang di maksud oleh Rinto saat itu.

Vino dan Yogi langsung mencoba membopong beberapa anak lainnya dan membawa mereka ke apotek terdekat untuk memberikan mereka pengobatan.