Chapter 313 - Cukup Aku

Meski sudah dikatakan oleh Alisya untuk mereka tak perlu memakai pakaian yang terlalu formal, tapi untuk pertama kali teman-teman Alisya ingin tampil maksimal dan formal untuk acara ulangtahun perusahaan tersebut.

Mereka semua sepakat untuk memakai baju yang bertemakan warna hitam yang di padukan dengan warna gold sesuai dengan permintaan Adith. Satu persatu mereka berdatangan ke hotel berbintang lima jakarta yang bertaraf Internasinal dengan semua kemegahan dan kemewahannya.

"Kok aku deg-degan yah, padahal bukan aku yang mau tunangan." Emi yang sudah melihat mereka sedang mengantri untuk turun menjadi semakin nervous.

"Tidak perlu khawatir, kau bisa berpegang padaku." ucap Gani yang saat itu menjadi pasangan Emi.

"Woow, tidak buruk. Perlakukan aku sebagai permaisurimu hari ini." Emi menaikkan keningnya untuk mereka segera turun.

Mengerti akan maksud dari Emi, Gani segera turun dari mobil kemudian mengulurkan tangannya kepada Emi.

"Siap tuan Putri" Gani yang memakai Jas Hitam bertepi Gold membuatnya terlihat lebih tampan yang membuat Emi merasa bangga bisa berpasangan dengannya.

Tak jauh di belakang mereka, Mobil berwarna hitam berikutnya muncul dan bersiap untuk berhenti di depan pintu Hotel yang sudah melebarkan karpet merah untuk setiap tamu undangan.

"Turunlah!" Pinta Beni kepada Gina yang masih berada di dalam mobil.

"Aku jadi takut untuk masuk kedalam, apakah aku tidak terlihat mencolok?" tanya Gina tak percaya diri dengan penampilannya.

"Kau terlihat cantik dengan apapun yang kau kenakan. Terlebih jika kau tampil percaya diri." senyum Beni mencoba untuk membuat tenang Gina. Pujian adalah senjata paling utama untuk membangkitkan kepercayaan diri seorang wanita dan itu berhasil Beni lakukan pada Gina.

"Oke, jika itu yang kau katakan." Gina keluar dari mobil dan melingkarkan tangannya ke lengan Beni dengan penuh percaya diri.

"Mereka terlihat sangat serasi." ucap Feby yang melihat Gina dan Beni berjalan berdampingan menuju ke dalam Hotel.

"Bagaimana kalau kita juga memperlihatkan hal yang sama?" tanya Rinto turun dan mengulurkan tangannya kepada Feby.

"Dengan perlakuan kalian seperti ini kepada kami, sepertinya akan membuat iri seluruh orang yang bersahabat di dunia ini jika mereka tahu." senyum Feby meraih tangan Rinto. Rinto segera menempatkan tangan Feby ke lengannya dan menuntunnya naik ke atas tangga.

"Biarkan mereka mengambil contoh dari kita." ucap Rinto singkat yang membuat Feby tertawa pelan.

"Kau sudah siap?" tanya Zein kepada Adora yang terlihat gugup di sampingnya. Zein tak bisa mengalihkan pandangannya dari Adora yang terlihat sangat cantik saat itu.

"Berikan waktu untuk aku mengatur nafasku. Aku belum pernah memakai pakaian seperti ini sebelumnya." Adora terlihat keringat dingin karena merasa kurang percaya diri dengan tampilannya.

"Kau tak perlu memikirkan penilaian orang lain tentangmu. Bukankah aku yang sangat mengagumi kecantikanmu saat ini sudah cukup?" Zein mengambil sapu tangannya dan menempelkan pelan ke wajah Adora untuk menghilangkan peluhnya.

Hati Adora menjadi sangat bergetar saat Zein memperlakukannya manis seperti itu saat ia biasanya bersikap dingin dan cuek.

"Dia selalu tau kapan harus bersikap manis!" batin Adora dengan pipinya yang merona karena senyuman Zein yang begitu mempesona.

Mereka berdua turun bersamaan dengan Yogi dan Aurelia tepat di belakang mereka.

"Semakin lama aku melihat kalian, semakin nampak chemistry diantara kalian berdua." ucap Aurelia setelah mengalungkan tangannya kepada Yogi dengan erat.

"Zein, kita semua adalah pangeran berkuda putih hari ini. Jadi kenapa kau tidak meraihnya untuk semakin dekat denganmu?" goda Yogi kepada Zein dan Adora yang masih terlihat canggung satu sama lainnya.

"Seperti ini?" Zein bukannya meraih tangan Adora dan menempatkannya ke lengannya, melainkan ia menarik pinggang Adora dengan lembut dan menelmpelkannya kesisinya.

Perlakuan Zein segera membuat semua teman-temannya yang sudah tiba lebih awal menyoraki mereka berdua yang membuat Adora menutup wajahnya karena malu sedangkan Yogi dan Aurelia langsung melakukan tos atas keberhasilan mereka.

Mereka akhirnya berjalan masuk kedalam perusahaan setelah semuanya hadir. Karin dan Akiko belum datang karena masih bersama Alisya yang menjadi highlight pada acara malam itu. Ketika mereka sedang mengobrol satu sama lainnya, seseorang tiba-tiba menyapa Zein dengan suara yang lembut.

"Ternyata benar itu kamu." ucapnya sembari berjalan mendekati Zein. Dia datang bersama 3 orang temannya dan seorang pria yang terlihat cukup berkelas di sisinya.

"Oh... Siska!" Zein memandanya dingin karena tak begitu menyukai mantan seniornya yang satu itu.

"Aku tak menyangka kalau kau juga ikut bergaul dengan kalangan bawah. Tidakkah itu mengotori kelasmu? sejak kapan kalangan elite berpasangan dengan kalangan bawah?" Siska tertawa dengan nada merendahkan melihat Adora dan yang lainnya berada disana di sisi Zein.

"Jadi dia Zein, si elite nomor 2 di sekolah mu dulu?" tanya seorang pria yang berada di sebelahnya.

"Aku tidak peduli dengan kelas atau apapun itu, setidaknya mereka memiliki hati yang jauh lebih berkelas dibanding dengan dirimu." ucapan Zein seketika membuat Adora dan teman-temannya yang lain tertawa pelan dan senyum-senyum memberikan jempol kepada Zein.

"Savage!!!" bisik Gani kepada Beni yang langsung membuat mereka tertawa sekali lagi.

"Ukhmmm... Lagi pula, apa yang mereka lakukan disini? Kalian sedang menghadiri kondangan siapa dengan pakaian yang seperti itu? Bukankah arahnya yang sebelah sana? Aula utama hotel ini sudah di pakai untuk acara ultah perusahaan besar." Siska yang terbatuk pelan masih melanjutkan caranya yang angkuh.

"Jika itu Zein, aku mungkin paham jika dia mengarah kemari karena orang tuanya juga memiliki perusahaan besar, tapi aku tak yakin dengan mereka." tambah pria yang berdiri di samping Siska.

"Sepertinya mereka sedang tersesat!" ucap teman-teman Siska dengan tawa mereka yang terdengar menjijikkan di telinga Aurelia.

"Kalian bahkan bisa di bilang sama. Seperti dayang-dayang yang sedang melayani tuan putrinya dengan begitu setia." ucap Aurelia dengan senyumannya yang sinis.

"Kalangan bawah sepertimu tak pantas menghinaku seperti itu." hardiknya dengan sangat kesal.

"Lalu atas hak apa yang kamu punya untuk bisa menghina kami? Karena wajah atau karena harta? Jika karena itu kau tak lebih kaya dari apa yang aku punya." ucap Adora dengan tatapan tajam kepada mereka bertiga.

"Sudahlah, simpan keanggunanmu itu, jangan perdulikan wanita bar-bar seperti mereka." Zein langsung berbalik badan memasuki jalur khusus VIP bersama dengan teman-temannya yang lain.

"Cih! sombong sekali mereka." ketus Siska kesal. Mereka segera mengikuti Zein dan yang lainnya memasuki jalur yang sama namun dengan cepat di hentikan oleh para pengawal disana.

"Maaf, ini jalur khusus untuk keluarga perusahaan. Tamu undangan bisa mengambil jalur yang sebelah sana." tunjuk pengawal tersebut kepada pintu sebelah kanan.

Melihat mereka yang mengikuti jalur tersebut membuat Feby dan Emi tertawa riuh sambil berlalu pergi.

"Lalu kenapa mereka dibiarkan masuk?" tanya Siska dengan wajah kesal tak terima jika Adora dan yang lainnya bisa memasuki jalur khusus tersebut.

Si pengawal tak menjawab dan terus mengarahkan mereka ke pintu yang berada di sebelah mereka.

"Siapa yang menjadi keluarga dari orang-orang seperti mereka?" tanya pria yang bersama Siska.

"Aku juga tak tau. Seingatku perusahaan ini memiliki cucu seorang anak laki-laki bernama Ali, tapi dia tidak pernah dipublikasikan didepan umum. Dan Zein atau diantara mereka semua tak memiliki seseorang yang bernama Ali karena Zein hanya sering bersama dengan Adith ataupun Riyan." Siska yang kesal belum memasuki aula.

"Jika benar seperti itu, aku tak melihat orang yang kau sebut sebagai Adith dan Riyan disana. Aku mengetahui wajah seorang Narendra, tapi untuk Riyan dari ketiga orang diantara mereka bukanlah Riyan." ucap pria itu mengingat Zein yang hanya datang sendiri tanpa kedua elite lainnya. Mata Siska segera melebar mengingat ia tidak melihat kedua elite tersebut.

"Kau benar, dimana..." ketika Siska sedang bergumam memikirkan keberadaan Adith dan Riyan, Riyan datang bersama Kanya tunangannya dan memasuki jalur yang sama dengan yang dimasuki Zein sebelumnya.