Chapter 321 - Beni Pingsan

Karin yang belum sempat memasuki ruang UKS, tiba-tiba saja mendapat telpon dari Ayahnya.

"Karin, apa kamu dan teman-temanmu bisa ke lab Ayah setelah pulang sekolah? Ada yang ingin ayah pastikan dan Ayah tidak bisa ke sekolah kalian saat ini." Terang Ayah Karin dari balik telponnya.

"Loh kenapa Yah? Apa karena Ayah masih sibuk?" Tanya Karin bingung kenapa ayahnya tidak bisa ke sekolah mereka.

"Sekolah kalian sudah memiliki dokter pribadi dan tidak sepantasnya untuk ayah berada disana sehingga akan lebih baik jika kalian yang datang menemui ayah." Ucapnya sembari menatap Karan dengan tatapan serius.

"Karin, kau pasti sudah menyadari apa yang sedang terjadi pada mereka. Kemarilah bersama dengan yang lainnya agar aku bisa menjelaskan dengan lebih detail begitu Beni sudah sadarkan diri." Karan memberikan pendapatnya mengenai keharusan mereka untuk segera bertemu dengan Ayahnya.

Karin yang mulai paham arah pembicaraan mereka sehingga segera menyanggupi dan berpikir apa yang harus ia lakukan dengan memanggil teman-teman mereka.

"Bagaimana? Apa yang dikatakan oleh Ayahmu? " Tanya Alisya ketika Karin sudah mematikan panggilannya.

"Ayah bilang dia tidak bisa kemari karena sedang sibuk, untuk itu dia meminta kita semua untuk pergi menemuinya." Karin menatap teman-temannya dengan senyuman kecut.

"Tidak masalah, setelah Beni bangun kita bisa pergi bersama-sama kesana." Ucap Gani santai dan tak merasa curiga.

Aurelia masih menatap penuh khawatir ke arah Beni yang masih belum sadarkan diri. Mereka juga tidak bisa melaporkan kepada ibu Vivian mengenai kondisi Beni, sehingga mereka sepakat untuk menyembunyikan permasalahan itu.

"Kalian tunggu disini dan menjaganya. Aku harus menemui ibu Vivian sebelum ia kemari mencari tahu." Terang Karin cepat dan berdiri dari tempat duduknya.

"Tunggu, Biar aku temani." Jelas Alisya segera pergi bersama dengan Karin.

Merasa curiga, Adith dan Ryu berjalan mengikuti Alisya dan Karin dengan cepat.

"Apa ini ada hubungannya dengan diriku?" Tanya Alisya begitu mereka sudah sampai keluar ruangan UKS.

"Aku juga tak tahu pasti, tapi Ayah menyuruh kita untuk menemuinya. Lebih tepatnya ia menyuruh kita untuk menuju labnya." Jelas Karin melipat kedua tangannya dengan cemas.

"Lab? Kita?" Adith muncul bersama dengan Ryu ingin terlibat dalam percakapan mereka berdua.

Karin terkejut melihat Adit dan Ryu mendengar percakapan mereka berdua. Namun setelah Alisya mengangguk pelan, Karin akhirnya kembali membuka mulutnya.

"Ya, ayahku meminta kita kita semua tanpa terkecuali untuk segera menemuinya di lab." Jawab Karin dengan tatapan serius.

"Tapi kenapa di lab? Bukannya di rumah sakit?" Tanya Adith sekali lagi masih tak mengerti kenapa Ayah Karin meminta mereka untuk menemuinya di laboratorium pribadi milik ayah Karin.

"Aku juga tak tahu pasti, tapi sepertinya ayahku punya jawaban atas apa yang terjadi pada Aurelia dan juga yang terjadi pada Beni." Tegas Karin memikirkan bagaimana kekuatan pukulan Aurelia dan daya tahan tubuh Beni.

"Apa karena pukulan Aurelia yang sangat kuat namun tidak memberikan efek apapun kepada Beni selain dari kenyataan bahwa Beni tidak sadar saat inj?" Tanya Alisya ingin memastikan sekali lagi.

"Entahlah, yang pasti aku juga merasakan sesuatu yang aneh kepada mereka berdua." Lanjut Karin lagi melirik ke dalam ruang UKS.

"Kalau begitu, tak ada pilihan lain selain mencari tau secara langsung kepada Ayah Karin mengenai kondisi mereka berdua." Ucap Ryu yang sedari tadi hanya terdiam menyimak percakapan mereka.

Disaat mereka sedang berbincang-bincang, Emi melewati mereka tanpa berbicara sepatah katapun. Alisya dan Karin bahkan sampai terheran dengan sikap Emi.

"Emi… Em… Emi?" Panggil Karin beberapa kali yang seolah emi sedang berjalan didunia lain saat itu.

*Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Tanya Alisya cepat menatap wajah Emi yang terlihat tak bersemangat.

"Apa yang kau pikirkan sampai kau melewati kami begitu saja? Ucap Ryu dengan tatapan bingung.

"Ah, maaf aku hanya melamun saja tadi." Ucap Emo dengan gagap.

"Kenapa ibu Vivian memanggilmu?" Tanya Karin sekali lagi.

"Bukan hal yang penting. Apa yang kalian lakukan disini?" Emi bingung melihat mereka sedang berada di depan UKS.

"Beni pingsan, jadi kami membawanya ke UKS." Terang Ryu santai.

"Apa??? Bagaimana itu bisa terjadi?" Ucap Emi kaget karena ia tahu betul bahwa Beni adalah orang yang kuat.

Tepat saat Alisya ingin menjelaskannya handphone Emi berdering dengan keras.

"Ya ma? Ada apa?" Jawab Emi cepat langsung memberi tanda kepada Alisya dan yang lainnya untuk ia menerima panggilan itu terlebih dahulu.

Emi segera menjauh sejenak mereka yang sesaat kemudian Emi menunjukkan ekspresi terkejut dan kelamnya. Karin mengerutkan kening melihat ekspresi Emi dari kejauhan.

"Karin, bisa kau memberiku izin sebentar?" Ucap Emi kembali memasang ekspresi normal.

"Kau mau kemana?" Tanya Alisya penasaran.

"Ibuku terkunci dari luar sewaktu ia berada di toilet. Dan kunci cadangannya berada dalam laci meja kamarku yang tak sengaja aku sebelum ke sekolah menguncinya sebab Adikku sering mengacaukan kamarku." Terang Emi memberi alasan kepada Karin.

"Baiklah, kau bisa pergi sekarang." Jelas Karin cepat, meski ia seolah curiga saat melihat ekspresi Emi sebelumnya yang bukan terkejut karena hal sepele.

Begitu Emi sudah berlalu pergi, Beni akhirnya mulai sadarkan diri dari tidur singkatnya. Adith dan yang lainnya segera masuk kedalam untuk melihat kondisi Beni.

"Dimana aku?" Tanya Beni masih belum sepenuhnya sadarkan diri dan pandangannya yang masih terlihat buram.

"Syukurlah kau sudah sadarkan diri." Ucap Aurelia merasa lega melihat Beni yang sudah sadarkan diri.

"Kau sedang berada di UKS karena pingsan." Ucap Gani membantu Beni untuk duduk dengan nyaman.

"Kau baik-baik saja? Apa kau merasakan sakit di sekitar tubuhmu?" Karin masuk langsung mencoba memeriksa kondisi Beni.

"Tidak, aku tidak merasakan apapun selain pusing. Tapi kenapa aku berada disini? Lalu kenapa aku bisa pingsan?" Tanya Beni yang kebingungan karena tak menyangka ia bisa berada disana.

"Apa kau tidak ingat apa yang baru saja terjadi?" Tanya Adora memberikan Beni air minum.

"Terakhir kali aku melihat Pant…" belum selesai Beni berkata, Aurelia langsung kembali teringat dengan perkataan Beni sebelumnya yang membuatnya membungkam Beni dengan mencekoki Beni dengan Air minum di tangan Beni.

"Apa aku harus memberikan tendangan agar ia bisa lupa ingatan?" Seru Aurelia yang kesal dengan ucapan Beni.

Setelah melihat Beni sadarkan diri, Aurelia akhirnya paham apa yang dimaksudkan oleh Beni setelah melihat bagian roknya yang tampak penuhi oleh darah.

Yogi dengan sigap menutupi pinggang Aurelia dengan membuat Aurelia langsung memerah malu. Ternyata ia tak sadar kalau ia sedang mengalami menstruasi hingga tembus keluar.