Chapter 322 - Terpapar dan Suntikan Penenang

Seperti yang diminta oleh Ayah Karin, mereka segera berkumpul di Lab Ayah Karin dengan tatapan penasaran serta kebingungan karena tak tahu apa yang akan mereka lakukan disana.

Meski penasaran, mereka cukup bersemangat untuk bisa mendapatkan kesempatan melihat Laboratorium milik keluarga Karin yang diketahui akan kehebatannya dalam melakukan penelitian.

"Aku tak tak tahu apa yang akan kita lakukan, tapi rasanya aku sudah tidak sabar ingin masuk." Ucap Feby dengan mata yang penuh semangat.

"Wah… Lab Ayahmu benar-benar luas dan sangat, Keren!" Gani melemparkan matanya ke seluruh ruangan dimana Laboratorium itu terlihat begitu mewah dengan segala jenis tekhnologinya.

"Hebat sekali, aku tak pernah menyangka kalau Lab Ayahmu akan sebesar ini. Aku pikir Lab Ayahmu tak jauh beda dengan Lab sekolah." Tambah Beni merasakan hal yang sama dengan Gani.

"Apa yang akan kita lakukan kemari?" Tanya Yogi masih belum mengetahui tujuan dari kedatangan mereka disana.

"Masuklah, nanti juga kalian akan mengetahuinya langsung. Akan lebih baik jika ayahku yang menjelaskan semuanya kepada kalian." Terang Karin memimpin jalan masuk semakin dalam ke dalam ruang Laboratorium milik Ayahnya.

Karin berdiri di hadapan sebuah pemindai yang sesaat kemudian terlihat sinar yang memindai mata dan suara Karin setelah itu Karin meletakkan tangannya ke atas tempat pemindaian yang kemudian pintu lift kecil terbuka.

"Apa kita sedang berada di dunia lain?" Seru Gina masuk dengan ragu-ragu.

"Pegangan yang kuat jika kalian tidak ingin muntah." Karin yang langsung menekan sebuah tombol segera membawa mereka dengan kecepatan cahaya turun ke bawah.

"Ohokkkk ohooookkk…" semuanya terbatuk-batuk dengan sangat hebat karena tubuh mereka yang kaget dengan apa yang baru saja terjadi.

"Aku merasa mual dan pusing sekali, apa yang sudah terjadi?" Akiko terlihat linglung yang dengan cepat di tangkap oleh Alisya.

"Kau baik-baik saja?" Tatap Alisya kepada Adith yang tak jauh berada disisinya.

Adith hanya mengangguk pelan tak paham dengan apa yang baru saja terjadi pada mereka.

"Aku ingin muntah! Rasanya sesak sekali." Adora jatuh melemas kelantai yang membuat Zein segera duduk di sampingnya untuk menahan tubuh Adora.

"Ada apa ini? Perasaanku tidak nyaman sekali." Tambah Emi menahan mula di peruntya.

"Bagaimana dengan dirimu?" Tanya Yogi cepat kepada Aurelia.

"Aku merasakan hal yang sama." Melihat Aurelia seperti itu, Yogi jadi merasa sedikit khawatir akan apa yang terjadi kepada mereka.

Beni, Gina serta Gani juga terlihat tak jauh berbeda dengan Adora dan yang lainnya.

Hanya Karin, Alisya, Adith, Ryu, Zein, Riyan serta Rinto dan Yogi yang tak bergeming sama sekali.

"Selamat datang di Lab bawah tanah milik kami." Ayah Alisya langsung menyalami mereka satu persatu sedang yang lainnya masih dalam posisi sesak nafas karena tubuh mereka yang tak bisa menyesuaikan dengan kecepatan yang baru saja mereka alami.

"Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Kenapa kami harus turun melalui tempat itu?" Karin bingung dengan apa yang baru saja di perintahakan oleh Ayahnya.

"Melihat reaksi kalian, sepertinya memang sudah terjadi sesuatu pada kalian. Mereka yang normal tentu memiliki reaksi hebat seperti mereka." Tunjuk Ayah Karin pada Beni, Gani, Gina, Akiko, Feby, Emi, Aurelia serta Adora.

"Apa tidak ada cara untuk turun dengan cara yang biasa saja? Rasa kami seperti berpindah tempat dalam waktu yang singkat." Tanya Aurelia dengan mata yang sudah berair. Wajah Aurelia yang tampak pucat membuat Yogi semakin mengkhawatirkan Aurelia.

"Tentu saja ada, tapi kami sengaja membuat kalian harus melalui tempat itu agar kami bisa melihat perubahan tubuh kalian dalam menahan kecepatan tersebut." Karan datang dengan membawa hasil dari reaksi tubuh mereka.

"Maksudnya?" Adith masih belum paham dengan apa yang sedang dikatakan oleh Ayah Karin dan Juga Karan.

"Aku yakin beberapa sudah menyadari apa yang sebenarnya terjadi melihat dari perubahan yang kalian alami pada tubuh kalian." Ucap Ayah Karin memandang mereka satu persatu.

"Seperti apa yang terjadi pada Adora dan Beni, beberapa dari kalian semua sudah mengalami perubahan yang disebabkan oleh paparan yang kalian terima dari energi nano yang meledak dari Alisya." Jelas Karan memeriksa kondisi Beni dan Aurelia secara bergantian.

"Lalu kenapa kami memiliki reaksi yang berbeda dengan mereka? Apa itu artinya kami tidak terpapar oleh energi nano?" Zein merasa tak memiliki perubahan yang signifikan pada tubuhnya.

"Justru kalian lah yang paling banyak mendapatkan energi nano dari Alisya. Aku rasa ini ada hubungannya dengan suntikan penenang yang diberikan oleh Karin kepada kalian saat kalian melakukan pertandingan basket lalu." Jelas Karan memberikan analisanya yang dengan segera ia berikan kepada Karin.

"Sedangkan mereka yang tidak mendapatkan suntikan tersebut tampaknya hanya mendapatkan energi nano dalam waktu sementara yang artinya dapat hilang sewaktu-waktu." Tambah Ayah Karin memberikan penjelasan kepada mereka semua.

"Lalu apa yang akan terjadi pada kami? Apakah itu artinya kami akan mendapatkan efek sampingnya?" Tanya Rinto penasaran dengan analisis yang dikemukakan oleh Ayah Karin.

"Kita masih belum tahu pasti apakah kalian akan mendapatkan efek samping karena hal tersebut atau mungkin bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya." Karan menatap ke arah Alisya yang tampak mulai terlihat merasa bersalah.

"Untuk itu kami perlu melakukan penelitian lebih lanjut kepada kalian semua. Baik mereka yang terpapar maupun kalian yang terpapar dan juga mendapatkan suntikan tersebut." Lanjut Ayah Karin menuju ke tempat alat miliknya.

"Kondisi ini akan sangat berbahaya jika di ketahui oleh pihak Organisasi." Gumam Alisya tertunduk dengan fikiran yang kalut.

"Jangan khawatir, mereka bukan akan menargetkan mereka yang terpapar namun kamulah yang semakin menjadi tujuan utama mereka." Jelas Karan menatap Alisya dengan tersenyum manis.

"Mereka yang terpapar justru tidak akan memberikan dampak yang special karena hal tersebut belum teruji sebab kemungkinan besar yang akan terjadi adalah energi nano itu akan menghilang seiring waktu berjalan." Jelas Alisya mulai memahami apa yang sedang terjadi.

"Itu artinya kondisi kami ini masih bersifat sementara?" Tanya Riyan mulai semakin merasa tertarik.

"Ya benar, selain itu Adora dan yang lainnya sepertinya tidak perlu dikhawatirkan lagi. Aku rasa kalian yang harus menjadi prioritas kami saat ini." Ayah Karin memandang kepada Adith dan yang lainnya dengan tatapan serius.

"Aku tak yakin apakah ini hal baik atau tidak." Gumam Alisya berpikir keras tentang teman-temannya.

"Kita akan mengetahuinya jika kita sudah menyelesaikan beberapa penelitian yang perlu bagi kalian." Ucap Karan yang langsung memberikan sebuah kapsul kepada mereka yang mengalami mual.

Semua perlahan-lahan kembali lebih tenang ketika obat berekasi dengan baik.