Chapter 325 - Ingin Makan Panas dan Minum Dingin

"Teman-teman.." panggil Alisya dengan tatapan yang bisa diterjemahkan oleh teman-temannya kalau Alisya sedang merasa tidak enak kepada mereka semua.

"Alisya, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri." Tegas Gina merasa kesal seolah bisa menebak dengan apa yang akan dikatakan oleh Alisya.

"Kau tau kan kami semua tak pernah menilai atau beranggapan seperti itu kepadamu?" ucap Aurelia dingin.

"Berhentilah menganggap akan semua yang terjadi pada kami adalah kesalahanmu." Tambah Emi dengan menatap tajam ke arah Alisya.

Melihat reaksi teman-temannya Alisya yang tadinya hanya ingin meminta maaf menjadi tertawa pelan karena merasa lucu dengan sikap mereka yang dengan gampangnya menebak akan apa yang dia ingin lakukan. Kini semakin ia yakin bahwa mereka semua tak pernah mempermasalahkan atas apa yang sudah terjadi.

"Aku tak menyangka kalau kita akan menjalani pemeriksaan sampai sebanyak itu." Ucap Adora melakukan perenggangan pada tubuhnya.

"Tapi aku rasa kita mungkin bisa menyelesaikannya hanya dalam waktu setengah hari, dan itu akan berbeda dengan apa yang terjadi pada mereka." Tunjuk Aurelia pada Adith dan yang lainnya.

"Kau benar, mereka mungkin akan melakukan semua pemeriksaan itu selama beberapa hari." Tambah Feby melirik kea rah mereka semua yang sedang berpamitan kepada Ayah Karin dan Karan.

"Itu tak seperti yang kalian pikirkan, pemeriksaan kami mungkin hampir tak jauh berbeda dengan apa yang kalian lakukan." Ucap Rinto yang mendengar percakapan mereka.

"Akan ada beberapa tambahan pemeriksaan tapi sebenarnya semua sama saja." Lanjut Yogi lagi dengan tersenyum membelai lembut rambut Aurelia.

"Jadi kita akan makan dimana?" tanya Gani dengan suara yang lesu dan tubuh yang tak bisa berdiri dengan baik.

"Iya kau sudah lapar sekali nih?" lanjut Gina lagi dengan perutnya yang semakin terasa pedis.

"Kalian mau makan panas atau dingin?" tanya Adith menawarkan menu yang mereka inginkan agar bisa menujukkan tempat yang benar.

"Kalian bisa pilih apa saja yang ingin kalian makan." Seru Zein memberikan mereka semangat.

"Aku ingin makan panas tapi minum yang dingin." Seru Beni cepat sudah tak sabar ingin pergi.

"Aku setuju." Seru Alisya dan Karin secara bersamaan yang setuju dengan pilihan yang dikatakan oleh Beni yang berlanjut dengan bunyi perut keduanya yang terang-terangan memikirkan apa yang akan masuk kedalam sana.

"Sepertinya perut kalian berdua sangat antusias dengan pilihan Beni yah." Ucap Riyan tertawa mendengar bunyi perut Karin dan Alisya.

Semuanya langsung pecah dalam tawa karena bunyi perut Karin dan Alisya yang sangat besar sampai bisa di dengar oleh mereka semua. Mereka semua segera menuju ke warung yang menyediakan menu mie ayam, bakso, soto dan lain sebagainya yang bisa memuaskan rasa lapar mereka.

"Teman-teman, aku tak ikut masuk yah, aku harus segera pulang karena ibu dan Adiku tak ada yang menemani di rumah karena ayahku lagi keluar kota." Ucap Emi tepat setelah mereka akan memasuki warung tersebut.

"Makanlah dulu, kau tak bisa pulang begitu saja jika belum makan." Beni tak bisa membiarkan Emi pulang dalam keadaan perut lapar.

"Tidak apa-apa, aku bisa pulang dan makan dengan mereka sekarang. Ibuku juga sudah menyiapakan makanan untukku. Tidak baik jika aku tidak memakannya." Emi tersenyum dengan begitu ceria yang semakin membuat Alisya tak yakin dengan apa yang di katakanya.

"Kalau begitu kenapa kau tak membungkusnya untuk di makan bersama mereka?" tanya Adora memberikan saran kepada Emi.

"Tak perlu, ibuku sudah memasak lauk yang sangat banyak." Teriak Emi sambil berlari pergi dari sana dan terus melambai dengan semangat.

"Kenapa dia terburu-buru seperti itu?" padahal aku bisa mengantarkannya pulang." Gani terus menatap Emi hingga ia menghilang dari sana.

"Melihatmu menatapnya seperti itu, aku yakin kau juga merasakan hal yang sama denganku" ucap Alisya melihat Karin yang menatap curiga kepada Emi.

"Jadi benar? Kamu juga merasakan ada hal yang aneh dengan sikap Emi?" tanya Karin kepada Alisya tak menyangka kalau apa yang ia pikirkan adalah suatu kebenaran.

"Aku juga belum tahu pasti, tapi sepertinya ia sedang menyembunyikan sesuatu dari kita." Alisya menatap Karin dengan tatapan takjub. Mungkin karena paparan energi nano atau karena hal lainnya namun sepertinya insting Karin jadi meningkat tajam karenanya.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Karin meminta saran dari Alisya.

"Aku rasa kalian sudah tau apa yang harus kita lakukan." Ucap Adith yang sudah berdiri tepat di samping mereka berdua.

"Kenapa? Apa yang kalian tunggu lagi?" tambah Zein yang datang bersama dengan Ryu dan Riyan.

"Nona.." panggil Ryu dengan senyuman yang mendukung setiap pilihan Alisya.

"Ada apa? Kenapa kalian terlihat begitu semangat?" tanya Beni yang bingung melihat reaksi mereka semua.

"Sepertinya aka nada sesuatu yang terjadi lagi saat ini." Seru Aurelia menepuk jidatnya pelan.

"Entah kenapa aku selalu suka terlibat dalam setiap rencana mereka." Terang Rinto merasa antusias dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Adith dan yang lainnya.

"Mas! Mie Ayam 3, Bakso 3, Nasi Goreng 4, Es jeruk 9 dan teh panasnya 3 terus ayam lalapannya 3 tambah soto ayamnya juga 3 yah pak." Ucap Gani memesan semua menu itu tanpa menanyakannya terlebih dahulu kepada teman-temannya yang lain.

"Dan akan ada satu orang bodoh seperti dirinya yang sangat perduli terhadap isi perutnya saat ini." Tatap Aurelia kepada Gani yang sudah duduk dengan nyaman memesan semua makanan pada pelayan warung makan.

"Apa yang kalian lakukan disana? Kalian bukannya ingin makan?" Panggil Gani dengan ekspresi polosnya.

Alisya dan Karin hanya bisa tertawa melihat Gani yang terlihat sekali sedang kepalaran dan berusaha menelan liurnya memikirkan makanan yang sudah ia pesan.

"Maaf mas, sepertinya kami tidak jadi makan. Mendadak ada yang harus kami lakukan." Gina langsung meminta maaf kepada mas yang sedang mencatat menu makanan yang sudah di pesan oleh Gani.

"Loh kenapa? Aku sudah sangat lapar. Apa lagi yang akan kita lakukan?" tanya Gani dengan tatapan memelas ke arah kakaknya.

"Sudahlah, Ayo ikut. Kita harus mengejar Emi sebelum terlambat." Gina langsung menarik Gani dari tempat duduknya.

"Tapi aku mau makan kak!" seru Gani sekali lagi dengan perutnya yang berbunyi dengan keras.

"Diamlah!" Gina langsung menutup mulut Gani yang terus meracau ingin makan.

"Maaf mas, kami akan datang lain kali yah!" seru Alisya menunduk meminta maaf kepada Mas pelayan warung tersebut.

"Iya dek tidak apa-apa.!" Ucap sang pelayan dengan senyuman yang ramah.

Mereka memutuskan untuk mengikuti Emi untuk memastikan apa yang sedang terjadi padanya meski perut mereka sudah cukup lapar.