Chapter 326 - Menyerahkan diri

Dari kejauhan, Emi melihat sebuah mobil hitam yang baru saja berlalu pergi dari depan rumahnya. Mobil itu tak dikenalinya namun ia merasa pernah melihat mobil itu sebelumnya. Merasa curiga, Emi langsung berlari namun hamper saja bertabrakan dengan ibunya yang juga sedang berlari keluar.

"Ibu? Ada apa?" tanya Emi kaget melihat ibunya yang keluar dengan terburu-buru.

"Adikmu, mereka membawa pergi adikmu. Emi, apa yang harus kita lakukan?" Ucap ibunya sembari terus menangisi anaknya yang sudah dibawa pergi.

"Bukankah sudah aku peringatkan? Malam ini adalah tenggat untuk kalian membayar utang-utang ayahmu." Ucap seorang pria yang keluar dari dalam rumahnya.

"Brengsek! Bukankah sudah aku katakan kalau aku akan mendapatkan uang itu? Kenapa kalian tidak bisa bersabar sedikit saja?" hardik Emi dengan tatapan penuh amarah kepada pria tersebut.

"Oh ya? Kalau begitu mana uangnya?" seorang pria lain langsung menyodorkan tangannya meminta uang kepada Emi.

Emi hanya terdiam di tempatnya dan tak bisa menunjukkan uang tersebut kepada mereka. Ibu Emi menatap penuh harap kepada anaknya berharap kalau ia sudah bener-benar mendapatkan uang tersebut.

"Beri aku waktu satu jam lagi. Aku akan mendapatkan uang itu untuk kalian." Tegas Emi sembari memikirkan cara yang bisa ia lakukan dalam kurun waktu satu jam tersebut.

"hahahaha… dari mana kau akan mendapatkan uang? Ayahmu bahkan masih terbaring sakit." Ucapnya sembari tertawa dengan penuh kesombongan menatapnya.

"Oh iya, tentu saja dia bisa bang. Bagaimana kalau kita serahkan dia saja kepada Bos?" ucap yang lainnya keluar dari rumah Emi.

Bisa Emi lihat kalau mereka bertiga baru saja mengobrak-abrik rumahnya untuk memberikan ancaman dan mencari sesuatu yang bisa mereka gunakan.

"Kau benar juga, tapi sebelum itu aku akan memberimu tawaran padamu bagaimana?" liriknya nakal pada sekujur tubuh emi.

Meski tak secantik teman-temannya yang lain, wajah tembem Emi membuatnya terlihat sangat imut dan manis. Tubuhnya yang berisi dan padat membuat mereka yang melihatnya merasa gemas. Namun tatapan pria itu terlihat dipenuhi oleh nafsu.

"Kau pikir aku akan tertarik dengan tawaran kotormu itu? Puih… jangan harap!" bantah Emi yang langsung membuang ludah karena jijik. Apapun itu, fikirannya saat ini masih cukup sadar untuk tak terpancing dengan tawaran bodoh itu.

"hahahaha, kau hanya cukup memberikan kami tubuhmu ini, dengan begitu kau bisa menyelamatkan adikmu dan membayar utang-utang ayahmu." Terangnya memegang dagu Emi dengan kasar.

"Lepaskan!!! Aku takkan membiarkan anakku melakukan hal kotor seperti itu." Tepis ibu Emi kepada tangan pria yang memegang dagu anaknya. Meski masih mengingat bagaimana kesulitan mereka saat itu, Ibu Emi tetap tak ingin menjual anaknya.

"Hei bu, abang saya sudah memberikan tawaran yang pantas loh. Tawaran itu takkan datang untuk yang kedua kalinya." Ucap salah seorang dibelakang pria itu.

"Apa kalian tidak ingin menyelamatkan anak tadi?" tunjuknya yang ia maksudkan kepada adik Emi yang sudah di bawa pergi.

"Kemana kalian akan membawa pergi adikku?" tanya Emi dengan geram sembari memeluk ibunya menjauh dari ketiga pria itu.

"Kami tak tahu, tapi jika kau tak menyelamatkan mereka sekarang, maka kau takkan pernah melihat adikmu selamanya. Karena yang selama ini dilakukan oleh bos adalah menjual mereka." Ucapnya dengan santai.

"Kau benar-benar brengsek Mus. Kau orang paling bajingan yang pernah aku temui." Bentak ibunya kepada pria yang beranama Mus tersebut.

"Terimakasih atas pujiannya bu, aku sangat tersanjung atas pujian ibu itu. Hahahaha" ia tertawa geli mendengar ucapan ibu Emi padanya.

"Aku terima tawaranmu, tapi bebaskan adikku." Tegas Emi setelah terdiam beberapa saat. Tak ada pilihan lain lagi yang bisa ia lakukan sebelum adiknya sampai pada bos mereka.

"Tidak! Emi, kau tak perlu melakukan hal itu. Ibu bisa mencari uang untuk membebaskan adikmu." Bentak ibunya tak ingin Emi menerima tawaran mereka.

"Tapi bu, dimana lagi ibu akan mencari uang? Kita tak bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu satu jam." Jawab Emi beralih melihat ke arah ibunya.

"Bukankah kau bilang kau memiliki teman-teman yang baik hati? Kenapa kau tak melakukan pinjaman saja kepada mereka? Oh iya, ada teman mu yang waktu itu kan?" ibu Emi mengingat Alisya yang pernah menyelamatkan mereka juga saat dalam keadaan kritis. Suara ibu Emi sangat besar dan lantang membuat tetangga mereka keluar karenanya.

"Sussttt… ibu ingin semua orang melihat apa yang terjadi?" ucap Emi menenangkan ibunya.

Meski tetangga mereka melihat Emi dan ibunya dalam kesulitan, namun begitu melihat wajah Mus mereka langsung kembali masuk karena tak ingin terlibat dalam urusan mereka.

"Mereka memang teman-teman terbaikku bu, tapi aku tak bisa terus-terusan bergantung pada mereka. Selain itu kita juga sudah banyak mendapatkan bantuan darinya. Kali ini biar Emi selesaikan sendiri." Terang Emi sudah membulatkan tekadnya.

"Apa yang bisa dilakukan oleh anak SMA seperti kamu? Tinggal sebulan lagi kamu akan melaksanakan ujian, bagaimana bisa kamu melepas semua itu?" ibu Emi berusaha membujuk emi agar tak mengikuti tawaran kotor dari Mus.

"Aku tau bu, tapi meski begitu kita tak bisa membayar SPP itu kan? Sama saja aku tak mengikuti ujian itu lagi. Lagi pula saat ini yang lebih penting adalah menyelamatkan Hanin terlebih dahulu." Ucap Emi mengingatkan akan keselamatan adiknya yang saat ini berada di tanganya.

"Tapi nak…" ibu Emi masih belum menerima keputusan Emi namun Emi sudah membulatkan tekadnya.

"Aku akan ikut bersama kalian, sekarang kau harus melepaskan adikku terlebih dahulu!" Emi langsung berbalik badan menatap Mus dengan tajam.

"Tentu saja sayang." Ucapnya dengan tersenyum licik.

"Bawa anak itu ke Gedung tertinggal, biar aku yang akan mengurus apa yang harus dikatakan pada Bos!" ucap Mus sembari menatap Emi sudah tak sabar lagi.

"Bang, bagaimana dengan utang mereka?" tanya seorang yang berada di belakang Mus.

"Kita bisa memikirkan itu nanti ketika dia sudah melaksanakan tugasnya dengan baik!" tatap Mus kepada Emi sembari mengusap lembut pipinya.

"Bukankah aku menyuruh kalian untuk melepasnya? Kenapa kau malah membawanya ke tempat lain?" tanya Emi tak setuju dengan cara mereka.

"Tentu saja kami akan melepaskannya, kenapa kau tak langsung menjemputnya saja untuk memastikan keadaanya?" Mus terlihat sedang memainkan tipu muslihatnya yang membuat Emi tak punya pilihan lain selain mengikuti apa yang di katakan Mus.

"Tidak,, tidak Emi. Jangan, lepaskan anakku!!!" bentak ibu Emi berusaha menlepaskan anaknya yang sudah dibawa masuk kedalam mobil.

"Ibu jangan khawatir, aku akan membawa pulang Hani secepatnya. Ibu masuklah kedalam rumah." Teriak Emi dari dalam mobil.