Chapter 332 - Bocah Tengil

"Kau?!" seorang penjaga yang berbalik karena merasa ada yang aneh dengan cepat di pukul oleh Alisya bersama dengan temannya yang berada disampingnya.

Gerakan Alisya yang sangat cepat tidak sempat membuat mereka bereaksi sehingga mereka harus mendapatkan pukulan yang sangat keras dibagian tengkuk leher mereka yang langsung membuat mereka jatuh pingsan.

"Hei!!!" teriak seorang bersenjata yang langsung melesatkan tembakan pada Alisya yang terdengar cukup keras dari kejauhan.

Adith bahkan sampai melepas kacamatanya karena tak ingin melihat apa yang terjadi. Ia takut Alisya tak bisa menghindarinya sehingga ia menarik nafas dalam dan melihat kalau oyang yang menembak sudah dalam keadaan terkapar tak jauh dari hadapan Alisya.

"Aku mendengar suara tembakan dari arah Alisya, apa dia baik-baik saja?" tanya Karin cepat langsung memasang kacamatanya mencari dimana asal suara tembakan tersebut.

"Dia baik-baik saja entah bagaimana!" ucap Emi saat berhasil menemukan keberadaan Alisya yang sedang berdiri menatap jauh kea rah lain.

Alisya menatap bingung kepada pria di depannya yang tiba-tiba tumbang begitu saja. Sampai sebuah berkas cahaya merah dari seorang sniper menempel di tangannya. Ia bisa melihat bahwa cahaya merah dari penembak jitu biasanya berbentuk lingkaran, sedang yang itu berbentuk bintang.

"Kerja kalian cepat juga!" gumam Alisya tersenyum mengetahui kalau mereka adalah pengawal dari ayahnya.

"Angkat tanganmu jika kau bisa mendengarku bocah tengil." Bentak nenek Alisya dari kejauhan yang sengaja ia keluarkan dengan ferekuensi yang cukup tinggi.

"Wow, sejak kapan nenek bisa melakukan ini? Ini sudah yang kedua kalinya aku mendengar suara nenek dengan frekuensi seperti itu." Alisya melambai dengan ceria dan Bahagia mengetahui kalau neneknya sedang menjaganya dari kejauhan.

"Kalau bukan pak Dimas yang memberitahu kami, apa yang akan kamu lakukan dengan melawan mereka yang bersenjata lengkap dengan tangan mungil mu itu!" marah nenek Alisya yang menarik nafas dalam untuk bisa mengeluarkan suara dengan frekuensi yang tinggi. Ia mengeluarkan energi yang cukup banyak untuk bisa mengeluarkan suara seperti itu.

"Sepertinya dia sedang berbicara dengan neneknya, tapi dimana?" Ucap Adith mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

"Dia atas atap gedung!" tunjuk Karin setelah melihat ada dua orang di atas sana yang ia bisa kenali kalau salah satunya adalah nenek Alisya.

"Lakukan cepat, kami sudah mengetahu semua situasinya dari Mus yang sudah di amankan oleh salah satu bawahan Ayahmu! Kami akan melindungimu." Jelas neneknya langsung mengambil posisi yang biasa ia lakukan.

"Aku serahkan pada nenek!" ucap Alisya langsung membuka pintu kontainer tersebut dengan cepat.

Zein dan Riyan tidak bisa mengalihkan padangan mereka dari Ryu dan Rinto mengingat mereka sedang berusaha untuk menyelamatkan para wanita yang berasal dari container yang dibuka oleh Ryu.

"Cepatlah! Mereka sudah mulai menyadari kehadiran kita!" ucap Riyan saat melihat beberapa anggota mulai berlarian menuju ke tempat mereka.

"Kau bisa berjalan?" tanya Ryu kepada seorang wanita yang terlihat masih muda dengan luka-luka yang cukup parah dibanding dengan yang lainnya.

Wanita itu hanya terdiam melihat wajah Ryu yang tampan. Ia seolah merasa sudah berada di alam lain ketika mengangkat wajahnya dan melihat wajah Ryu dari jarak yang cukup dekat. Sudah tak ada waktu lagi, Ryu terpaksa langsung membopongnya untuk pergi dari sana.

Tepat saat itu, sebuah tembakan menghentikan langkahnya yang baru saja ingin keluar namun tembakan itu mengenai pintu container yang langsung membuat beberapa wanita yang sudah mendekati Rinto berteriak keras dan Rinto juga ikut menunduk karena kaget.

Seseorang langsung melayangkan tendangan kepada Ryu yang dengan cepat dapat di tangkis oleh Ryu namun ia hampir saja menjatuhkan wanita yang digendongnya. Wanita itu seolah merasa lingkungan disekitarnya bergerak sangat lambat saat Ryu sedang menangkap kepalanya.

"Tunggu sebentar!" ucap Ryu menurunkannya dengan lembut lalu bergerak cepat langsung melindungi wanita tersebut dengan tetap berada di sampingnya untuk melindungi dirinya.

Beberapa orang mulai bermunculan dan Rinto juga tampak sudah masuk kedalam mode tempur saat salah seorang wanita yang harus tertangkap ketika ia berlari menghampiri Rinto. Namun saat Rinto berhasil melompat tinggi untuk menendang orang tersebut, sebuah tembakan langsung melumpuhkan beberapa orang lainnya yang datang menghampirinya.

"Wow, sepertinya bala bantuan sudah sampai kemari." Seru Rinto sambil menghantam leher bagian depan salah seorang yang datang menghampirinya.

Ryu pun mendapat perlidungan yang sama dari kejauhan. Suasana tampak semakin kacau dengan beberapa tembakan yang dilayangka kepada Ryu yang kemudian mereka juga jatuh satu persatu karena serangan dari kejauhan.

"Brengsek! Apa yang sedang terjadi sebenarnya?" Bos Mus yang berda di dalam gedung langsung keluar melihat banyaknya bunyi tembakan dari berbagai arah.

"Sepertinya ada yang sudah membocorkan informasi mengenai transaksi malam ini Bos!" ucap seorang pengawal yang sudah berlari menghampiri bos nya.

"Lakukan sesuatu! Jangan biarkan mereka yang menyusup itu lolos." Perintah Bos nya dengan penuh amarah.

"Ini bukan sekedar penyusupan, tapi ini adalah penyergapan dari satuan khusus. Mereka sudah melumpuhkan beberapa anggota kita dan berhasil meloloskan 2 kontainer dengan cepat." Seru salah seorang lainnya yang langsung membuat bos itu memucat. Tanpa berpikir lama lagi, ia langsung mencoba untuk melarikan diri dari sana.

"Emi, aku sudah membuka container kedua tapi aku masih belum menemukan seorang anak-anak. Siapa nama adikmu?" teriak Alisya sembari merebut senjata dari salah seorang yang berada tak jauh dari container berikutnya yang ia tuju.

"Hani, Namanya Hani. Dia anak perempuan berusia 12 tahun." Ucap Emi dengan suara yang terburu-buru.

"Oke. Kau jangan kahwatir, aku akan berusaha mencarinya!" Alisya langsung melompat dari atas kontainer mendaratkan lutunya ke leher sesorang yang sedang mencarinya. Kemudian menangkap senjata dari seorang lainnya dan menembakkan senjata tersebut ke kedua kakinya.

Sedang seorang yang berada dibelakangnya sudah di amankan dengan cepat oleh neneknya dan Alisya bergerak cepat tak perduli pada titik butanya karena neneknya terus mengamati setiap Gerakan yang akan dilakukan oleh Alisya.

"Mereka berdua sangat hebat!" ucap Adith terus mengamati mereka dari kejauhan.

"Nenek Alisya sudah sangat lama bersama Alisya sehingga mereka sudah memiliki kepercayaan yang sangat tinggi satu sama lainnya." Jelas Karin yang melihat dari kejauhan orang yang di taksirnya sebagai Mus sudah menuju ke mobilnya untuk melarikan diri.

"Sepertinya kita berdua harus melakukan hal yang lain." Ucap Adith yang terlihat memiliki pemikiran yang sama dengan Karin.

"Aku serahkan pengawasan pada kalian, tetap pantau terus keadaan mereka." teriak Karin yang langsung meluncur turun tanpa menggunakan tangga yang tanpa ragu-ragu lagi langsung di ikuti oleh Adith.