Chapter 333 - Jenius Kecil "Caleb"

Alisya berhasil sampai pada kontainer terakhir yang ia harap bisa menemukan adik Emi disana. Begitu ia membuka kontainer tersebut, bukan main terkejutnya Alisya saat melihat isi di dalam kontainer tersebut yang di penuhi oleh banyak anak-anak kecil hingga remaja meringkuk di sudut karena takut mendengar kekacauan yang ada di luar.

"Apa kalian baik-baik saja?" cahaya yang sangat minim membuatnya cukup kesulitan untuk mengenali wajah mereka satu persatu.

Setelah mendengar suara lembut Alisya, salah seorang dari mereka mencoba untuk memberanikan diri mendekat ke arah Alisya. Dengan tubuh yang gemetar ia melangkah perlahan-lahan untuk memastikan keadaan.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya nya dengan suara gemetar yang ia coba ucapkan dengan suara tegas.

"Menyelamatkan kalian!" ucap Alisya sembari meletakkan senjata api yang ia rebut sebelumnya secara perlahan-lahan dan kemudian menendang senjata tersebut dengan sedikit jauh darinya untuk membuat mereka percaya padanya.

Melihat Alisya yang terlihat benar-benar ingin menyelamatkan mereka, membuat anak-anak itu langsung berlarian memeluk Alisya dan menangis dengan keras. Mereka dipenuhi rasa takut dan rasa syukur karena akhirnya ada yang datang untuk menyelamatkan mereka.

"Terima kasih, kau laki-laki yang hebat!" ucap Alisya kepada seorang anak laki-laki yang terlihat sudah berani melindungi anak-anak yang ada di dalam sana. Anak itu berumur sekitar 10 tahun dimata Alisya, namun keberaniannya sungguh membuat Alisya kagum.

Ia yang sebelumnya terlihat begitu tegar dan kuat langsung ikut menangis mendengar ucapan Alisya yang hangat kepadanya. Alisya tersenyum dan menaikkan kepalan tinjunya kepada anak itu yang di sambut dengan kepalan tinju kecilnya sembari terisak-isak.

"Siapa namamu?" tanya Alisya kepada anak laki-laki tersebut.

"Caleb kak!" ucapnya sembari menghapus air matanya.

"Caleb berasala dari Bahasa Arab yang berarti gagah berani. Sangat cocok dengan namamu dek!" Alisya langsung mengusap kuat rambutnya karena bangga.

"Apa ada yang bernama Hani disini?" Alisya duduk dan mengsejajarkan posisinya dengan mereka semua untuk bertanya kepada mereka yang dengan polosnya mereka menggeleng pelan.

"Belum ada lagi yang masuk kedalam ini sejak… 3 hari." Ucap Caleb sembari menghitung jari tangannya dengan yakin.

"Kau bisa menghitungnya hanya berdasarkan saat terakhir kali kamu masuk?" tebak Alisya melihat dari caranya menghitung jarinya. Alisya merasa sedang melihat seorang Adith kecil dihadapannya.

Caleb mengangguk pelan dengan senyuman penuh kebanggaan. Dari pakaiannya, Alisya bisa tau kalau anak ini bukanlah anak biasa saja melainkan seorang anak cerdas dari keturunan orang berada. Alisya tak yakin kenapa anak itu bisa berada disana, namun Alisya berpikir bahwa mungkin saja anak itu merupakan kasus penculikan.

"Aku tak menemukan adik Emi disini, sepertinya ia masih berada di tempat yang berbeda." Ucap Alisya kepada teman-temannya.

"Aku menemukannya, aku melihat masih ada seorang anak di salah satu mobil yang sedang di masuki oleh Bos mereka." Ucap Karin yang terus berlari menuju kea rah parkiran mobil Bos tersebut.

"Aku dan Karin akan mencoba menghambat mereka." Adith langsung menutup salah satu jalan dengan mengarahkan beberapa Ban besar di tengah jalan sebelum mobil tersebut mengarah kepada mereka.

"Oke, aku akan segera kesana. Hati-hati, mereka masih memiliki senjata lengkap." Alisya langsung mengeluarkan anak-anak itu satu persatu.

"Kakak mau kemana?" tanya mereka cepat karena takut akan di tinggalkan oleh Alisya.

"Kalian tenang saja, jangan khawatir. Lihat pak polisi sudah datang untuk menyelamatkan kalian." Alisya langsung memberikan tanda untuk beberapa anggota Ayahnya yang sudah datang untuk menyelamatkan anak-ank tersebut.

"Tapi kak…" mereka masih berusaha untuk menghentikan Alisya.

"Kamu percaya pada kakak kan? Mereka orang-orang yang bersama kakak. Jadi mereka takkan menyakiti kalian, kita akan bertemu lagi begitu kakak menemukan adik teman kakak yang tadi kakak tanyakan. Oke?" Alisya terus berusaha membujuk mereka sambil menatap ke arah Caleb berharap agar ia bisa mengarahkan teman-temannya yang lain.

"Aku yakin kamu pasti berani menghadapi semua ini, sekarang bantu kakak untuk arahkan teman-teman mu keluar dari sini. Aku titip ini dan pegang baik-baik, karena setelah ini aku akan menemuimu." Pinta Alisya kepadanya yang dengan cepat dianggukkan oleh Caleb dengan tatapan mantap. Mendapat titipan dari Alisya semakin membuatnya yakin dan berani.

"Bagus!" Alisya langsung mengangguk kepada anggota Ayahnya kemudian berlari dengan cepat menuju ke tempat Adith dan Karin.

Alisya berlari dengan memanjat kontainer dengan gampangnya kemudian berlari dan melompat dari satu kontainer ke kontainer yang lainnya. Jika dia harus berlari dibawah, maka dia harus berlari memutar yang akan menghabiskan banyak waktu.

"Apa semuanya sudah kau selamatkan?" tanya Rinto kepada Ryu yang datang meghampirinya bersama seorang wanita yang terluka.

"Ya, kita bisa pergi ketempat persembunyian mereka untuk memastikan keselamatan mereka." Ryu dengan cepat mengangkat tubuh wanita tersebut di bantu oleh Rinto menuju ke tempat persembunyian yang sudah mereka sediakan dimana Yogi sudah menunggu mereka disana.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Yogi cepat saat melihat Ryu dan Rinto membawa seorang wanita turun dengan susah payah karena medannya yang cukup terjal.

"Kami baik-baik saja. Bagaimana dengan yang lain?" tanya Rinto kepada Yogi untuk memastikan mereka semua.

"Aku sudah bertanya kepada mereka apakah masih ada temannya yang tertinggal, tapi sepertinya sudah dia yang mereka maksud." Yogi langsung masuk kedalam Busnya kembali untuk melihat mereka semua.

"Kalau begitu bawa mereka ke kantor polisi terdekat, mereka sudah mengetahui situasinya dari ayah Alisya sehingga sebentar lagi semuanya akan berkumpul disini." Ucap Ryu langsung mengarahkan Yogi dengan cepat.

Yogi langsung mengangguk paham dan dengan cepat membunyikan bisnya segera meluncur pergi dari sana sedang Ryu dan Rinto kembali ke dalam dermaga untuk menyelamatkan beberapa dari mereka yang masih tersisa.

"Dimana posisi kalian?" tanya Alisya cepat saat ia semakin dekat namun dari kejauhan ia bisa melihat sebuah mobil yang sudah memutar arah karena melihat jalan tertutupi oleh ban-ban besar yang sudah di sebar oleh Adith dan Karin sebelumnya.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Adith saat melihat Alisya tengah berlari dari satu tiang menuju ke tiang lainnya.

"Menghentikan mereka tentunya!!!" Alisya sudah mendarat di atas mobil mereka dengan keras.

"Sialan!" ucap si Bos yang langsung mengarahkan senjatanya kepada atap mobilnya.

Alisya menghindar dengan berpegang erat pada tepian mobil lalu menendang dengan keras kepala si Bos dari jendela mobil dan ia berhasil masuk kedalam. Si Bos tersebut tak tinggal diam sehingga ia dengan keras memukul Alisya yang masih dapat di tangkisnya namun Alisya harus bergelantungan pada pintu mobil yang sudah setengah terbuka.

"Jalan terus jangan berhenti." Perintahnya kepada anak buahnya yang sedang mengemudikan mobil dengan ugal-ugalan mencari jalan keluar. Bosnya terus berusaha menjatuhkan Alisya dengan memberikan beberapa tembakan yang bisa di hindari oleh Alisya.

Tubuh Alisya yang hampir saja menabrak ujung kontainer dengan cepat ia angkat lalu dengan satu dorongan kuat, ia menendang si Bos dengan kuat yang langsung membentur pintu mobil dengan sangat kuat hingga ia pingsan.

Alisya merebut pistolnya kemudian mengarahkan kepada anak buahnya yang berada di kursi kemudi setelah menghantam salah seorang temannya yang berada di sebelahnya dengan menggunakan ujung pitol tersebut ke bagial pelipisnya lalu membanting kepalanya dengan keras pada bagian depan mobil.

"Jika kau ingin selamat, maka seharusnya kau tau apa yang harus kau lakukan saat ini." Perintah Alisya kepadanya dengan todongan pistol pada bagian kepalanya.

Ia dengan perlahan-lahan menghentikan mobil tersebut tepat di hadapan banyak mobil polisi yang sudah berdatangan satu persatu.

"Kenapa kau selalu saja mendatangi bahaya." Ayah Alisya datang menghampiri Alisya yang sudah melepaskan Adik Emi yang terikat pada kursi bagian belakang mobil.

"Maafkan aku, tapi aku tak bisa membiarkan teman-temanku dalam kesulitan." Ucap Alisya yang cengengesan merasa kalau yang ia lakukan memang berbahaya.

Dengan bantuan dari Ayah Alisya, mereka semua berhasil menyelamatkan semua orang-orang termasuk menangkap para penjahatnya.