Chapter 334 - Liontin Kenangan

Melihat Alisya yang sudah berbicara dengan Ayahnya membuat Adith dengan cepat berlari menghampiri mereka bersama dengan Karin.

"Om!" sapa Adith kepada Ayah Alisya yang di jawab dengan senyuman dan anggukan pelan.

"Syukurlah kau baik-baik saja. Sebaiknya kau jangan mudah terpancing untuk ikut dalam bahaya karena anak ini." Geram Ayah Alisya menatap Alisya tajam.

Adith tersenyum merasa lucu dengan sikap geram Ayah Alisya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Adtih mengkhawatirkan Alisya yang baru saja terjun bebas ke atas atap mobil yang melaju kencang.

"Aman!" ucapnya dengan wajah sumringah yang membuat Karin kesal karena sikap santainya itu.

"Kau pikir dirimu Iron Man? Berhentilah membahayakan dirimu sendiri?" Karin berbicara dengan mengeraskan rahangnya sambil mencubit Alisya karena kesal dan gemas.

"Tidak ada cara lain. Jika tidak seperti itu, mereka bisa lolos dengan mudah." Ucap Alisya membelai lembut kepala adik Emi yang terus memeluknya dengan erat karena masih takut akan situasinya.

"Namamu Hani kan? Kakak mu Emi sebentar lagi akan datang." Ucap Adith tertunduk membelai lembut kepalanya yang langsung memberikannya senyum ceria karena sangat menyukai Adith yang terlihat seperti orang baik baginya.

"Hati-hati, pria itu suka mematahkan hati wanita." Bisik Alisya kepada Hani dengan senyuman liciknya. Adith hanya tertawa pelan melihat ekspresi Hani yang dengan cepat berubah menjadi membencinya.

"Kali ini Om akan membiarkan kalian mengingat kalian semua baik-baik saja, tapi lain kali jika kalian masih terlibat dalam hal seperti ini maka kalian akan mendapatkan hukuman dariku." Ancam Ayah Alisya yang tidak ia arahkan kepada teman-teman Alisya melainkan kepada Alisya seorang dengan tatapan yang selama ini selalu di lihat oleh Alisya setiap kali ayahnya melatih dirinya.

Tubuh Alisya bergetar hebat saat melihat ayahnya mengatakan itu membuat Adith bingung dengan reaksi Alisya namun setelah menoleh kepda Karin, Karin juga menunjukkan ekspresi yang tak jauh berbeda. Barulah Adith paham bahwa mungkin saja apa yang dikatakan oleh Ayah Alisya bukanlah sebuah omong kosong.

"Hani… Hani,,," Emi berlari dari kejauhan menghampiri adiknya dengan air mata yang mengalir deras. Hani adiknya juga tak kalah kerasnya memanggil kakaknya.

"Kakak kemana saja seharian? Ibu sampai kewalahan menghadapi mereka bertiga." Ucap Hani di sela-sela tangisnya.

"Ibu baik-baik saja sekarang, dia sudah ada dirumah sakit untuk menemani ayah. Ayah juga sudah sadarkan diri." Emi mendapatkan infomasi tersebut dari Ryu dan Rinto yang telah kembali setelah bertemu dengan Yogi.

"Dimana anak-anak yang aku selamatkan itu dibawa?" Alisya langsung kembali teringat kepada Caleb yang sudah ia titipkan sesuatu yang sangat penting bagi Alisya kepadanya. Ia harus mengambilnya kembali dengan menemuinya.

"Mereka semua sudah di bawa ke kantor polisi terdekat untuk kembali di pertemukan dengan orang tua mereka, sedang yang para wanita akan kami pulangkan kerumah masing-masing." Jelas Ayahnya tersenyum hangat kepada Emi yang sudah menemukan adiknya.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Aku harus menemui seorang anak kecil yang jenius." Alisya tertawa pelan melihat ke arah Adith karena anak itu mengingatkan Alisya kepadanya.

Mereka segera meninggalkan ayahnya yang dengan cepat mengurus semua permasalahan disana karena tak ingin anak dan teman-teman Alisya diketahui terlibat dalam operasi penyelamatan tersebut meski banyak dari pihak kepolisian sangat menyayangkan keputusan ayah Alisya.

Sesampainya Alisya dan yang lainnya disana, beberapa anak-anak sudah mulai terlihat pergi bersama kedua orang tuanya sedangkan beberapa yang lainnya masih saling berpelukan dan menangis dalam pelukan kedua orang tuanya.

"Mana anak yang kamu bilang mirip seperti Adith itu?" tanya Riyan penasaran dengan cerita Alisya saat mereka menuju ke tempat itu.

"Dia anak laki-laki berusia 10 tahun, aku harap anak itu belum pergi dari sini." Alisya terus melempar penglihatannya ke seluruh ruangan tersebut.

"Kenapa kakak lama sekali? Aku hampir berpikir kalau kakak tidak akan datang menemuiku." Caleb muncul dari belakang mereka dengan tatapan dingin karena ia sudah menunggu selama hampir 3 jam di kanto polisi tersebut.

"Wow, dia benar sangat mirip seperti Adith." Zein menunduk melihat anak itu dan menatap ke arah Adith sambil tertawa pelan.

"Jadi kakak berhasil menemukan anak yang bernama Hani itu." Caleb merogoh kantongnya mencari benda yang sebelumnya dititipkan oleh Alisya.

"Setidaknya dia masih punya sopan santun." Ucap Rinto mengingat bagaimana Adith dulu begitu arogan dan dingin.

"Syukurlah kamu belum pergi dan menyimpannya dengan baik, apa orang tuamu sudah berada disini?" tanya Alisya belum meraih benda yang sedang di pegang oleh Caleb tersebut.

"Jangan pernah memberikan benda sepenting ini kepada orang lain lagi berikutnya. Dan satu hal lagi, kakak terlalu mudah percaya pada orang lain, dan itu sangat buruk." Seorang ibu tiba-tiba muncul dan menggetok pelan kepala Caleb.

"Sudah Umi bilang jangan suka jalan sendiri. Maaf anak saya suka berbicara seperti orang dewasa." Ucapnya dengan tersenyum canggung kepada Alisya dan yang lainnya.

"hahaha, tidak apa… apa!" Alisya kaget karena ibu yang masih terlihat cukup muda berwajah arab dengan jilbabnya yang Panjang langsung memegang tangan Alisya dan memeluknya dengan erat.

"Terimakasih banyak, kamu sudah menyelamatkan anak saya. Jika bukan karena kamu, aku takt ahu apa yang harus aku lakukan. Meskipun dia terlihat berani, anak ini hanya selalu bersikap kuat dihadapan orang lain." Ucap ibunya yang sudah menitikkan air matanya karena penuh syukur kepada Alisya.

Alisya bisa melihat kalau Caleb sudah menceritakan semuanya kepada ibunya dan juga memperlihatkan benda yang berupa kalung liontin yang ketika liontin tersebut di pegang, sebuah gambar video akan terputar otomatis sehingga ibu Caleb mengenali wajah Alisya berdasarkan gambar tersebut.

"Kau yakin memberikan liontin dari ibumu kepada anak itu?" tanya Karin kepada Alisya saat mereka sudah berada di jalan pulang.

"Ya, aku hara pia juga bisa menciptakan kenangan itu bersama ibunya dan menyimpannya pada memori kalung tersebut. Kalung itu memiliki memori tak terbatas dan bisa menampung segala macam data di dalamnya." Alisya melemparkan pandangannya ke luar jendela sembari tersenyum mengingat semua kenangan bersama ibunya.

"Kenangan yang kau punya bersama ibumu akan tertanam dalam ingatan dan hatimu." Adith mengenggam tangan Alisya dengan lembut yang membuat Alisya jadi semakin yakin akan keputusannya memberikan Liontin tersebut kepada Caleb.

Meski begitu, malam itu mereka mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga karena berhasil menyelamatkan banyak orang. Alisya dan teman-temannya yang lain semakin merasa semakin bisa memahami satu sama lainnya berdasarkan apa yang sudah mereka jalani hari ini. Dan untuk Emi, dia tidak akan pernah lagi meragukan mereka semua.