Chapter 336 - Ibu-Ibu Nyinyir

"Kamu kenapa Sya? Takut di suntik?" tanya Adith menggoda Alisya yang berada di sampingnya sedang terdiam menunduk.

"Tidak, aku hanya nggak menyangka tinggal beberapa minggu lagi kita akhirnya menjadi suami istri. Aku bahkan tidak pernah menyangka kalau aku akan menikah semuda ini." Ucap Alisya sembari tersenyum gugup.

"Aku pikir kau sedang gugup karena akan di suntik." Ucap langsung memegang tangan Alisya dengan hangat. Saat ia ingin berbicara dengan Alisya, seorang suster sudah memanggilnya masuk.

"Masih mudah tapi sudah mau nikah yah?" salah seorang ibu yang berada disamping Adith tertawa riuh melihat Adith dan Alisya yang mengingatkan kepada masa mudanya.

"Iya bu, Alhamdulillah…" jawab Adith dengan bangga namun canggung.

"Alaaah… paling juga kena MBA bu, anak muda zaman sekarang kan banyakan begitu." Seru salah seorang yang berada di samping ibu sebelumnya.

"Hush.. jangan suka kayak gitu mbak. Kan nggak semua orang seperti itu, kali aja anak ini ingin menghindari fitnah dan zina makanya lebih memilih nikah muda." Ibu yang bertanya sebelumnya terlihat lebih berpikir positif dibanding dengan yang sebelanya.

"Aduh ibu, jangan terlalu polos lah. Saya yakin kok mereka nikah karena sudah kecelakaan." Serunya lagi yang membuat merasa panas mendengarnya. Adith hanya tertawa pelan mendengar mereka berdua yang sedang berdebat.

"Aku baru sadar kalau lagi di Indo, kepedulian mereka kadang suka kelewatan!" batin Adith melirik kea rah pintu menunggu Alisya selesai.

"Ibu kenal sama mereka, sampai bisa tau sampai segitunya?" tanya ibu itu lagi masih terus membela Adith karena dimatanya mereka terlihat seperti anak yang baik-baik.

"Aduh bu, ibu ini masa iya sih anak mereka yang keliatannya anak SMA sudah nikah. Nih ya kalau nggak percaya kita bukti'in aja, kalau mereka benar pasti mereka nggak akan takut untuk bukti'in." pancingnya kepada Adith yang bersamaan dengan keluarnya Alisya dari ruang pemeriksaan dokter.

Adith yang memiliki niat untuk ikut dalam perdebatan mereka hanya menari nafas dalam. Tentu saja tak ada gunanya untuk membuktikan hal yang tak penting kepada mereka namun Adith berpikir kalau terkadang ibu-ibu nyinyir seperti dia perlu diberikan pelajaran berharga juga.

"Nah liat itu dia sudah keluar." Ucapnya langsung berlari mendekati Alisya. "Dek, kamu nggak apa-apa disuntik TT pas lagi hamil?" pancingnya dengan cepat.

"Hah???" Alisya menatap Adith dengan bingung namun Adith hanya menggeleng dengan ekspresi jengah. Melihat itu Alisya paham akan apa yang sedang di maksud oleh ibu itu.

"Loh, kamu hamil kan makanya nikah buru-buru. Padahal ibu taksir usia kamu masih cukup muda." Tambahnya lagi merasa kesal karena mengira Alisya sedang melindungi dirinya.

"Hummm… Bukannya ibu-ibu biasanya bisa ngeliat yah kalau orang itu hamil atau enggak?" balas Alisya dengan senyuman datar.

"Anak zaman sekarang kan pintar nyembunyi'in. entar kalau udah besar aja baru ngaku." Ucapnya dengan nada suara yang terdengar sewot.

"Ibu kenal sama anak ini? Atau Ibu udah periksa kalau dia hamil?" tanya dokter yang merasa kesal mendengar cara bicara ibu tersebut yang terdengar nyolot.

"Nggak sih dok…" ucapnya canggung.

"Hati-hati bu kalau ngomong, apa lagi kalau nggak tau apa-apa. Jangan selalu menilai orang dari luar. Anak ini sama sekali tidak hamil dan saya bisa jamin dia bersih begitu pula dengan calonnya itu." Tegas sang dokter yang membuat ibu itu akhirnya malu karena perbuatannya sendiri.

Ibu itu langsung pergi begitu saja dari sana dan tidak jadi untuk melanjutkan pemeriksaanya karena merasa sangat malu. Rasa gengsinya yang tinggi juga membuatnya pergi dari sana tanpa meminta maaf kepada Adith dan Alisya.

"Puftttt, hahahahah aku geli melihat wajah ibu tadi yang kena batunya." Alisya tak bisa menahan tawanya mengingat ibu-ibu yang sebelumnya langsung si skak mati oleh sang dokter dengan mantap.

"Ibu-ibu zaman sekarang kebanyakan nonton sinetron yang nggak mendidik, jadinya yah kayak gitu!" Adith memasangka helem ke kepala Alisya yang masih terus menikmati tawanya.

"Huhh.. kamu nggak lapar Dith?" tanya Alisya setelah menarik nafas dalam.

"Lapar, kamu juga pasti lapar kan setelah mengurus sana sini seharian?" Adith segera duduk dan membunyikan motornya.

"Iya lapar sekali, kita sampai lupa untuk makan saking seriusnya mengurus." Alisya duduk dengan nyaman di belakang Adith yang sudah mulai melaju dengan kencang mencari tempat untuk mereka makan.

"Dith, gimana kalau kita makannya dirumah kamu saja? Sudah lama aku nggak makan masakan ibumu." Ucap Alisya saat mereka sudah akan masuk ke restoran mewah yang biasanya di datangi oleh Adith dan keluarganya.

"Dengan senang hati." Ucap Adith yang kembali memakaikan helem kepada Alisya dengan cepat.

Sesampainya mereka dirumah, Adith tak menemukan ibunya dimanapun sehingga ia dengan segera memencet tombol 1 di hapenya yang langsung terhubung dengan ibunya.

"Ma, mama kok nggak di rumah. Padahal Alisya ada dirumah mau makan masakan mama nih!" ucap Adith memanggil ibunya dengan suara lembut.

"Ditya,, kenapa kamu nggak bilang dari tadi sih? Mama kan sekarang udah ikut bapak kamu keluar kota." Ibu Adith terdengar kesal saat mendengar Alisya sudah berada di rumahnya.

"Halo Assalamualaikum ma?" Alisya mengambil handphone milik Adith untuk bisa berbicara dengan ibu Adith.

"Halo, Wa alaikum salam Sya. Maaf yah, kamu datang pas mama nggak ada dirumah. Mama pikir kalian nggak bakal makan dirumah karena lagi asik ngurus sana sini. Belanja banyak juga kan buat persiapan nikahnya tadi?" tanya ibu Adith yang berbicara secara terus menerus tanpa henti.

"Iya ma, tadi habis ngurus langsung lanjut belanja. Tadinya mau makan di luar sih, tapi karena ingat mama jadi Alisya pengen makan masakan mama. Tapi mama lanjut aja yah." Ucap Alisya tak ingin membuat ibu Adith merasa tidak enak karena dirinya.

"Oh aku ingat Sya. Tadi sebelum mama pergi mama sudah siapin makan kok untuk Adith, jadi kamu bisa makan bareng dulu sama Adith." Seru ibu Adith cepat mengingat ia sudah menyiapkan makan malam untuk Adith.

"Oke ma." Jawab Alisya singkat.

Adith dan Alisya saling berpandangan begitu ibunya selesai menelpon. Rasanya cukup canggung karena mereka hanya berdua saja dirumah Adith yang sangat besar tersebut.

"Kita langsung makan saja yah!" Adith yang mukanya Nampak memerah dengan cepat mencari alasan agar Alisya tak menyadarinya.

Mereka dengan cepat memanaskan makanan yang sebelumnya sudah disediakan oleh ibu Adith dan makan dengan lahap.

"Aku mandi dulu yah sebelum ngantar kamu pulang." Ucap Adith merasa gerah setelah selesai membersihkan piring yang telah mereka gunakan dan Alisya mengangguk pelan.