Chapter 340 - Hari Pernikahan

"Oke kita mulai Ijab Kabulnya yah…" ucap pak penghulu memberikan aba-abanya yang dengan cepat membuat semua orang jadi terdiam.

Mereka semua dengan khusyu ingin mendengarkan dan melihat seluruh prosesi pernikahan Adith yang tidak memakai Adat apapun namun cukup dengan cara yang islami dan tampak sederhana namun megah serta dihadiri oleh sanak kerbat serta orang-orang terdekat keduanya.

"Pertama kita coba latihan dulu sekali. Ayo pak silahkan." Ucap pak penghulu mengarahkan Alisya untuk berlatih terlebih dahulu.

Entah karena apa, bukan hanya Adith dan Alisya saja yang gugup namun Ayah Alisya juga tampak sangat gugup. Tangannya bahkan terasa sangat basah karena keringatan serta pupil matanya yang juga tak berhenti bergetar.

"Bapak ngapain ikut gemetar juga?" bisik Alisya mendekatkan diri kepada ayahnya.

"Wah.. si Bapak malah ikutan grogi." Suara pak penghulu yang sedang berbicara menggunakan mik membuat hal itu jadi terlihat jelas sehingga semuanya kembali tertawa dengan riuh.

Setelah cukup tenang, mereka melakukan satu kali latihan yang kemudian dilanjutkan dengan prosesi Ijab Kabul yang sesungguhnya. Baik Ayah Alisya maupun Adith sudah terlihat menarik nafas dalam secara bersamaan untuk siap melakukan prosesi tersebut.

Alisya yang berusaha untuk tetap tenang pun merasakan kegugupan yang cukup mendalam. Jantungnya terus saja berdetak dengan sangat cepat bahkan ia merasa seolah tubuhnya ikut berdetak karenanya.

"Bismillah… Saya nikah kan kamu dengan anak saya yang bernama Ralisya Quenby Lesham Binti Arrayan Parviz Lesham, dengan seorang pria bernama Radithya Azura Narendra Bin Rei Fansyah Narendra, dengan Mas Kawin Cincin seberat 5 Gram dan seperangkat alat sholat dibayar Tuuunai!!!" suara Ayah Alisya terdengar tegas dan lantang dalam satu kalimat.

"Saya terima nikahnya Ralisya Quenby Lesham Binti Arrayan Parviz Lesham, dengan Mas Kawin Cincin seberat 5 Gram dan seperangkat alat sholat dibayar Tunai!!!" tegas Adith mantap dalam satu helaan nafas dan suaranya tak bergetar sama sekali.

"Bagaimana saksi?" tanya pak penghulu kepada para Saksi yang berada di kedua sisi mempelai.

Para saksi sedang terlihat berdiskusi dengan saling memandang satu sama lain sedang seluruh orang yang menyaksikan seolah sedang menahan nafas mendengar apa yang di katakana oleh para saksi.

"SAH!!!" Teriak mereka kompak yang si sambut oleh sahut-sahutan oleh seluruh orang yang melihat prosesi tersebut.

"Selamat yah… Sudah Sah loh!" teriak Zein dan yang lainnya sembari bertepuk tangan heboh.

"Adith hebat… Hanya sekali ucap." Tambah Adora dengan penuh rasa kagum.

"Ciyeee,, yang sudah Sah!" goda Karin melihat keduanya yang Nampak menunduk malu.

"Kenapa malah aku yang deg-dengan sih.." teriak Emi yang terlihat meleleh melihat Adith dan Alisya yang akhirnya sah juga.

"Selamat menempuh hidup baru!" ucap Riyan dengan penuh semangat.

"Akhirnya kita Bersatu juga." Batin Adith memandang Alisya.

"Kali ini detakkan jantung yang kurasakan bukan karena gugup, melainkan karena rasa Bahagia yang sedang meletup hebat dan terasa sangat nyaman." Batin Alisya yang hanya melirik sekilah kepada Adith karena malu.

"Debaran ini adalah perasaan lega karena sekarang kami akhirnya Resmi menjadi sepasang Suami Istri." Lanjut Adith lagi yang kini memandang Ayah Alisya yang sudah berlinangan air mata.

Melihat Ayah Alisya yang menangis tanpa sadar, semua orang yang berada di ruangan dan menyaksikan prosesi tersebut ikut berlinangan air mata tak terkecuali Ayah Adith dan Kakek Alisya yang sudah tentu diketahui memiliki wibawa yang sangat tinggi.

"Untuk hari ini, keluarkan saja semua." Ucap Ibu Adith yang melihat suaminya sedang memalingkan wajah berusaha menahan tangisnya.

"Kau tak perlu berusaha menahannya, ini adalah tangis haru dan Bahagia yang tak perlu disembunyikan." Nenek Alisya memeluk erat suaminya yang terlihat berusaha menggertakkan giginya.

"Ahh.. aku tak bisa menahan air mataku. Rasanya penuh syukur dan Bahagia sekali." Seru Feby mengusap kedua matanya yang banjir akan air mata.

"Kekkon o omedetou…." Teriak Akiko yang juga merasakan bahagia dengan pernikahan keduanya.

"Sekarang saatnya sang mempelai pria memasangkan cincin kepada mempelai wanita." Sang pemandu terdengar kembali mengarahkan jalannya proses pernikahan Adith dan Alisya.

Adith dengan lembut memasangkan cicin ke tangan Alisya yang ramping dan mulus. Cincin itu melingkar dengan sempurna di jarinya yang kemudian membuat Alisya meraih tangan Adith dan menciumnya dengan hangat yang kemudian dilanjutkan dengan Adith yang mengecup lembut dahi Alisya.

"Sya…" panggil Adith dengan lembut.

"Ummm?" Alisya menaikkan keningnya sembari tersenyum manis.

"Kita harus Bahagia mulai hari ini dan selama-lamanya." Ucap Adith dengan wajah yang begitu Bahagia.

"Tentu saja!" Jawab Alisya singkat yang membuat Adith langsung menempelkan dahinya ked ahi Alisya dengan penuh syukur.

Prosesi pernikahan mereka pada pagi itu di akhiri dengan proses penanda tanganan buku nikah yang di bimbing oleh pak penghulu.

Setelah semua berakhir, mereka akhirnya melanjutkan ke acara Resepsi yang akan di adakan di hotel pada malam hari sehingga semua orang kembali sibuk untuk menyiapkan acara tersebut sehingga beberapa dari mereka terpaksa harus pulang sejenak untuk kembali mempersiapkan diri untuk menghadiri resepsi pernikahan Adith dan Alisya yang di adakan pada hotel mewah di Jakarta yang bertaraf internasional dan hanya kalangan atas saja yang mampu untuk mengadakan Resepsinya disana.

Semua orang sudah bersiap-siap untuk menuju ke hotel tidak terkecuali Adith dan Alisya. Adith yang baru saja masuk kedalam kamar Alisya setelah mengurus beberapa hal melihat Alisya dihadapan cermin tengah kerepotan membuka kerudung yang menutup kepalanya.

"Kau tau, hari ini kau terlihat sangat cantic!" bisik Adith dari punggung Alisya sembari membantu Alisya melepas kerudung tersebut. Adith juga kemudian mencium pipi Alisya dengan senyuman nakal.

"Kau membuatku takut dengan tatapan mu itu." Alisya bangkit dari tempat duduknya ingin melarikan diri dari hadapan Adith.

"Kau mau kemana? Kau sekarang sudah menjadi milikku, jadi sekarang aku tak perlu menahan diri lagi bukan?" ucap Adith menarik Alisya dan melingkarkan tangannya ke pinggang Alisya.

"Terimakasih padamu yang sudah berusaha keras selama ini, tapi bisa kah kau menahannya hingga semua ini selesai?" pinta Adith dengan memegang pipi Adith dengan lembut agar Adith bisa menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Adith tak perduli dan hanya melingkarkan tangannya ke pinggang Alisya dengan erat agar ia tak melarikan diri kemudian menciumi bibir Alisya yang awalnya ia hanya biarkan menempel saja, berikutnya ia menggerakkan bibirnya dan mengisapnya dengan lembut.

Tanpa sadar Alisya menutup matanya karena kecupan Adith yang terasa sangat berbeda, tanpa rasa takut ataupun khawatir karena ciuman itu telah halal baginya.

"Setidaknya ini tidak masalah kan?" tanya Adith setelah melepas ciumannya dari Alisya.

Alisya tersenyum malu kemudian pergi ke ruang ganti di dalam kamarnya dengan jantung yang terus berdebar kencang. Ia tahu kalau mereka sudah halal, tapi tetap saja rasa malu masih menyelimutinya dengan begitu kuat. Adithpun merasakan hal yang sama dengan bersandar di dinding sembari tersenyum malu namun Bahagia.

"Inikah nikmatnya halal?" ucap keduanya secara bersaman yang hati keduanya terpaut dengan sangat erat.

"Ku harap aku bisa menjadi makmum yang baik bagimu Dith." Ucap Alisya dengan mata yang berbinar-binar haru.

"Aku berharap bisa menjadi imam yang bisa menuntunmu dengan baik Sya." Ucap Adith sembari menatap dirinya sendiri di depan cermin.

"Kalian sudah siap? Kita harus ke hotel sekarang!" nenek Alisya masuk ke dalam kamar dan menemukan Adith yang sudah berganti pakaian namun belum mengenakan pakaian resminya karena pakaian itu sudah berada di ruang ganti hotel.

"Aku sudah siap kok nek!" ucap Adith singkat menatap neneknya dengan senyuman ceria.

"Alisya juga sudah siap nek!" Alisya keluar dari kamar gantinya dengan pakaian sederhana dengan alasan yang sama dengan Adith.

Merekapun akhirnya segera menuju ke hotel dengan cepat setelah selesai mengambil beberapa barang yang di anggap penting yang akan mereka gunakan pada saat resepsi pernikahan. Mereka pergi bersama orang tua Adith dan yang lainnya.