Chapter 341 - Busur Sabit dan Anak Panah

Sesampainya mereka dihotel, Adith dengan segera mengarahkan Alisya untuk segera bersiap-siap sedang ia ingin memeriksa persiapan yang sudah dilakukan oleh paman Dimas dan juga asisten kakek Alisya yang jauh-jauh datang dari jepang, yaitu pak Yashashimura yang dibantu oleh Pak Azwar tangan kanan kakeknya.

"AKhirnya kau datang juga, aku sudah menunggumu dari tadi karena sudah tak sabar untuk mendandanimu." Tante Prily sahabat dari ibu Alisya menyambut hangat Alisya yang baru saja masuk keruang ganti yang cukup luas disana.

"Tante udah lama datangnya?" tanya Alisya yang begitu antusias melihat sahabat ibunya tersebut sudah berada disana.

"Belum terlalu lama, aku hanya terlalu semangat!" ucapnya lagi sembari dengan cepat mengarahkan Alisya untuk duduk di kursi riasnya.

"Kali ini Alisya serahkan padamu tante." Ucap Alisya tersenyum hangat menatap kearah tantenya.

"Tentu saja. Aku akan buat kamu sangat cantik hingga semua orang yang melihatmu akan terpesona dengan kecantikanmu." Seru tante Prily membelai lembut kepala Alisya dengan penuh kasih sayang.

Tante Prily langsung memulai mendandani Alisya dengan sangat serius dan penuh perhatian karena ia ingin Alisya terlihat sangat cantik pada hari itu. Setiap kali goresan kuas yang ia torehkan pada wajah Alisya, ia terus saja membayangkan ibu Alisya hingga ia berhenti sebentar untuk menarik nafas dalam menutupi wajah sedihnya.

"Aku sangat berharap jika ibumu bisa menyaksikan hari pernikahanmu saat ini. Dia pasti akan menangis haru saat melihat anak gadisnya akhirnya dipersunting oleh orang lain dan tampil begitu mempesona di hari pernikahannya." Tante Prily memegang pipi Alisya dengan hangat yang membuat Alisya menjadi sedikit haru karenanya.

"Oke, aku tak bisa berkata apa-apa lagi melihatmu seperti ini." Ucap Karin yang sengaja berkunjung untuk melihat persiapan Alisya.

"Kau terlihat sangat luar biasa Alisya, aku jadi sangat iri melihatmu seperti ini." Tambah Aurelia yang ternyata mengikuti langkah Karin dari belakang.

"Bisakah kami masuk? Aku tak sabar ingin melihatmu dengan lebih jelas." Pinta Adora yang berada di belakang Aurelia yang sedang mengintip.

"Tentu saja! Bukan kah kalian juga sudah siap dengan gaun pesta klian kan?" tanya Alisya yang sudah menyiapkan gaun yang sama untuk mereka semua dengan warna Pink lembut yang senada dengan gaun Alisya yang memiliki train berhias brokat yang membuat Alisya tampak bak putri dari negeri dongeng.

"Oke semuanya siapa yang ingin berfoto?" pancing Ryu yang datang dengan kamera DR nya yang ia gunakan untuk memotret setiap momen dari teman-temannya dengan Alisya.

Alisya yang mengira hanya ada Karin, Aurelia serta Adora tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya semua teman-temannya yang sudah siap dengan dandanan yang menawan.

"hahahaha… semua siap?" Alisya tertawa melihat teman-temannya yang langsung menyerbu masuk untuk bisa berfoto dengan seheboh mungkin saat mereka masih dalam ke adaan segar.

"Barakallah!!!" Teriak mereka semua secara bersamaan yang langsung bercampur tawa dan kacau dimana Ryu tak membiarkan satu detik dari Gerakan mereka terlewat.

Semua bergantu-gantian untuk berfoto dengan Alisya dan Akiko datang untuk merekam keseruan mereka yang berada di dalam ruangan tersebut.

Satu persatu tamu udangan mulai berdatangan di hotel mewah tersebut. Semua teman-teman sekolah Adith tak terkecuali ikut hadir untuk memberikan selamat kepada mereka berdua. Kerabat dekat serta lain sebagainya sudah tampak memenuhi ruang resepsi Adith dan Alisya.

"Oke semuanya, kalian harus segera ketempat resepsi untuk menyambut semua tamu undangan yang datang!" Ayah Alisya datang untuk mengingatkan mereka agar segera bersiap-siap karena terlihat tamu undangan satu-persatu sudah mulai memasuki hotel.

Mendengar ucapan Ayah Alisya, mereka dengan kompak keluar dari rungan Alisya untuk memberikan mereka berdua ruang untuk setidaknya bisa berbincang-bincang terlebih dahulu. Saat hanya tersisa mereka berdua di dalam ruangan itu, kedunya jadi sedikit canggung.

"Kau terlihat sangat… Indah!" puji Ayahnya Alisya karena tak tahu kalimat apa yang harus ia lontarkan kepada Alisya.

"Bapak juga terlihat sangat…. Gagah!" puji Alisya balik yang membuat keduanya jadi tertawa pelan.

"Maaf bolekah aku masuk?" tanya Yogi ragu-ragu namun ia memiliki hal yang sangat penting untuk di katakana.

"Ada apa? Kenapa kau terlihat panik seperti itu?" tanya Alisya bingun dengan eskpresi Yogi yang tak karuan.

"Aku tak tahu bagaimana menyampaikannya, tapi sepertinya Adith sedang dalam bahaya sekarang!" ucap Yogi dengan wajah yang sangat tegang.

"Apa maksudmu?" ucap Alisya yang jantungnya dengan cepat berdebar penuh rasa takut.

"Aku sudah mencari Adith dimanapun di hotel ini, dan terakhir aku lihat ia sudah tengah bersiap memakai Jasnya. Namun begitu aku masuk untuk melihatnya, aku hanya melihat jasnya yang sudah tergeletak di lantai dan Adith tak berada disana." Jelas Yogi yang membuat Alisya langsung terduduk lemas.

"Mungkin saja dia sedang pergi mengurus sesuatu dengan terburu-buru." Ayah Alisya mencoba untuk berpikir positif.

"Tidak, aku menemukan ini tak jauh dari Jasnya yang berada dilantai." Yogi segera memberikan sebuah tablet transparan kepada Alisya.

Tepat setelah Alisya memegang tablet tersebut, sebuah gambar hologram yang memperlihatkan video Adith yang sedang ingin memakai Jasnya tiba-tiba dikejutkan dengan suara ketukan dari pintu yang begitu ia dekati, Adith langung terlempar jauh dengan Animasi seekor burung hitam yang seolah sedang menyerang Adith.

"Black Falcon?" ucap Yogi saat mengetahui jenis burung yang tampak sedang menyerang Adith tersebut. Selain itu, terdapat sebuah symbol Busur dan anak panah dimana pada busurnya berbentuk bulan sabit.

"Apa maksud dari symbol itu?" tanya Yogi penasaran dengan symbol yang muncul tepat sebelum video itu brankhir dan meledak hangus.

"Simbol itu adalah symbol dari dewi Artemis yang merupakan tanda sebagai seorang pemburu. Itu artinya Artems telah muncul dan menjadikan Adith sebagai Sandra untuk memacingku pergi menemuinya sebagai mangsa." Terang Alisya menggertakkan giginya penuh amarah.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Yogi sangat mengkhawatirkan keselamatan Adith.

"Aku akan mengumpulkan pasukanku untuk.." Ayah Alisya sudah tampak mengambil handphonenya.

"Tidak Pa, Artems takkan segan untuk membunuh Adith jika aku tak kesana sendirian saja. Artems sengaja menyadra Adith agar aku saja yang menyelamatkannya, karena jika tidak maka hal yang kita takutkan akan menjadi kenyataan." Ucap Alisya dengan cepat menghentikan Ayahnya untuk tidak bertindak gegabah.

"Aku akan pergi kesana sendiri." Tegas Alisya mulai mencoba melepas semua riasannya.

Melihat kesungguhan Alisya, Ayah Alisya bisa melihat bagaimana sikap dan jiwa ibu Alisya yang bersemayam di dalam diri Alisya membuat Ayah Alisya yakin dan mempercayai Alisya. Ia tak ragu untuk membiarkan Alisya pergi sendirian karena ia yakin kalau Alisya akan mampu untuk menyelamatkan Adith.