Chapter 348 - Terungkap

"Apa yang kau lakukan disitu? Bukankah seharusnya kau sudah siap untuk kita pergi ke tempat itu sekarang?" ucap Karan saat memasuki kamar Karin dan melihat Karin dengan pakaian serba hitamnya duduk termenung di pinggir ranjangnya.

Karan tersenyum pahit melihat adiknya "Ayo, kita tidak punya banyak waktu lagi." Ajak Karan untuk membuat Karin tetap kuat.

"Aku masih belum bisa merelakan Alisya kak!" terang Karin menghentikan langkah kaki Karan yang sudah menarik tangan Karin untuk pergi.

"Sudah 5 tahun sejak kejadian naas itu. Nenek Alisya yang sangat kesepian pun juga tak mampu bertahan sepeninggal Alisya bahkan diikuti oleh kakeknya beberapa bulan kemudian." Karan terduduk disamping Karin dan menatapnya dalam.

"Jika kau juga terus seperti ini, apa Alisya akan bisa tenang di alam sana saat satu persatu orang yang dicintainya malah menyusulnya?" Karan ingin agar Karin harus bisa menerima semua kenyataan yang ada. 

Orang yang pergi untuk selamanya tentu takkan bisa kembali dan mereka tak ingin kalau orang yang mereka sayangi terus-terusan dalam kedukaan.

"Andai saja waktu itu aku lebih kuat, aku mungkin bisa menyelamatkan Alisya." Suara Karin terdengar serak dan penuh sesak.

"Semuanya sudah berlalu, sudah takdirnya untuk seperti ini. Semuanya takkan bisa terulang lagi. Aku yakin jika Alisya sedang melihatmu sekarang, dia mungkin akan sangat marah jika kamu masih saja tak bisa menerima semuanya. Kamu harus tabah Kar, sudah saatnya kamu bangkit dan memulai hidup baru lagi." Karan masih terus memberikan nasihat untuk membuat Karin lebih tenang dan tegar.

"Tapi kak aku…" Karin langsung dihentikan dengan cepat oleh Karan.

"Alisya pasti sudah menunggu mu untuk mengunjunginya sekarang. Habis ini kalian akan ada reuni lagi kan?" mendengar ucapan Karan, Karin akhirnya mengangguk pelan dan segera mengambil kerudung hitamnya untuk pergi mengikuti langkah kaki kakaknya.

Di lain sisi….

"Sayang, waktunya kita juga berangkat. Kamu ingatkan hari ini hari apa?" tanya ayah Adith kepada istrinya yang berdiri termenung di dapur.

Suaranya tidak mendapat respon, ia pun segera mendekat ke arah orang yang dicintainya tersebut.

"Apa yang sedang kamu lamunkan?" Tanya ayah Adith dengan menepuk pundak istrinya lembut agar tidak mengejutkannya.

"Ah.. Pa, bukan apa-apa" jelasnya saat tersadar dari lamunannya.

"Apa karena Alisya? Kamu masih belum bisa melupakan anak itu?" Ucap Ayah Adith lembut dengan memegang pipi istrinya khawatir.

Sejak sepeninggal Alisya, ibu Adith tak pernah lagi tersenyum ataupun tertawa dengan riang yang membuatnya menjadi sangat khawatir.

"Aku mengkhawatirkan Adith Pa, sudah 5 tahun berlalu dia masih saja terus mencari dimana keberadaan Alisya. Apa yang akan terjadi jika dia mengetahui kebenarannya?" Mata ibu Adith terlihat begitu sendu dan tak bertenaga.

Ayah Adith dengan cepat memeluk istrinya yang terlihat semakin kehilangan semangat hidupnya tersebut.

"Jangan khawatir, kau tau kan anak itu kuat? Meski saat ini dia masih belum bisa menerima kenyataan yang harus kembali dia alami dengan kehilangan Alisya, aku yakin dia pasti bisa kembali bangkit." Meski suaranya terdapat kesedihan, Ayah Adith berusaha untuk menghibur istrinya.

"Sudah 5 tahun anak itu meninggal, tapi kepergiannya semua penuh misteri. Nenek Alisya yang sudah kehilangan seorang putri dan harus kehilangan cucu semata wayangnya sungguh sangat memilukan." Ibu Adith menangis dalam pelukan suaminya.

"Meski ledakkan itu menghanguskan gudang dan menghancurkannya, ledakkan nano yang dihasilkan sebenarnya ditujukan untuk menghancurkan setiap energi nano yang berada di sekitarnya sehingga tak tersisa satupun energi nano disana." Ibu Adith kembali mengingat bagaimana kejadian lalu.

"Nenek Alisya yang berada di sana dan menyaksikan secara langsung bagaimana Alisya ikut terjebak dalam ledakan itu setelah menyelamat kan Adith." Seru ibu Adith sekali lagi yang kemudian Ayah Adith melepaskan pelukan eratnya pada istrinya.

"Sampai kapan kau akan mengingat semua kejadian itu? Aku sudah mendengarmu membahas ini berulang-ulang kali. Bukan aku tak mengingatnya, tapi aku tak ingin kau terus menangis setiap kali membahas ini." Tatap Ayah Adith kepada istrinya dan menghapus air matanya dengan lembut.

"Aku tau kamu masih belum ikhlas untuk melepas kepergian Alisya, tapi setiap orang yang ditinggalkan harusnya bisa lebih tegar demi orang yang pergi juga. Dia pasti takkan tenang jika semua orang yang dicintainya terpuruk seperti ini." Lanjut lagi untuk menenangkan istrinya.

"Alisya meninggal karena berusaha menyelamatkan Adith, setidaknya kita harus bersyukur karena hal itu. Karena itu adalah keputusan yang diambil oleh Alisya untuk mengorbakan dirinya sendiri demi orang yang dicintainya." Ayah Adith berkata sembari mengambilkan segelas air putih untuk diberikan kepada istrinya.

Tanpa mereka sadari Adith yang berniat untuk mengejutkan ibunya karena baru sempat mengunjungi mereka saat kembali dari Amerika mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan oleh Ayahnya.

"A… apa maksudnya semua itu?" Tubuh Adith bergetar dengan sangat hebat dan mundur beberapa langkah hingga menyenggol vas bunga yang berada di atas meja.

"Adith?" Ibu Adith terkejut bukan main tak menyangka anaknya sudah berada disana. Ia dengan cepat menghapus air matanya dan menghampiri Adith.

Sekelebat ingatan segera memenuhi kepala Adith membuat semua memori tentang 5 tahun lalu saat ia berada di dalam gudang dan diselamatkan oleh Alisya.

"Jadi karena kau semua kemalangan yang terjadi dalam hidupku?" Suara Alisya dengan tatapan penuh kebencian segera terngiang ditelinganya.

"Karena kau juga aku mengalami penculikan mengeringan itu." Suara itu kembali menuduh Adith dengan kejam.

"Kau yang membuatku harus kehilangan ibuku!" Jantung Adith semakin sakit dan semua suara-suara di telinganya membuatnya tak bisa mendengar panggilan ibunya.

"Dan karena kau aku harus menjadi seorang moster!" Tatapan mata kebencian Alisya langsung membuat kaki Adith melemas.

"Adith… Adith? Kau baik-baik saja?" Teriak ibunya terus memanggil-manggil nama Adith.

Adith hanya berteriak-teriak dengan kencang tak ingin mendengar ucapan Alisya dan tatapan kebencian Alisya padanya. Adith tak sanggup mengingat semua kenyataan bagaimana tatapan Alisya saat menghempaskannya keluar dari gudang dan hilang bersama Api berwarna biru yang melahap Alisya dan seluruh gudang tersebut.

"Arrrgghhhh… ini semua salahku! Ini semua salahku!" Teriak Adith kencang yang membuat hati ibunya teriris sakit melihat Adith menyalahkan dirinya sendiri.

"Pak Hady? Bisa kerumah saya sekarang?" Ayah Adith segera menelpon ayah Karin secepat mungkin meski ia juga memiliki dokter pribadi dalam kekuasaanya. 

Namun karena hal ini berhubungan dengan Adith, Ayah Adith lebih mempercayakan Adith kepada ayah Karin terlebih saat ia mengetahui kalau Adith masih memiliki energi nano dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan teman-temannya yang lain karena paparan energi dari Alisya terakhir kali.