Chapter 349 - Mengunjungi Alisya

Karin dan Karan yang mengira kalau hanya akan ada mereka berdua saja di tempat Alisya bersemayam cukup terkejut saat melihat beberapa orang nampak sedang berdiri memandangi foto ibu Alisya yang sedang menggendong seorang anak kecil yang  juga dijadikan sebagai tempat untuk peristirahatan terakhir Alisya. Alisya sengaja ditempatkan dengan kuburan ibunya yang bernama Ayumi Yamada sesuai keinginan neneknya meski jasad Alisya tak terbaring disana.  Nama Alisya pun hanya ditulis indah pada sebatang pohon cempaka yang berdiri dengan kokoh di dekat pusara ibunya. Pohon itu akan berbunga sangat lebat dengan warna kuning cerahnya di bulan yang sama dengan kepergian keduanya. "Paman…" panggil Karin kepada ayah Alisya yang sedang membersihkan pusara istri dan anaknya. "Ummm… kalian datang juga?" Suara berat ayah Alisya masih mengisyaratkan kesedihannya.  Karin dan Karan mengangguk pelan yang langsung dilanjutkan dengan keduanya yang menyalami tangan Ayah Alisya. "Kalian juga sudah lama datang? Tanya Karan Kepada Adora dan yang lainnya yang sudah tampak keringatan setelah membantu membersihkan sekitar kuburan tersebut. "Baru sekitar 15 menit yang lalu." Jawab Emi cepat duduk disamping Adora yang menghadap ke foto ibu Alisya dan Alisya yang masih kecil. "Aku menyesal tidak memiliki banyak foto kenangan bersamanya." Seru Feby langsung mengeluarkan gambar hologram saat mereka begitu heboh di pernikahan Alisya. "Benar, itu pertama kali Alisya tersenyum begitu bahagia." Sambung Gina sedikit tertawa pahit mengingat kebersamaan mereka. "Dia terlihat sangat cantik saat itu." Terang Adora mengelus lembut foto Alisya kecil yang tertawa begitu bahagia bersama Ibunya. "Aku tak pernah menyangka semuanya sudah berlalu selama 5 tahun." Gani merangkul Adiknya dengan erat. "Rasanya semua seolah baru terjadi kemarin" Beni mendesah dengan begitu keras. "Sekarang dia sudah bisa tenang, tidak perlu khawatir akan diburu ataupun takut tak mampu melindungi kita." Adora menelan ludahnya dengan susah payah. "Aku harap dia tenang disana, diberikan tempat di sisinya dan sudah saatnya untuk kita lebih ikhlas untuk melepasnya." Karin tersenyum dengan air mata yang menitik perlahan. Angin kencang berhembus kuat seolah menyetujui apa yang baru saja dikatakan oleh Karin. Yang langsung menerbangkan kerudungnya jaring-jaringnya cukup tinggi dan terbang menjauh. "Kau tak ingin mengambilnya?" Tanya Karan menatap kerudung itu terus terbang hingga tak terlihat. "Anggap saja itu sebagai tanda Alisya membutuhkan selendang itu sebagai kenangan dariku yang ikhlas melepasnya." Ucap Karin dengan berlapang dada. "Kalian semua sudah dewasa. Sudah saatnya untuk memilih kehidupan sendiri tanpa terus terikat dengan masa lalu." Ayah Alisya mengusap lembut kepala Karin dengan penuh rasa bangga. "Meski ini sulit dan tentu saja hati ini masih belum rela, sebuah perpisahan dan keikhlasan sangat perlu untuk kita bisa menjalani kehidupan ini." Ucap Zein yang datang bersama dengan Riyan. "Alisya pasti akan sangat bahagia jika ia melihat kalian semua tersenyum bukan dengan menangis seperti ini." Ryu muncul dari belakang Zein dengan selendang Karin yang tak sengaja terbang ke arahnya. Ryu langsung memasangkan kerudung itu ke kepala Karin dengan lembut sembari menatapnya dengan penuh kasih. "Maaf karena aku datang terlambat!" Ucapnya sembari memegang kedua pipi Karin yang nampak memerah dengan mata yang sembab. "Hai semuanya…" Sapa Akiko dengan rambut panjangnya dan penampilannya yang jauh lebih dewasa dan terlihat sangat mempesona. "Akiko chan? Kau terlihat sangat berbeda." Adora dengan sigap menghampiri Akiko yang sudah lama tak di temuinya. Setelah kejadian yang menewaskan Alisya, yang kemudian dilanjutkan dengan meninggalnya nenek Alisya setelah beberapa bulan yang di ikuti oleh kakek Alisya lagi, keduanya kembali ke Jepang karena tak memiliki tempat lagi. Namun setelah sekian lama, mereka akhirya ingin kembali ke Indonesia untuk sekedar bertemu dengan Ayah Adith dan juga melakukan ziarah kepada nenek dan kakek serta Ibu dan Alisya. "Tuan…" Ryu langsung menunduk hormat kepada ayah Alisya yang dengan penuh wibawa dia menepuk pundak Ryu senang dengan kedatangannya. "Paman!" Akiko juga menunduk dengan penuh hormat memberi salam kepada ayah Alisya. "Lihat, mereka semua datang untuk melihatmu. Semoga kau bisa tenang disana dan tidak kesepian seperti diriku. Aku mungkin harus bertahan beberapa waktu dulu sebelum menyusul kalian semua, karena masih ada hal yang harus aku selesaikan disini."  Ucapan ayah Alisya segera membuat mereka sedih dan paham betapa kesepiannya ayah Alisya saat satu-persatu orang yang di sayanginya pergi dari sisinya selamanya. "Jangan khawatir Sya, aku akan menjaga paman selama disini dan takkan aku biarkan paman merasa kesepian." Ucap Akiko menghadap ke arah foto Alisya dan ibunya. Mendengar ucapan Akiko, Karan bisa melihat bagaimana Akiko terlihat jauh lebih dewasa dan anggun.  "Aku juga akan menetap sementara disini sehingga aku bisa menjaga Tuan dengan baik." Ryu menunduk setelah selesai mengucapkan hal tersebut. "Dan kami semua akan hidup dengan lebih baik lagi, jadi kau tak perlu khawatir." Terang Riyan sembari tersenyum melihat kepada semua teman-temannya. "Aku harap kita bisa bertemu di kehidupan berikutnya." Emi memeluk Feby dengan erat. "Kami sudah memutuskan untuk datang setiap tahun mengunjungimu" Yogi yang baru saja datang bersama Aurelia langsung ikut dalam barisan mereka. "Dengan begitu kau juga takkan marah pada kami, iya kan?" Tanya Aurelia dengan tersenyum pahit. Mereka juga ikut tersenyum mendengar ucapan Aurelia yang membuat mereka mengingat bagaimana Alisya akan marah dengan garangnya.  Setelah beberapa saat, Yogi dan Karan segera mendapat telepon yang berbunyi hampir secara bersamaan. "Iya Paman, aku akan segera kesana." Ucap Yogi kemudian menutup panggilannya. "Iya Ayah.. Karan paham, baik!" Ucap Karan juga sebelum menutup telponnya. "Ada apa?" Tanya Zein khawatir melihat ekspresi keduanya yang tampak begitu terkejut. "Adith, dia sudah mendengar kebenaran mengenai meninggalnya Alisya." Jelas Yogi dengan suara berat yang seketika membuat mereka semua terkejut. "Dia kembali mengalami shock mental yang membuat dia mengalami Amnesia Psikogenik lanjutan dimana ingatan dia tentang Alisya benar-benar terhapus." Tambah Karan dengan menarik nafas dalam. "Meski demikian, ingatan Adith bisa dipicu kembali jika tanpa sadar alam bawah sadarnya yang mengizinkan hal tersebut." Lanjut Karan lagi. "Kita diminta untuk tidak memberikan tekanan berlebih kepada Adith untuk beberapa saat ini sampai dia bisa lebih tenang, karena sedikit tekanan bisa membuat dia mengalami kerusakan otak parah." Ucap Yogi yang mendapat kabar dari ayah Adith. "Ini tragis, padahal dia sengaja menjadi seorang dokter saraf demi menyelamatkan penyakit mental orang-orang yang bernasib sama dengan Alisya, kini malah dia yang terjebak didalamnya." Perkataan Zein membuat mereka semua terdiam tenggelam dalam pikiran masing-masing.