Chapter 350 - Kopi Geisha

"Kau yakin dengan apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya Yogi pada Adith yang terlihat sedang mengeratkan dasinya sebelum memasuki bar diskotik yang terkenal di kalangan orang berada serta para pejabat dan para artis tersebut. "Apa aku terlihat sedang bercanda?" Tantang Adith dengan tersenyum simpul. "Aku tak mengerti apa alasan mu untuk mencari Black Falcon selama 2 tahun ini, kau terlihat begitu aneh sekarang." Ucap Yogi masih tak bisa menyetujui apa yang akan di lakukan Adith saat ini. "Dulu aku hanyalah seorang anak kecil yang tak punya kekuatan apapun, dan sekarang aku punya kekuatan lebih. Aku tak ingin banyak dari mereka merasakan hal yang sama denganku." Terang Adith langsung melangkah masuk ke dalam bar dengan begitu gagah. Mereka berdua berjalan masuk langsung dengan pengawalan hingga dilepas ke dalam bar sebagai pertanda bahwa mereka adalah tamu penting dalam Bar tersebut. "Butuh 2 tahun untuk bisa menemukan informasi mengenai Black Falcon dari kasus pasien yang sudah aku dapatkan. Dan kini akhirnya aku bisa menemukan salah seorang dari mereka, kenapa aku harus melewatkan kesempatan ini?" Tatap Adith mulai duduk sembari melirik sekitarnya secara menyeluruh. Beberapa wanita mulai terlihat tertarik untuk mendekati Adith, namun karena merasakan aura dingin yang keluar dari tatapan Adith membuat mereka jadi tak berniat untuk menghampiri Adith. Yogi yang berada di sebelah Adith juga menarik perhatian mereka sehingga terlihat dari jauh mereka nampak memperlihatkan pesona mereka masing-masing dengan begitu genitnya. Yogi hanya membuang muka dan memperdulikan Adith yang membuat mereka seketika kecewa. "Tapi ini bisa sangat berbahaya untukmu, kau tidak tau seperti apa itu organisasi dari… BF" Yogu segera berkata dengan setengah berbisik kepada Adith karena tak ingin menyebutkan nama Black Falcon di tempat yang cukup berbahaya itu. "Justru kita takkan tahu jika kita belum mencari tahu yang sebenarnya. Aku harap dengan adanya pertemuan ini, aku bisa mendapatkan informasi lebih darinya. Dan jika ini tidak berhasil, maka itu artinya kita butuh usaha lebih lagi." Jawab Adith dengan mantap. Yogi takkan bisa menghentikan Adith yang sudah memutuskan untuk melakukan sesuatu sehingga ia tak punya pilihan lain selain menyetujui apa yang akan dilakukan oleh Adith saat ini. "Tuan Adith, tuan Calvin sudah menunggu anda di dalam. Mari saya tunjukkan jalannya." Seorang asisten berbaju serba hitam segera menemui Adith.  Tatapannya yang terlihat begitu tegas dan kelam membuat Adith berpikir bahwa orang ini merupakan tangan kanan dari tuan Calvin yang akan segera bertemu dengannya. Adith segera berdiri dan berjalan diikuti oleh Yogi menuju ke suatu ruangan yang terlihat cukup mewah dan memiliki penjagaan yang super ketat. "Maaf, anda hanya bisa sampai disini saja. Hanya tuan Adith yang diberikan izin untuk masuk kedalam." Laki-laki itu segera menghentikan Yogi yang ingin masuk bersama Adith dengan tegas. "Tapi saya adalah…" Yogi dengan segera membantah laki-laki tersebut namun dengan cepat dihentikan oleh Adith karena tak ingin ada masalah yang terjadi. "Tak apa, aku bisa masuk sendiri. Kau tak perlu khawatir, kau bisa menunggu di tempat kita tadi saja." Adith terlihat begitu santai dan tenang membuat Yogi mau tidak mau percaya padanya. "Baiklah.. aku serahkan padamu." Yogi pasrah dan pergi dari sana dengan menatap tajam ke arah laki-laki yang tetap menatap dingin ke arahnya yang kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut. "Apa yang terjadi? Kenapa mereka hanya membiarkan Adith yang masuk kedalam?" Suara Zein segera menyadarkan Yogi yang sebelumnya sudah terhubung dengan mereka tanpa sepengetahuan Adith. "Entahlah, aku juga tak tahu. Tapi aku merasa curiga dengan apa yang sedang mereka lakukan di dalam sana." Jawab Yogi sembari berjalan menuju toilet bar agar bisa berbicara dengan lebih nyaman. "Dia yang tersadar kembali 2 tahun lalu dan melupakan segala hal mengenai Alisya malah mengingat segala hal tentang Black Falcon." Komentar Riyan dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang terjadi pada Adith. "Itu karena alam bawah sadarnya memunculkan hal yang paling dibencinya dan menghapus hal yang paling menyakitkan baginya sehingga itulah yang terjadi. Aku yakin dia sedang mencari kebenaran mengenai semua informasi yang berada di kepalanya sekarang." Suara Karin terdengar dari kejauhan yang membuat Yogi terkejut. "Kalian bahkan melibatkan Karin dalam urusan ini?" Tanya Yogi tak menyangka kalau Karin akan ikut dalam pengintaian yang sedang dilakukan oleh Zein dan Riyan yang khawatir dengan Adith. "Memangnya kau anggap apa aku?" Suara sewot Karin langsung menurunkan nyali Yogi karena tak ingin berdebat dengannya. "Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Melihat Yogi yang keluar dari toilet membuat Zein penasaran. Dua orang yang tak meminum alkohol tersebut malah dengan santainya masuk ke Bas diskotik yang tak menyediakan jus untuk para pemula ataupun orang baik-baik seperti mereka berdua. "Untuk saat ini, aku akan mencari informasi tambahan yang mungkin bisa aku dapatkan dengan mudah." Yogi tersenyum simpul menemukan target yang bisa dia jadikan sebagai sasaran untuk mengorek informasi. "Apa kalian tau siapa yang sedang dimaksudkan oleh Yogi?" Tanya Zein bingung karena tak memahami jalan pikiran Yogi. Terdiam sejenak sembari meresapi apa yang baru saja di katakan oleh Yogi lalu dengan cepat mereka berpandangan. "Wanita" ucap Riyan dan Karin hampir bersamaan. "Hahhh?? Wanita?" Zein mengerutkan keningnya masih tak paham dengan maksud mereka. "Ya benar, wanita adalah tempat yang sangat tepat untuk bisa mendapatkan informasi. Selain karena kebiasaan mereka yang bergosip, rasa penasaran mereka yang cukup tinggi terkadang mampu membuat mereka dengan mudah mendapatkan informasi apapun." Terang Riyan tertawa pelan dengan pola pikir Yogi yang terkesan licik. "Perempuan juga sangat mudah dikelabui hanya dengan memperlihatkan mereka uang dan ketampanan. Sedang Yogi memiliki keduanya." Karin yang memuji Yogi secara terang-terangan membuat Yogi semakin penuh percaya diri duduk disamping seorang wanita dan memamerkan pesonanya. Tak butuh waktu lama, Yogi pada akhirnya bisa menemukan informasi tambahan mengenai siapa sebenarnya yang sedang di yang sedang ditemui oleh Adith dan bagaimana watak serta informasi lainnya yang ia dapatkan dengan cukup mudah. "Silahkan duduk Tuan Adith, senang bertemu denganmu." Ucap Calvin menyambut Adith yang sudah memasuki ruangannya yang memiliki sofa yang cukup luas dengan banyak asap yang berbau tajam dan alkohol di sekelilingnya. "Bagaimana bisa aku lupa akan hal ini?" Batin Adith yang menutup hidungnya singkat karena tak ingin membuat Calvin tersinggung dengan tingkahnya. "Senang bertemu denganmu tuan Calvin." Adith membalas salaman dengan tuan Calvin yang terlihat masih cukup muda meski sudah tampak berumur diatas Adith. "Bagaimana dengan minuman?" Tanyanya basa basi. "Tentu, tapi aku tidak terlalu kuat dengan alkohol." Terang Adith menghindari minuman beralkohol sebisa mungkin. "Hahahaha… Seperti yang dikatakan orang-orang, anda ini sangat bersahaja. Terlihat sangat menjaga diri dari minuman beralkohol demi kesehatan." Calvin tertawa renyah dengan kepribadian Adith yang begitu kuat. "Untuk menghargai tuan Adith, kami sudah menyediakan secangkir kopi Geisha. Kami harap ini akan sesuai dengan selera anda." Asisten Calvin segera mengeluarkan secangkir kopi yang dibawa oleh seorang pelayan wanita. "Anda sangat pengertian, bagaimana mungkin Bar mewah ini bisa juga menghadirkan kopi mewah ini sebagai menu tambahan?" Puji Adith merasa kagum dengan pelayanan mereka. "Anda terlalu rendah hati tuan Adith, kami memang memiliki hobi meminum minuman beralkohol. Namun Kopi adalah salah satu kesukaan saya sehingga menu ini dihadirkan disini. Silahkan dinikmati." Tunjuknya memberikan kesempatan kepada Adith untuk mencicipi kopi tersebut. Kopi Geisha merupakan salah satu kopi termahal di dunia dengan harga fantastis untuk secangkir kopinya yaitu 1,4 juta. "Umm.. Rasanya cukup unik, cukup berbeda dengan semua kopi yang sudah saya cicipi selama ini." Terang Adith memuji rasa dan kualitas kopi yang disuguhkan kepadanya. Calvin tertawa puas mendengar pujian dari Adith.