Chapter 357 - Meretas Perusahaan Adith

Setelah beberapa wawancara sudah berlangsung, nama Yani akhirnya di panggil yang berarti bahwa Ayumi akan ikut dalam tes wawancara itu juga.

"Silahkan masuk, sekarang giliran kalian." Ucap pegawai wanita itu dengan ramah.

Yani dan Ayumi saling berpandangan sebelum memasuki ruang ujian. Yani yang sebelumnya terlihat sangat gugup menjadi lebih tengan karena ada Ayumi di sebelahnya. Yani menarik  nafas dalam dan menatap Ayumi kemudian melangkah masuk dengan penuh percaya diri.

"Silahkan perkenalkan diri kalian terlebih dahulu." Ucap seseorang yang berada di sebelah kiri Adith memulai tes wawancaranya sembari melihat CV dari keduanya.

Ayumi yang tidak memiliki CV akhirnya terlebih dahulu memperkenalkan dirinya sebelum Yani.

"Nama saya Rali… Ehem, Ralin Ayumi Bachin. Saya hanyalah lulusan SMA dan belum pernah memiliki pengalaman bekerja di sebuah perusahaan sebelumnya. Saya hanya memiliki sedikit pengalaman pekerjaan seperti paruh waktu untuk kehidupan sehari-hari." Ucap Ayumi santai yang sontak membuat semua orang yang berada di dalam itu terkejut bukan main.

"Perusahaan ini adalah perusahaan yang cukup besar dan bergengsi dalam bidang elektronik. Sungguh suatu hal yang mustahil jika ada seseorang yang melamar pekerjaan sebagai pegawai di perusahaan mereka dengan hanya bermodal ijazah SMA saja." Seorang yang berada tak jauh dari Adith langsung melontarkan pendapatnya.

"Lain halnya jika dia mendaftar sebagai OB, itu mungkin bisa saja baginya. Tapi tes wawancara pada hari ini akan ditempatkan pada tiga posisi, yaitu Software Developer, System Analist, dan Information security analyst." Lanjut yang lainnya lagi tak yakin apakah Ayumi cocok untuk ikut serta dalam tes wawancara tersebut.

Yogi menatap Adith dengan tatapan penuh kebingungan sedangkan Adith hanya menahan tawanya tak menyangka ini malah jauh lebih sulit untuk Ayumi. Yogi tak percaya di tahun serba tekhlogi mutakhir itu masih ada juga yang berijazah minim. Yogi takut kalau Ayumi malah tak bisa melakukan banyak hal dengan ijazahnya tersebut.

Melihat sekilas senyuman dari Adith, Alisya juga melakukan hal yang sama dengan sedikit menyungginkan senyum sembari menunduk paham akan ke khawatiran mereka.

"Bagaimana mungkin seorang berpendidikan SMA akan masuk dalam perekrutan kali ini? Hal mustahil baginya untuk mengetahui pekerjaan yang hanya diketahui oleh mereka yang berpendidikan tinggi." Ucap seseorang yang berada di sebelah kanan Adith yang meremehkan Ayumi karena pendidikannya.

"Aku pikir dia hanya terlihat sedikit lebih muda tak ku sangka benar saja kalau dia mungkin belum lama lulus dari SMA." Tambah yang lainnya dengan terus tertawa pelan.

"Berapa umurmu?" tanya nya ingin memastikan.

"Sekarang aku berumur 25 tahun." Seru Ayumi dengan wajah tenang yang kembali membuat Yogi dan Adith kaget karena umur mereka sama. Yani bahkan jauh lebih terkejut lagi setelah mengetahui umur Ayumi.

"Sepertinya kamu sedang menipu kami dengan memalsukan umurmu. Aku yakin kalau kamu masih berumur 20 atau 21 tahun." Tegas salah seorang dari mereka tak percaya dengan ucapan Ayumi.

Tanpa menjawab, Ayumi segera mengeluarkan KTP palsu yang selama ini dipakainya sebagai identitas barunya.

"Bukankah kalian terlalu cepat menilai? Banyak orang hebat di luar sana yang hanya bermodal ijazah SMA, bahkan tidak bersekolah dan masih muda namun bisa meretas system pertahanan negara-negara luar dengan mudah." Jelas Adith merasa perlu untuk melihat sejauh mana kemampuan Ayumi melihat dari sikap tenang dan percaya dirinya dengan berterus terang mengatakan mengenai pendidikannya tersebut.

Adith merasa tertarik terhadap Ayumi. Ia berpikir bahwa ada sesuatu yang berbeda dengan Ayumi melihat semua kenyataan yang tak pernah terbayangkan oleh mereka.

Tak bisa membantah, mereka segera bertanya kepada Yani yang berada disebelah Ayumi.

"Bagaimana denganmu?" tanyanya meski sudah melihat CV dari Yani, namun sepertinya mereka sengaja untuk memperdengarkan hal tersebut kepada Ayumi mengenai kualifikasi Pendidikan yang harusnya masuk dalam perusahaan mereka.

"Emmm…" Yani merasa tak enak jika harus menyebutkan mengenai pendidikannya kepada Ayumi. Namun melihat respon santai dari dia dan anggukan pelan Ayumi, Yani akhirnya menghadap kembali ke para penguji tersebut.

"Saya adalah Master Manajemen Informasi Bisnis dan Sistem dari Universitas Internasional Indonesia." Jawab Yani singkat tak ingin melebih-lebihkan gelar dan pendidikannya.

Mereka sontak tersenyum puas setelah mendengar kualifikasi Pendidikan Yani yang sangat mumpuni dibandingkan dengan Ayumi.

"Dibanding dengan masalah Pendidikan, kenapa kalian tidak terus menguji kemampuannya saja?" Yani yang sudah melihat cara kerja Ayumi yang selama ini membantunya cukup tahu beberapa hal yang juga dirasa Yani asing namun Ayumi mampu menyelesaikannya dengan mudah.

Ucapan Yani sontak membuat mereka terdiam dan menatap Yani dengan tajam. Tidak ingin terpengaruh dengan ucapan Yani, mereka kemudian berpandangan untuk kembali menanyakan mengenai posisi yang sedang mereka rekrut.

"Apa yang kau ketahui mengenai 3 posisi yang sebelumnya sudah aku katakan?" ucapnya dengan memberikan pertanyaan yang dirasa tidak akan mungkin di ketahui oleh orang yang hanya bermodal ijazah SMA saja.

"Seorang software developer staff IT yang bertugas untuk melakukan riset, mendesain, megimplementasikan hingga menguji software dan sistem. Sorang system analist akan mendefinisikan kebutuhan user dan menyusun solusi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas. Sedangkan Information security analyst bertugas untuk mengembangkan sistem keamanan untuk menjaga jaringan dan sistem perusahaan." Jelas Ayumi yang membuat Yani terbelalak puas dengan jawaban Ayumi.

Yogi yang sedari tadi memperhatikan Ayumi juga tak kalah semangatnya saat melihat Ayumi berhasil membungkam mereka semua. Sedangkan Adith menatap dengan penuh kekaguman.

"Dia memilki pribadi yang cukup Tangguh!" gumamnya pelan memajukan tubuhnya kedekat meja dengan tangan yang ia tangkupkan ke arah wajahnya untuk menutupi senyumnya.

Baru kali ini Adith merasa begitu tertarik kepada seorang wanita setelah selama ini terus saja merasakan jijik dan jengkel dengan mereka yang tampak mewah namun tak berarti apa-apa.

"Ehem!" merasa kalah dengan jawaban Ayumi, kini mereka beralih kepada Yani.

"Mengapa kami harus memperkerjakan kamu? Apa kelebihan yang kamu miliki?" ucapnya singkat yang tak secara langsung pertanyaan itu berlaku untuk Ayumi yang hanya bermodal ijazah SMA saja.

"Sesuai dengan pekerjaan yang saya ajukan yaitu Sistem Analyst, Seorang system analyst akan memeriksa sistem atau model bisnis yang sudah ada, kemudian menganalisis keperluan sistem tersebut. Kemudian akan mengembangkan produk, mengimplementasikan, serta menguji solusinya dalam sistem." Jelas Yani memulai ucapannya dengan penuh percaya diri.

"Anda bisa lihat berdasarkan CV itu mengenai nilai tes dan praktek yang saya dapatkan." Tunjuk Yani kepada CV yang sudah diberikannya.

Yani yang kuliah dengan bermodal beasiswa merupakan salah satu mahasiswi dengan kemampuan yang cukup tinggi dan berkat itulah ia ingin membuktikan kepada ibunya bahwa ia bisa mendapatakan pekerjaan yang layak dan membahagiakan ibunya setelah selama ini berjuang demi Yani untuk bisa terus menyelesaikan studinya dengan baik.

Yani yang mengingat ibunya yang sedang terbaring di rumah sakit saat itu menelan ludah dengan susah payah berharap untuk bisa mendapatkan pekerjaan itu.

Mendengar penjelasan Yani, mereka serentak kembali menoleh kepada Ayumi yang akan menjadi penentu diterimanya Yani atau meloloskannya dalam tes wawancara kali ini.

"Sepertinya kalian tidak akan percaya jika aku hanya berkata bahwa aku bisa meretas system didalam bangunan ini." Ucap Ayumi santai yang langsung membuat mereka merasa tersinggung karena ucapannya.

"Kau pikir system dalam peusahaan kami memiliki system yang lemah? Perusahaan ini memiliki system yang sangat tinggi sehingga pengguna cyber crime professional bahkan tak mampu untuk meretasnya." Ucap salah seorang dari mereka dengan penuh kebencian.

"Kenapa kita tidak membuktikannya saja?" tantang Adith merasa bahwa membuktikannya lebih baik dibanding hanya sekedar berkata-kata saja.

Yogi hanya terus menyaksikan tes wawancara yang dirasa sangat menarik tersebut. Ia bahkan tak berkomentar dan terus memperhatikan seluruh jalannya proses wawancara.

Mereka dengan angkuh memberikan laptop kepada Ayumi berharap kalau ia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. Hanya dalam waktu 5 menit setelah Ayumi memegang laptop tersebut, seluruh system dalam perusahaan itu mati total.