Chapter 368 - Karena Ayumi Istriku

Alisya sejak dulu memang sangat menyukai tempat yang dekat dengan jendela setiap kali berada di suatu tempat terutama untuk makan, dia pasti akan memilih tempat itu jika kosong. Yani duduk terlebih dahulu diikuti oleh Alisya dan Vindra yang langsung duduk di hadapan Yani. Beberapa saat kemudian orang-orang terlihat berbisik-bisik dan menimbulkan kegaduhan, dan ketika Alisya menoleh akan menoleh ke sumber suara, Adith sudah duduk di hadapannya. "Ehemm" Alisya langsung meminum jus jeruknya dengan cepat. Ia tidak berpikir kalau Adith akan duduk dan makan bersama mereka. "Aku boleh duduk dimana saja kan? Termasuk jika duduk bersamamu." Tatap Adith dengan licik. Alisya hanya mendesah pasrah dengan tingkahnya lalu menatap Yogi tajam. "Jangan tanya aku!" Yogi langsung duduk disebelah Alisya dengan nampan yang berisi makanan. "Apa dia biasanya makan disini?" Bisik Alisya pada pada Yogi yang langsung dijawab dengan gelengan keras. Vindra yang berada di sebelah Adith terlihat sangat tegang dan duduk begitu tegap seolah ia lupa untuk bernafas. Hal yang sama juga terjadi pada Yani yang terus tertunduk tak berani mengangkat wajahnya. "Makanlah, tidak perlu pedulikan orang lain!" Seru Adith santai dan terus makan seolah tak terjadi apapun.  Saat ini yang menjadi pikiran Alisya adalah baru satu hari dia bekerja di perusahaan itu, namun sudah banyak hal heboh yang diciptakan berkat keisengan Adith. "Jika kau seperti ini terus, kau akan semakin menyulitkan ku!" Suara Alisya terdengar pelan namun mampu didengar oleh Vindra dan Yani yang menatap bingung. "Kalian mungkin takkan percaya, tapi dulunya kami adalah teman satu sekolah dan cukup akrab." Yogi membantu Alisya untuk memberikan penjelasan kepada mereka berdua yang membuat ekspresi mereka kembali memudar. Meski begitu, ekspresi keterkejutan mereka masih belum hilang. Tetap saja mereka berpikir bahwa Ayumi adalah orang yang sangat beruntung bisa menjadi teman sekolah seorang elite seperti mereka. "Tunggu dulu! jika mereka adalah teman sekolah, itu artinya Alisya juga bersekolah di sekolah Elite SMA Cendekia Indonesia?" Batin Yani langsung menatap wajah Alisya dengan penuh tanda tanya. "Nanti aku jelaskan, intinya dia hanya ingin membuat kalian untuk tidak salah paham." Alisya menatap kesal ke arah Yogi yang hampir saja membongkar identitas dirinya. Jika dia berkata mereka satu sekolah, maka bukan hal mustahil bagi Yani dan Vindra untuk sangat penasaran dan mencari tahu nama Alisya disana sedang identitas yang ia gunakan saat ini malah berbeda dan akan berakibat fatal nantinya. Tidak ingin membuat kesalahpahaman lagi, Alisya berpikir sebaiknya ia mengurangi komunikasi dan kedekatan mereka selama berada dikantor. "Direktur, kami akan pindah. Tidak baik bagi kami jika duduk makan bersama Anda." Alisya kembali menjadi pegawai yang merendah di hadapan Adith. Ekspresi wajah Adith seketika menjadi kelam setelah mendengar ucapan Alisya. Panggilan canggung Alisya saat menyebutnya sebagai direktur sungguh tak mengenakkan hatinya. Dia dengan dingin berkata " Duduklah, aku tak peduli dengan apa yang mereka katakan. Selain itu aku tau kau bisa mengatasi mereka dengan baik. Atau kau ingin agar aku berbuat lebih? " Sifat keras kepala Adith selalu saja bisa dengan mudah menguasai Alisya. Tidak ingin membuat hubungan mereka terlihat buruk, Alisya terpaksa duduk kembali. Tepat setelah itu, Rinto juga ikut duduk bersama mereka dengan Adith yang berada di tengah Rinto dan Vindra. Vindra yang mengagumi ketiga orang yang berkumpul disana membuatnya semakin merasakan tegang. "Sejak kapan kalian duduk makan di kafetaria perusahaan?" Tanya Rinto setelah meminum air putihnya. Wajah Rinto yang terlihat kokoh dan gagah dengan kesan dingin namun memiliki tatapan hangat tak pernah luntur semenjak terakhir kali mereka bertemu. Yani terpana dengan kehadiran Rinto terlebih karena dia adalah manager utama perusahaan yang selama ini juga menjadi buah bibir perusahaan.  "3 Pilar perusahaan kumpul dalam satu tempat." Bisik yang lainnya menunjuk kepada Adith, Yogi dan juga Rinto. "Apa kelebihan dari wanita itu? Kenapa dia begitu beruntung?" Tatap yang lainnya yang diarahkan kepada Alisya. "Siapa mereka?" Tanya Rinto saat melihat 3 wajah asing di sekitar Yogi dan Adith. Alisya dan Yogi saling berpandangan dan baru ingat kalau hanya Yogi, Riyan dan Zein saja yang baru mengetahui identitas aslinya sedangkan Adith tak perlu di ragukan lagi, dia tak mengingat Alisya maka dia akan dengan ceroboh membocorkan identitas Alisya. Sebelum Adith membuka mulutnya, dengan cepat Yogi bersuara. "Oh.. mereka adalah karyawan baru perusahaan yang lolos perekrutan kemarin."  "Nama saya Ayumi, dari bagian Information Security Analyst." Alisya tersenyum hangat melihat Rinto yang terlihat cuek namun mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh Yogi. "Saya Yani dari bagian System Analiyst." ucap Yani cepat dengan penuh sopan santun. "Sa.. saya Vindra dari bagian System Developer." lanjut Vindra dengan cepat sembari menyamping untuk menghadap ke arah Rinto. Rinto mengangguk-angguk pelan lalu mengangkat wajahnya menatap Adith dan Yogi. "Kenapa kalian bisa berada di meja ini saat dia tidak bisa berada cukup dekat dengan wanita?" Tatap Rinto heran dengan perubahan sikap mendadak Adith. Alisya dan Yogi melupakan fakta tersebut mengenai bagaimana Adith begitu membenci kontak fisik atau berada dekat wanita namun sekarang terlihat baik-baik saja dengan Alisya dan Yani berada disana. Hal inilah sebenarnya yang membuat semua karyawan yang berada di tempat itu cukup kebingungan dengan perubahan mendadak sikap Adith. "Karena Ayumi adalah istriku!" Jawab Adith singkat yang langsung membuat Yogi menyembur ke wajah Rinto yang matanya terbuka lebar. Alisya merasakan sesak karena makanan yang salah masuk ke saluran tenggorokannya sedangkan Yani seolah mendengar sebuah bom yang meledak ditelinganya. Reaksi Vindra pun tak kalah parahnya dengan air minum yang jatuh dari mulutnya yang setengah menganga tak percaya akan apa yang di dengarnya. "Maafkan aku, aku tak sengaja melakukannya. Ohookkkk ohookkk!" Yogi yang memaksa berbicara saat ia masih memiliki makanan di mulutnya langsung terbatuk hebat. Ia tidak bisa berbicara dan menyuruh Alisya untuk meluruskannya cepat dengan memberi tanda mengibas-ngibaskan tangannya dengan cepat. Alisya juga tak bisa berkata apapun karena lehernya yang gatal meski sudah minum air beberapa gelas. "Apa dia sedang mabok? Atau sekarang dia sudah gila?" Wajah Rinto terlihat begitu kelam penuh amarah karena Adith dengan santainya mengatakan bahwa ia sudah memiliki istri. Kemarahan Rinto didasarkan karena rasa setianya kepada Alisya karena Adith masih belum mengingat siapa istrinya yang sebenarnya.  Rinto tidak mempermasalahkan dengan siapa Adith akan menikah, tapi sebelum itu Adith harus mengingat terlebih dahulu siapa Alisya sebenarnya baginya.