Chapter 369 - Membanting Rinto

Melihat Rinto tidak bisa bereaksi dengan tenang, Yogi mau tidak mau langsung menarik tangan Rinto untuk pergi dari sana terlebih dahulu. Yogi takut kalau Rinto akan membuat keributan sebab ia tak pernah merasa tenang jika Adith membahas wanita lain atau mengabaikan fakta mengenai Alisya.

"Tidak, aku ingin dia menjelaskan semuanya. Apa maksudmu dengan…" Hampir saja Rinto mengulang kembali perkataan Adith, Ayumi dengan mudahnya menarik Rinto pergi dari sana.

Rinto berusaha melepaskan diri dari genggaman Alisya namun ia tidak berhasil dan malah terkejut dengan kekuatan yang dimiliki oleh seorang gadis cupu dihadapannya tersebut.

Perkataan Adith yang sebelumnya mungkin hanya dapat didengar oleh mereka saja yang berada tak jauh dari sana, namun jika Rinto kembali mengulangnya dengan suara keras maka semua akan menjadi berbeda.

Alisya mengakui kesalahannya jika dia selalu menyebut dirinya sebagai istri bagi Adith dihadapan Adith untuk mengingatkannya, namun tak menduga kalau Adith akan dengan mudah mengatakan hal tersebut kepada orang lain. Alisya juga tak berpikir kalau ia akan bertemu dengan Rinto diperusahaan itu.

"Lepaskan aku, aku tak tahu kamu siapa, tapi aku rasa kau sudah salah paham dengan benar-benar menganggap bahwa kau sudah berhasil merayu Adith." Rinto tak memanggil Adith sebagai direktur untuk memperjelas maksud yang ia tunjukkan.

Rinto memandang Alisya dengan pandangan jijik karena membenci wanita yang di anggapnya sebagai seorang penggoda.

"Huuhhffttt" Alisya mendesah dalam.

"Bisakah kau tenang dulu? Biarkan aku dan dia menjelaskannya padamu." Yogi datang dengan cepat mengikuti Alisya dan Rinto yang sudah mengarah ke taman yang sunyi.

"Menjelaskan? Kenapa kalian yang harus menjelaskannya? Biarkan aku berbicara dengan Adith." Rinto melewati Alisya dengan acuh tak acuh.

Alisya dengan cepat menghentikan langkah kaki Ryu dengan melakukan tekhnik bantingan belakang. Alisya meraih tangan Rinto dengan lembut yang dalam sedetik Rinto sudah terbaring keras di rumpu taman.

"Apakah ini bisa mengembalikan kenanganmu? Aku rasa dengan ini bisa menjelaskan semuanya kepadamu." Suara Alisya yang dingin seketika membuat tubuh Rinto bergetar hebat.

Rinto masih mengingat betul akan situasi dan kondisinya saat itu. Perasaan itu dan suara mengintimidasi itu dengan jelas dikenalnya dengan baik. Ia tidak mungkin melupakan siapa gadis yang begitu ia kagumi tersebut sehingga dengan cepat ia bangkit dari posisinya yang terbaring.

Alisya hanya membuka kacamatanya sedagkan gigi palsu behel yang mengubah kontur wajahnya  ia biarkan begitu saja. Tatapan tajam mata Alisya membuat Rinto mundur dan tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.

"Ba.. bagaimana mungkin?" tubuh Rinto bergetar hebat masih belum bisa menerima kenyataan mengenai siapa di hadapannya saat itu.

"Jika kau tak percaya, itu terserah padamu!" Alisya dengan dingin berbalik pergi karena merasa capek jika harus menjelaskan semuanya dari awla lagi kepada Rinto.

Saat ia melangkah menjauh, Rinto dengan reflex sudah melingkarkan tangannya ke bahu Alisya.

"Terimakasih karena kamu masih hidup." Ucap Rinto dengan suara seraknya.

Apa yang dilakukan Rinto segera membuat Yogi terkejut, begitu pula dengan Alisya.

"Sampai kapan kau akan memeluknya seperti itu?" Adith muncul dengan tatapan dingin kepada Rinto.

Dengan cepat Rinto melepas pelukannya dari Alisya.

"Maafkan aku." Ucap Rinto dan mundur beberapa langkah.

Alat komunikasi Alisya tiba-tiba saja berdengung yang membuat Alisya dengan cepat menekannya. Dari kejauhan dengan keadaan diam,  Alisya mendengarkan laporan Elvian mengenai kehadiran salah satu anggota Black Falcon yang kembali melakukan transaksinya. Begitu mendengar nama Calvin disebutkan rahang Alisya sedikit mengeras.

"Yogi, aku serahkan Rinto padamu. Aku rasa secara perlahan-lahan Karin juga harus mengetahui mengenai keberadaanku. Selain itu yang lainnya lebih baik tidak mengetahui ini karena aku akan membutuhkan kalian nanti." Alisya berkata dengan tatapan serius yang langsung membuat paham Yogi dan Rinto.

"Tentu saja!" ucap keduanya kompak. Alisya tersenyum hangat karena akhirnya mereka bisa kembali berkumpul lagi seperti dulu.

"Kau mau kemana? Apa maksudmu dengan semua itu?" Adith segera menghentikan lengan Alisya yang akan pergi dari sana.

"Bertahap kau akan mengetahui semuanya. Aku harus kembali bekerja dulu saat ini." Alisya tau kalau Adith akan susah untuk di ajak berkompromi jika Alisya tidak memberikannya suatu penjelasan yang baik.

Meski terasa mengganjal, pada akhirnya Adith terpaksa membiarkannya pergi. Menatap Rinto dengan tatapan aneh, dia tidak mengira kalau Rinto juga dengan begitu nyata mengenali Alisya. Apakah yang dikatakan Alisya padanya adalah kebenaran? Pikirannya terus melayang bahwa mungki saja semua perkataan Alisya yang di anggapnya hanya sebatas candaan adalah suatu kejujuran yang sebenarnya.

Sepulang kerja, Adith dengan cepat mencari keberadaan Alisya karena ingin mengantarnya pulang namun saat memasuki ruangan mereka, Adith hanya menemukan Yani dan Vindra yang sudah siap-siap untuk beranjak pulang.

"Dimana Ayumi?" tanya Adith kepada keduanya dengan tatapan bingun karena ia datang cukup cepat sebelum waktu pulang.

"Dia sudah pulang 5 menit yang lalu karena ada urusan penting yang harus dia lakukan." Jawab Yani dengan tatapan terkejut.

Meski tahu adalah direktur mereka yang belum menikah, ketika dia dengan begitu perhatian datang mencari Alisya membuat kecurigaan mereka akan perkataanya sewaktu di kafetaria adalah kesungguhan.

Adith tidak berkata apa-apa lagi dan hanya berjalan keluar dengan wajah kecewa. Adith mengira kalau Alisya mungkin saja akan menunggunya sehingga tanpa sabar diapun segera menuju kerumah Alisya. Dirumahnya Adith juga masih tidak menemui Alisya, sehingga mau tidak mau dia akhirnya kembali ke rumah sakit.

Selama berada dirumah sakit, hati Adith tidak tenang dan terus memikirkan Alisya. Dia menyesali kebodohannya karena tidak meminta no kontak Alisya yang juga tidak di ketahui oleh Akiko maupun Ryu. Adith melanjutkan shift malamnya dengan pikiran kalut dan aura hitam mengelilingi dirinya yang membuat para perawat tak berani untuk mendekatinya.

"Apa kau melihat dokter Adith? Sepulang dari kantor wajahnya terlihat muram dan tak bersemangat, seperti sedang memikirkan sesuatu." Seorang perawat mulai membicarakan ekspresi Adith.

"Apa terjadi sesuatu dengan kantornya?" lanjut perawat yang lainnya dengan ekspresi khawatir.

"Aku rasa ini takkan berhubungan dengan perusahaan, dari dulu setiap kali ada permasalahan dengan perusahaan, dokter selalu bisa menyelesaikannya dengan performa yang luar biasa." Ucap yang lainnya membantah.

"Ya kau benar. Bahkan setelah menyelesaikan pekerjaannya dan tidak tidur selama beberapa hari, dia akan tetap kembali bekerja dengan baik di rumah sakit. Selain laporan rumah sakit serta rekam medis yang sangat banyak untuk diperiksanya, dokter Adith bahkan menyisihkan waktunya disini untuk mempelajari dokumen perusahaanya." Jawab yang lainnya lagi dengan cepat.

"Performa dia selalu yang terbaik dari kalangan dokter hebat yang ada dirumah sakit ini. Dia juga tak pernah menunjukkan ekspresi seperti itu." Seorang perawat wanita segera menuju ke mejanya namun dengan cepat ia kembali lagi.

"Apa ini karena perempuan?" tebaknya dengan mata membelalak.

"Huhhh?" mereka mengernyitkan dahi dengan segala macam pemikiran yang terlintas di kepala mereka.

Adith yang selama ini tidak pernah dekat dengan seorang wanita sebelumnya pernah terlihat memeluk Alisya dengan begitu erat sehingga tentu saja pemikiran mereka mengarah kepada kejadian tersebut.

Suara dering ponsel transparan miliknya segera menampilkan hologram dari nomor Yogi membangunkannya dari lamunanya. Dengan malas dia mengangkat telepon Yogi yang berada di meja kerjanya lalu berjalan menjauh ke kursi ranjangnya untuk berbaring.

"Ada apa?" tanya Adith dengan suara dingin.

"Aku tak tahu apakah aku harus memberitahumu masalah ini atau tidak tapi aku tak punya pilihan lain selain menghubungimu terlebih dahulu karena ini ada hubungannya denganmu." Terang Yogi dengan nada suara bingung.

"Langsung saja pada intinya, apa yang ingin kamu katakana." Adith membelakangi hologram Yogi dengan malas.

"Lihat lah, ku rasa kau akan paham." Pinta Yogi dengan menampilkan sembuah gambar video dari panggilannya.

Adith hanya menoleh tak semangat namun segera bangkit dari tempat tidurnya saat melihat Alisya yang berjalan masuk pada sebuah bar.