Chapter 371 - Sentuhan Menjijikan Calvin

Mendengar ucapan Asisten pribadi Calvin, Alisya tertawa pelan melepaskan pelukannya dari Elvian. "Puffftt, kau pikir aku adalah wanita yang tidak mendapatkan keinginannya sampai harus membutuhkan orang lain untuk mewujudkannya? Kalian sudah salah paham denganku, kesepakatan ini tentu takkan berguna padaku." Ucap Alisya dengan gaya setengah mabuknya. Suara Alisya yang begitu nyaring dan hangat menggetarkan tubuh Asisten pribadi Calvin tersebut. Dia yang biasanya bertindak profesional saat itu tiba-tiba saja goyah karena pesona Alisya.  Ia menyerah dan pergi untuk menyampaikan apa yang dikatakan oleh Alisya padannya kepada calvin. "Bagaimana jika cara ini gagal?" Bisik Elvian lagi ke telinga Alisya. "Gagal? Kau pikir semua pria akan suka pada wanita gampangan?" Bisik Alisya lagi ke telinga Elvian. "Tapi bisa saja dia tersinggung dengan apa yang kamu katakan tadi." Terang Elvian lagi sembari terus sedikit mencuri-curi lihat ke arah Calvin yang sedang tertawa keras. "Jika saat ini dia sedang tertawa keras, maka yang terjadi adalah dia akan semakin berhasrat untuk mendapatkan ku dengan memberikan kesepakatan lebih besar lagi." Jelas Alisya sembari terus berakting manis. Suara lantai dansa yang begitu ribut dan keras membuat keduanya harus berbicara dengan gaya berbisik-bisikkan, sehingga Adith semakin mengepalkan tangannya dengan penuh amarah. "Dia berkata padaku bahwa dia adalah istriku, lalu istri mana yang melakukan ini dibelakang suaminya? Apa dia sedang bercanda!" Adith memecahkan meja kaca di hadapannya. Suara musik di bar tersebut sangat bising sehingga tak ada satupun yang menyadari apa yang sudah dilakukan oleh Adith, namun Yogi dengan jelas melihat sisi gelap Adith saat ini. Setelah menyampai kan apa yang telah dikatakan oleh Alisya, diluar dugaan dari Asisten Calvin, Calvin malah tertawa dengan keras menatap Alisya dengan penuh membara. "Katakan padanya bahwa dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan dan aku yang akan menjamin itu, beritahukan padanya bahwa umur, kecantikan dan kekuasaan bisa dia dapatkan." Seru Calvin semakin ingin mendapatkan Alisya. Dengan mantap ia kembali menemui Alisya dan membisik kan semuanya kepadanya yang kemudian di jawab dengan anggukkan oleh Alisya. Alisya dengan angkuh melepas Elvian yang membuatnya berkata dengan kesal. "Kau mau kemana? Tidak aku izinkan kau pergi dengan orang lain." Tahan Elvian pada tangan Alisya untuk menghentikannya. "Kau tau, aku selalu mendekat ke arah mereka yang memberiku kesepakatan yang lebih besar." Alisya melepas genggaman Elvian dengan tatapan dingin. "Tidak, aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku seperti ini." Bentak Elvian sekali lagi ingin menghentikan Alisya, namun dengan cepat Asisten pribadi Calvin langsung menghalanginya. "Cukup sampai disini, jika kau tak ingin kehilangan nyawa maka sebaiknya kau melakukannya." Tegasnya dengan tatapan bengis yang memperlihatkan senjatanya di balik jas nya agar Elvian tidak maju selangkah lagi. Dengan kesal Elvian melepas kepergian Alisya lalu berbalik ke arah lain dan duduk di bar dengan putus asa. Dari kejauhan, Adith ingin sekali menghajar Elvian yang sudah berani menempatkan tangannya pada pinggang Alisya namun begitu melihat Alisya melangkah ke tempat lain, wajah Adith semakin menggelap saat melihat bahwa laki-laki yang sedang didatanginya tersebut adalah Calvin. Adith yang mengetahui siapa Calvin dan bagaimana sifatnya jika pada perempuan. Dia yang suka bermain-main dengan perempuan takkan melupakan perempuan itu sampai jika dia benar-benar bosan dengannya. "Apa yang membuat tuan tertarik padaku sampai berusaha sekuat itu untuk menarik perhatianku?" Alisya sudah duduk di sofa sebelah Calvin. Calvin yang mencium bau alkohol di mulut Alisya yang bibirnya merekah bak delima terlihat tipis dan lembut dan wajah kemerahannya yang sebenarnya karena make up dikira oleh Calvin karena pengaruh mabuk membuat Calvin semakin bergairah. "Aku rasa kau tak perlu tahu kenapa, karena wanita sepertimu ini adalah hal yang langka untuk aku temui." Calvin meremas kuat paha putih Alisya yang mulus dan jenjang membuat tubuh Alisya bergetar jijik. Meski berusaha menahan emosinya, nadi di kepala Alisya sedikit berkedut tapi untunglah lampu yang remang-remang membantunya sehingga ekspresi kesalnya tak begitu nampak. "Tidak masalah bagiku selama kau bisa memberiku keuntungan." Seru Alisya melepaskan tangan Calvin di pahanya dengan terus bersikap mabuk. Calvin yang diperlakukan seperti itu bukannya marah, sikap Alisya malah semakin membuat Calvin tidak tahan untuk melumat dan menghancurkan serta menundukkan kucing liar di hadapannya tersebut. "Kita cari ruang sekarang!" Pintanya langsung mengangkat Alisya berdiri dengan memegang pingganya dengan sensual. Jika kali ini Alisya melepas genggaman Calvin, sudah tentu dia akan curiga karena Calvin bukanlah orang sembarangan sehingga Alisya membiarkan masalah itu untuk sementara. Mereka segera menuju ke tempat dimana ruangan itu merupakan ruangan yang cukup luas dan mewah. Di dalamnya terdapat sofa yang memanjang dengan beragam minuman yang ada yang dengan satu tarikan, Alisya sudah duduk diatas paha Calvin. Tangan mulai menjalar dari paha Alisya untuk memberikannya rangsangan, yang membuat Alisya mulai ketakutan. Meski dia seorang kapten khusus dan sudah menikah, dia belum memiliki pengalaman atas hal tersebut. "Sepertinya ini adalah kali pertamamu yah?" Ucap Calvin berbisik lembut di telinga Alisya dan menggigitnya dengan cukup kasar. Alisya hanya tersenyum geli dan tersirat rasa jijik yang amat mendalam. Bahkan para bawahannya yang terus melakukan monitor pada Alisya mulai memukul keras benda disekitar mereka penuh amarah. "Makanya kau harus melakukannya dengan lembut." Alisya membalas bisikan Calvin dengan suara mabuk yang membuat Calvin sudah tidak tahan lagi, tapi dia masih ingin bermain-main dulu dengan Alisya. "Tentu saja, aku akan menunjukkan kemampuanku padamu" ucapnya menarik kepala Alisya lebih dekat agar ia bisa menciumnya namun begitu dekat dan tinggal 1 cm lagi, Alisya bersikap seolah akan muntah. "Sepertinya aku harus mengeluarkan isi perutku dulu sebelum memulainya dengan benar, setidaknya dengan kesadaran penuh ku tentu dapat membuatmu semakin bergairah lagi bukan?" Kata-kata Alisya tidak membuat Calvin curiga karena bau alkohol dari mulut Alisya membuatnya percaya seberapa beratnya rasa mabuknya saat itu. Rasa mualnya tentu akan mengganggu permainan mereka sehingga ia mengizinkan Alisya pergi ke toilet. Calvin memberi tanda agar asistennya ikut bersama Alisya. "Hahahahah, kau tak perlu khawatir. Siapa yang dengan bodohnya melewatkan kesempatan besar seperti ini terutama jika pria itu adalah kau yang begitu menggairahkan? Setidaknya berikan sedikit privasi untukku." Pinta Alisya dengan linglung yang langsung di setujui oleh Calvin. Melihat tatapan mata Alisya, Calvin percaya kalau ia akan kembali. Alisya memang berencana untuk kembali namun dengan rencana yang berbeda agar setidaknya tubuhnya tetap bebas dari sentuhan menjijikan Calvin.