Chapter 372 - Istri Menjijikkan

Begitu keluar dari ruangan Calvin, Alisya dengan segera menuju ke toilet berjalan dengan penuh kesadaran.

"Kapten, bisakah kita hentikan ini semua? Aku tak bisa melihat kapten diperlakukan seperti itu lagi." Seru Rafli dengan menggertakkan giginya.

"Kapten, satu perintah darimu bisa membuatku langsung membunuh mereka semua tanpa sisa!" geram Elvian yang masih berada di dalam Bar yang terus menatap ruangan dari kejauhan.

"Bersabarlah, bukan hanya kalian yang merasa seperti aku bahkan hampir saja mematahkan tangannya namun karena mengingat kita sudah mengejarnya selama hampir 1 tahun ini, akan sulit lagi untuk kita bisa mendapatkan kesempatan ini lagi." Ucap Alisya sembari terus berjalan menuju ke toilet.

"Akh…!!!" Alisya tiba-tiba didorong ke arah dinding dengan sangat keras begitu ia memasuki toilet.

"Kapten, Kapten! Apa yang terjadi?" ucap Elvian dengan penuh khawatir mendengar pekikkan Adith namun ia tidak bisa menjawabnya.

Dengan begitu kasar, tubuhnya di tindih dan bibirnya dilumat dengan kasar. Andai saja Alisya tidak mengenali ritme jantung ini, maka sudah pasti dia akan menghantamnya atau mematahkan lehernya dengan mudah. Namun karena itu adalah Adith, Alisya hanya bisa berusaha untuk lepas namun Adith tetap menekannya dengan keras.

Ciuman Adith begitu kasar hingga Alisya kebingungan dengan sikap Adith. Alisya terkejut melihat Adith bisa berada disana, tidak tercium bau alcohol dari mulut ataupun tubuhnya namun ciuman itu penuh akan amarah.

"Energi nano? Sejak kapan dia begitu sekuat ini? Apa dia tidak menyadarinya?" batin Alisya mendorong badan Adith, namun semakin ia berusaha untuk lepas, Adith semakin menekannya kuat.

"Kapten jika kau tak menjawab kami akan menerobos masuk!" ucap Rafli mulai bersiap-siap untuk segera menerobos jika dalam 5 menit Alisya masih tak memberikan jawaban. Mereka tidak ingin mengambil resiko dengan mengorbankan kapten meski mereka sangat paham akan kemampuan Alisya.

Adith mulai meraba bagian paha Alisya lalu naik hingga akhirnya menuju ke bagian intim Alisya yang langsung membuat Alisya terkejut dan mendorongnya dengan keras.

Desahan yang terdengar dari alat komunikasi mereka seketika membuat mereka semua bingung dan takt ahu harus bagaimana. Mereka tidak tahu apakah harus menerobos masuk atau tidak ketika medengar itu, namun yang pasti tubuh mereka seketika panas mendengar hal tersebut.

"Plakkkkk" sebuah tamparan keras membekas di pipi Adith. Alisya menatap Adith dengan penuh amarah tak menyangka ia akan melakukan hal tersebut kepadanya dengan sangat kasar.

"Apa yang terjadi padamu sebenarnya? Kenapa kau melakukan ini padaku?" Alisya melihat Adith setengah terengah-engah kehabisan nafas karena ciuman mereka.

"Bukankah aku suamimu, kenapa tubuhmu begitu bergetar takut hanya karena ciumanku?" Adith menatap Alisya dengan tatapan bengis yang semakin membuat Alisya bingung.

"Hah?! Suami?" Elvian dan Rafli berteriak secara bersamaan tak menyangka dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Sial" Alisya sadar kalau belum mematikan alat komunikasi mereka. "Fokus! Aku akan menyambungkannya beberapa saat lagi." Ucap Alisya langsung mematikan sementara alat komunikasi mereka.

Berdasarkan alat komunikasi mereka sebelumnya, Elvian dan Rafli bisa melihat jelas wajah dari orang yang sudah mengaku sebagai suami kapten mereka. Mereka yang tak pernah tahu bahwa kapten mereka sudah menikah semakin bertanya-tanya. Syukurlah alat komunikasi itu hanya di sambungkan internal oleh mereka bertiga saja.

"Apa kau melihat apa yang terjadi dari tadi?" tubuh Alisya bergetar hebat saat mengingat Adith mungkin sudah melihatnya sewaktu ia mulai berdansa dengan Elvian hingga prilaku Cavin kepadanya.

"Kenapa? Apa kamu takut kalau aku mengetahui kebenarannya sekarang? Aku pikir kau beda dengan wanita lainnya yang mendekatiku karena harta dan hanya ingin mempermainkanku, tapi ternyata kau sama saja." Dengan tatapan jijik yang seketika membuat hati Alisya terluka karena ucapannya.

"Adith, aku bisa menjelaskannya. Tapi aku harap saat ini kau tidak mengambil kesimpulan sendiri." Pinta Alisya dengan mendekati Adith namun Adith memundurkan langkahnya tak ingin di sentuh oleh Alisya.

"Jangan sentuh aku! Kau tak ada bedanya dengan para pelacur yang ada di Bar ini." Maki Adith menatap jijik kepada Alisya.

Bau alkohol di mulut Alisya membuat Adith ingin muntah, terlebih jika ia mengingat bagaimana Alisya sudah menyerahkan dirinya kepada Calvin membuat Adith semakin merasa mual. Adith merasa dipermainkan dan dikhianati oleh Alisya.

"Adith, aku istrimu! Meski kau tak mengingatku, tapi aku ini masih istrimu yang sah." Alisya dengan tegas mengingatkan Adith.

"Tutup mulutmu!" Adith memegang pipi Alisya dengan kasar. "Aku bahkan tak pernah mengingat memiliki istri semenjijikkan kau ini. Jangan pernah tampakkan wajahmu lagi dihadapanku, lebih baik kau mati saja dan membusuk di neraka." Ucap Adith dengan membuang wajah Alisya dengan kasar.

Hati Alisya begitu pedih saat mendengar ucapan tak terduga dari Adith tersebut, meski begitu Alisya masih bisa memahami kemarahan Adith saat ini yang merasa dirinya telah tekhianati. Begitu Alisya ingin membuka mulutnya untuk menjelaskan kepada Adith, pintu toilet segera diketuk.

"Nona, apakah anda baik-baik saja?" suara Asisten Calvin terdengar bertanya kepadanya.

"Yah, sebentar aku akan keluar" Teriak Alisya dari dalam. "Maafkan aku, aku tau ini akan menyakiti hatimu tapi aku masih belum bisa menjelaskannya sekarang. Aku akan kembali menemuimu setelah ini selesai meski kau terus menolakku." Ucap Alisya dengan suara serak langsung keluar dari toilet setelah merapikan dirinya sejenak.

"Jangan harap aku mau menemuimu lagi!" bentak Adith dengan menghentakkan kakinya.

Dengan memimpin jalan, Alisya berusaha kuat untuk berjalan dengan tegar dengan semua kata-kata yang terlontar dari mulut Adith sebelumnya.

"Kenapa kau begitu lama?" tanya Calvin dengan tidak sabaran dan kembali menarik tubuh Alisya duduk ke atas pangkuannya. Begitu ia kembali, beberapa orang sudah berada di dalam ruangan Calvin ditemani para wanita.

"Tuan, anda begitu tak sabaran. Apakah ada yang ingin anda lakukan sampai harus teburu-buru seperti ini? Aku tentu harus benar-benar membersihkan diriku agar tuan tidak ikut mual karena mencium bau tak sedap." Alisya membelainya dengan lembut agar Calvin bisa dengan ceroboh mengatakan tujuannya setelah ini.

"Tentu saja, aku masih memiliki pekerjaan lain yang cukup penting di ….." saat Calvin akan mengatakannya, sebuah panggilan segera menghentikannya.

Alisya dibuat turun dari pangkuan Calvin. Malam ini mereka gagal lagi mendapatkan informasi dari Calvin namun Alisya masih sempat menangkap frekuensi panggilannya.

"Maafkan aku sayang, kali ini aku tak bisa melayanimu. Tanggal sekian datanglah ke hotel ini, dan aku akan menunggumu disana. Jangan kahwatir, aku takkan pernah melewatkan kesempatan itu atau sedang mempermainkan kamu." Calvin memberikan ciuman singkat ke pipi Alisya dan meninggalkan kartu Namanya di tangan Alisya.