Chapter 380 - DEN HARIN

Untuk beberapa saat, suara Adith tak terdengar dari dalam. Cukup lama ia berada di dalam dan tak kunjung keluar. Ibunya semakin khawatir takut terjadi sesuatu dengan anaknya, namun dia hanya terus berdoa agar Adith bisa melalui semuanya dengan lapang. "Ceklek!" Suara pintu kembali tertutup membuat ibu Adith segera bangkit dari tempat duduknya. Adith muncul dengan ekspresi wajah yang sudah lama tidak pernah dilihat oleh ibunya. Ekspresi wajah itu penuh kasih, tegar, kuat dan tegas. Ekspresi wajah yang dilihat ibunya saat Adith telah mengetahui bahwa Ali adalah Alisya. "Humph!" Ibunya menutup mulutnya menahan tangisnya melihat Adith yang sudah kembali seperti semula. Adith segera menghampiri ibunya untuk menenangkannya, memeluk ibunya dengan penuh kasih dan hangat. "Maafkan aku Ma, aku terlalu lemah sampai terus saja membuat kalian susah dan khawatir. Maafkan aku juga yang selalu melarikan diri dari kenyataan, aku terlalu lemah." Ucap Adith yang masih terus memeluk ibunya yang menangis dalam pelukannya. "Itu semua tidak penting, sekarang kau sudah ingat semuanya maka itu cukup." Ucap ibunya melepas dirinya dari pelukan Adith agar ia tidak menyalahkan dirinya sendiri. "Pa.." Adith duduk di hadapan Ayahnya yang terduduk di sofa melipat tangannya dengan penuh kewibawaan. "Maafkan Adith, Maaf karena tidak bisa menjadi contoh yang baik sebagai seorang suami dan membuat Bapak kecewa padaku." Adith paham betul bagaimana ayahnya selalu mengajarkan dan memberinya nasehat untuk menjadi laki-laki dan imam yang baik. "Syukurlah kamu sudah kembali." Pandangan ayahnya melunak mendengar ucapan Adith. Dia dengan lembut membelai kepala Adith anak satu-satunya yang ia didik dengan sepenuh hati. "Terimakasih karena Bapak sudah menamparku. Tamparan itu sudah menyadarkanku. Aku ingin agar bapak tidak ragu menamparku jika memang bisa menyadarkanku." Adith memandang ayahnya dengan tegas meminta. "Tidak, apapun itu yang namanya kekerasan tidak dibenarkan. Sekarang jemput Alisya, bawa kembali putriku kerumah ini." Pinta ayah Adith dengan tegas. Adith mengangguk sambil tersenyum hangat. Hatinya dipenuhi kebahagiaan juga kepahitan dalam waktu yang sama mengingat bagaimana dia telah memperlakukan Alisya. "Kumpulkan semuanya, bantu aku mencari keberadaan Alisya." Adith terdiam beberapa saat setelah menelpon Yogi. "Bukan, bantu aku untuk mencari istriku." Lanjut Adith lagi yang langsung membuat Yogi paham. "Kau… akhirnya kau sadarkan diri. Kau sudah mengingat semuanya?" Tanya Yogi ingin memastikan ingatan Adith. "Ummm" jawab Adith dengan suara yang tertahan. " Maaf karena sudah membuat kalian semua kesulitan. Yogi tak bertanya lagi dan dengan segera menghubungi semua teman-temannya termasuk kakak Karin, Karan. Setelah 30 menit, mereka akhirnya berkumpul di rumah Alisya begitu pula dengan ayah Alisya. "Aku sudah bertanya kepada temannya Yani dan Vindra, dia tidak mengetahui keberadaan Alisya setelah melihatnya lari terburu-buru karena sesuatu." Ucap Rinto yang datang dari kantor bersama dengan Yogi. "Dia juga tidak pulang kerumah seharian ini." Jawab Akiko yang sudah seharian berada di rumah. "Elvian dan Rafli. Kenapa kita melupakan dua orang itu?" Karin teringat dengan 2 orang bawahan Alisya. "Apa kamu memiliki nomor kontaknya?" Tanya Ryu cepat. "Aku tidak punya nomor kontaknya, tapi dia memberiku kode ini dengan logo harimau hitam di bagian belakangnya." Karin mengeluarkan sesuatu chip dari dalam tasnya. "Ia pernah bilang, bahwa ini tidak seharusnya diberikan padanya namun mereka memberikan ini sebagai bentuk keberadaan mereka di dunia ini." Lanjut Karin lagi menjelaskan alasan Elvian memberikannya chip tersebut. "Ini? Harimau berwarna hitam dengan latar hijau?" Tanya Riyan terkejut tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. "Ya, Elvian yang memberiku chip ini." Tegas Karin membenarkan. "Ada apa dengan chip itu?" Tanya Karan penasaran. "Apa kamu mengetahui sesuatu?" Zein mengambil chip itu dan memperhatikannya dengan saksama namun tidak menemukan apapun. "Aku tidak mengetahui apapun tentang ini, tapi sepertinya Om pasti tau!" Riyan mengambil chip itu dan diberikan kepada ayah Alisya. "Lihatlah Om. Om pasti akan mengingat sesuatu jika menggunakan kode akses om untuk membukanya." Ucap Riyan dengan sopan namun sangat serius. "Apakah itu adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja?" Tanya Yogi mulai memahami keseriusan dari wajah Riyan. "Ini? Benarkah dia memberimu ini?" Tanya Ayah Alisya dengan ekspresi yang tak kalah kagetnya. "Ya benar." Tegas Karin sekali lagi dengan penuh keyakinan. "Jadi benar, ada sesuatu dengan chip itu?" Akiko juga tertarik mengetahui maksud dari kode tersebut. "Ini adalah kode yang dipakai oleh satuan khusus paling rahasia di Indonesia, satuan yang hanya disebut sebagai hoax karena tidak diketahui siapa anggotanya, dan keberadaan mereka." Ayah Alisya mulai menjelaskan apa yang di ketahuinya. "Pasukan ini disebut dengan Den Harin, dengan kemampuan perang dari Den Harin mungkin setingkat dengan pasukan pembunuh milik Amerika bernama Phoenix Raven." Tegas Ayahnya kembali yang mulai memasukkan chip tersebut ke dalam tabletnya dan mulai mengaksesnya. "Mengapa mereka memiliki ini? Apa itu artinya mereka adalah pasukan rahasia Den Harin tersebut?" Tanya Rinto dengan penuh takjub. "Ya benar, dan Alisya adalah kapten mereka." Terang Karin tak percaya dengan semua fakta tersebut. "Ba.. bagaimana mungkin hanya dalam 2 tahun.." Karan tergagap tak bisa berkata-kata. Ayah Alisya berhasil masuk dengan menggunakan kodenya sebagai pemimpin dari satuan khusus terdahulu. Sebuah layar hologram menampilkan gambar-gambar bagaimana pelatihan yang harus dijalani oleh Alisya. Mereka yang semula berjumlah sekitar 15 orang, pada akhirnya menyisakan 5 orang dengan Alisya berdiri di bagian tengah yang wajahnya ditutupi garis hijau dan hitam. "Mereka adalah pasukan elite yang berisikan anggota dengan kemampuan tingkat tinggi dari semua pasukan yang ada. 1 orang dari mereka bahkan mampu menghabisi satu batalion tanpa menimbulkan suara." Ayah Alisya berdiri dari tempat duduknya tak percaya dengan keberadaan pasukan tersebut yang dikiranya hanyalah sebuah kabar legenda semata. Ayah Alisya tak percaya kalau anaknya lah salah satu anggota dari pasukan hantu tersebut. Tiba-tiba sebuah rekaman video tertampil dari layar chip tersebut. Alisya yang wajahnya terlihat tak memakai coretan duduk di tengah hutan belantara dengan baju kaos putih yang nampak kusan dengan chip itu berada dilehernya. "Ummm… Hai, jika kalian sudah mengakses chip ini, maka itu artinya aku mungkin sudah meninggal dan tak sempat bertemu dengan kalian lagi." Suara Alisya terdengar serak dengan keributan alami hutan. Alisya kemudian menyebutkan permohonan maafnya kepada ayahnya dengan suara parau. Begitu pula dengan kakek dan neneknya. Nama Karin dan Karan juga berada keluar dari bibir mungilnya. Semua nama teman-temannya satu persatu ia sebutkan. Nama Adith sama sekali belum disebutkan oleh Alisya.