Chapter 382 - Menangkap Calvin

Sepanjang perjalanan, Adith terus saja memikirkan Alisya. Adith sangat takut dengan respon yang akan diberikan oleh Alisya kepadanya, namun apapun yang terjadi dia tidak akan menyerah. Semakin dekat dengan tempat yang ditunjukkan pada Mapsnya, ke 5 titik merah yang sebelumnya terpisah tiba-tiba sudah berada pada satu tempat yang sama. "Cekiittttt..!" Adith tiba-tiba ngerem mendadak mobilnya. "Ada apa?" Zein terkejut dengan sikap Adith. "Ada yang salah dengan Mapsnya?" Yogi bingung dengan sikap Adith yang menatap tajam pada Mapsnya. "Sepertinya ada sesuatu yang sedang terjadi, mereka berada pada satu tempat yang sama." Tegas Adith tiba-tiba menjadi semakin khawatir. "Maksud kamu?" Zein dan Yogi bertanya secara bersamaan semakin tak paham apa yang sedang terjadi. "Riyan…" Adith segera menghubungi Riyan yang sedang tidak bersama dengan mereka. "Ke lima orang ini tampaknya sedang dalam sebuah misi, dan lokasi tempat mereka berada adalah markas yang sudah lama ditinggalkan yang ternyata sekarang adalah markas Calvin." Penyataan Riyan seketika membuat mereka semua tercengang. Ryu, Karin dan Karan serta Rinto yang semula terpencar segera memutar mobil mereka menuju tempat yang di tunjukkan oleh Riyan. Mereka menempatkan mobil mereka jauh dari markas yang sedang mereka datangi yang berada di dekat pesisir pantai. "Kau yakin mereka ada di dalam sana? Tanya Yogi melihat situasi tenang yang ada di dalam sana. "Untuk memastikannya, lebih baik jika kita mendekat kesana." Adith dengan penuh waspada mendekati lokasi markas Calvin. Adith maju terlebih dahulu, namun begitu ia menuju ke sebuha lorong tiba-tiba saja Elvian sudah menarik Adith ke tempat yang lebih gelap. "Kamu…" Adith kaget saat mengetahui kalau itu adalah Elvian bawahan Alisya. "Apa yang kalian lakukan disini? Apa karena chip itu?" Elvian terpikir akan chip yang sudah ia berikan sebelumnya. "Dimana Alisya?" Tanpa memperdulikan hal lain, Adith segera menanyakan keberadaan Alisya. "Hufft" Elvian terlihat mendesah kesal melihat Adith berada disana. "Maaf aku tidak bisa memberitahukan keberadaannya padamu." Elvian dengan santainya sudah memborgol kaki dan tangan Adith. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Adith bingung dengan apa yang dilakukan oleh Elvian kepadanya. "Sebaiknya kau tetap disini karena kau bisa menghancurkan rencana kami." Tegas Elvian dengan suara yang tertahan. "Puma.." begitu kode namanya dipanggil, Elvian segera tercengan melihat apa yang terjadi. Dari layar monitor miliknya Alisya mengalami luka dari tembakkan yang dilayangkan oleh Calvin. Ia terkena tembakan karena berusaha melindungi beberapa sandera yang ada disana. "Bagaimana kapten bisa sampai seceroboh itu?" Elvian tercengan dengan apa yang sedang dilihatnya. "Dia keluar karena sudah tak tahan lagi melihat para wanita itu dilecehkan. Meski kita sudah berhasil menghabisi semua orang-orangnya, kali ini pikiran kapten sepertinya sedang kacau." Rafli tak percaya Alisya bisa membuat sebuah kesalahan saat dia bahkan mampu menghabisi satu pulau markas musuh tanpa bersisa. "Biar aku yang pergi kesana." Adith berdiri dengan merilekskan tangannya. "Apa? Bagaimana?" Elvian ingat betul kalau sudah memborgol Adith. Begitu melihat kebawah, Borgol itu tampak hancur berkeping-keping seolah kalah dalam melawan sesuatu yang lebih kuat darinya. Adith langsung berjalan masuk kedalam markas yang sangat luas sekali. Terlihat bagaimana Adith dengan santainya memasuki markas membuat Elvian yang sudah berusaha menahannya tak bisa berbuat apa-apa. "Tuan Adith? Apa yang sedang anda lakukan disini?" Calvin yang mengenali Adith tak percaya kalau dia bisa berada di markasnya. "Tuan Calvin, bukankah masalah di antara kita belum selesai? Selain itu kau sudah membuat aku hampir mati disana." Adith mengingatkan Calvin mengenai kejadian sewaktu pertemuan mereka lalu. "Hahahaha… Aku tak tahu kalau tuan ternyata seorang pendendam sampai-sampai kau mencariku di markas ini. Harus aku akui kalau kau adalah orang paling jenius yang pernah aku temui. Namun saat ini, masih ada hal yang harus aku urus." Ucapnya berbalik dari posisinya dengan beberapa orang sedang menghalangi Adith. Begitu berbalik, sebuah mesin penggilingan dan juga mesin yang beruap panas di atasnya terdapat 10 orang perempuan yang di rantai dengan kuat dengan Alisya berada di bagian tengah sedang memegang rantai mereka semua. Alisya memakai seragam khususnya yang membuatnya terlihat sangat menyeramkan dengan tatapan penuh amarah kepada Calvin. Mengetahui kalau mereka sudah dikepung, Calvin sengaja memancing Alisya keluar dengan memanfaatkan para wanita yang ia dapatkan dari berbagai Cafe. "Kau adalah laki-laki impoten yang tak berguna." Adith kembali memancing emosi Calvin. Masih tak peduli, Calvin yang sudah tak memiliki banyak bawahan lagi terus saja mengulur waktu untuk menunggu kedatangan helikopter yang akan menjemputnya. "Apakah barangmu sudah tak berguna sampai kau harus memiliki sensasi seksual dengan melihat para wanita itu? Atau kau menyiksa para wanita itu karena mereka kecewa dengan pelayanan mu?" Lanjut Adith lagi terus memecahkan perhatian Calvin. Meski kesal dengan apa yang dikatakan oleh Adith, Calvin masih berpikir bahwa saat ini yang paling bahaya adalah wanita berseragam tersebut. "Wah, sepertinya benar!" Adith yang tertawa terbahak-bahak langsung membuat Calvin kesal hingga ia menoleh ke arah Adith dan menembaknya, namun tak berhasil karena Adith bisa menghindar dengan cepat. Begitu Calvin berbalik, Alisya dan para sandera sudah tak berada disana lalu saat ia menoleh lagi kepada Adith, Alisya sudah berdiri di hadapannya. Calvin yang kaget langsung menyerang secara membabi buta. Dia tak tahu kalau Adith hanyalah sebuah pengalihan dimana para bawahan Alisya sudah berada di posisi mereka untuk menyelamatkan sandera. Gerakan mereka sangat cepat hingga satu detik Calvin menoleh, semua sandera sudah tak berada disana. "Edin… Edin…" teriak Calvin memanggil asisten pribadinya. "Mencari ini? Dari atas seseorang dijatuhkan membuat Calvin tercengang saat melihat Asistennya sudah tak bernyawa. Pria yang menjatuhkan Edin belum pernah dilihat oleh Adith sebelumnya namun Adith tahu kalau dia adalah salah satu bawahan Alisya. "Siapa kalian sebenarnya? Bagaimana semua anggota ku yang memiliki energi nano dapat dikalahkan dengan mudah?" Calvin mundur langkah demi selangkah saat menyadari kalau musuhnya bukanlah orang biasa. Terlebih karena mereka hanya berlima, namun semua anggota elite yang memiliki energi nanonya dapat dikalahkan dengan mudah. "Karena ada seorang pemilik energi nano yang sebenarnya." Alisya langsung mengeluarkan energi nano yang menghasilkan gelombang kejut yang sangat kuat dengan frekuensi tinggi yang membuat jantung Calvin seolah tertekan dengan sangat keras dan dadanya sesak. "Kau.. bukankah organisasi sudah berhasil membunuhmu? Tidak mungkin mereka gagal." Calvin yang tahu segalanya semakin membuat Alisya ingin menangkapnya secara hidup-hidup. Calvin akan memberikan informasi lebih mengenai Black Falcon jika mereka menangkapnya hidup-hidup.