Chapter 383 - Serangan Mendadak

Belum sempat Alisya ingin melumpuhkan Calvin, sebuah tembakan dari senjata shotgun Saiga 12 yang langsung menghujamkan 600 tembakan dalam semenit untuk memberikan ruang bagi Calvin melarikan diri. Calvin yang mendapatkan peluang dengan cepat mengarah kepada ujung atap agar helikopter tersebut bisa datang menjemputnya. "Alisya…" teriak Adith ditengah hujaman tembakan, namun Alisya tak peduli dan langsung mengejar Calvin. Jika kali ini dia berhasil lolos maka keberadaannya akan membuat Black Falcon melakukan perburuan dan pembantaian secara besar-besaran. "Sial, ini harus secepatnya dilaporkan." Calvin langsung mengulurkan tangannya untuk bisa naik ke helikopter. "Selamat datang… Aku datang untuk menjemputmu!" Riyan yang berpakaian lengkap sebagai seorang tentara ternyata berada di dalam helikopter tersebut membuatnya kaget dan ingin melarikan diri namun Riyan bisa menangkapnya dengan mudah dan menjatuhkannya dalam helikopter. "Brengsek!!! Ternyata kalian hanya menipuku?" Maki Calvin tak tahu kalau itu adalah helikopter dari para tentara. "Oh tentu saja kami tidak menipumu, lihat ke arah sana." Tunjuk Riyan pada sebuah helikopter yang sudah oleng berputar-putar dan meledak ketika jatuh menghantam tanah. "Jangan remehkan kami, meski kami bukan pasukan khusus, tapi kami juga bisa menghancurkan kalian dengan mudah." Ucap Riyan dengan penuh rasa bangga. "Kerja bagus Ryu!" Riyan memuji kehebatan Ryu yang langsung menjatuhkan helikopter musuh hanya dengan satu tembakan yang langsung mengenai kepala pilotnya. "Bukan masalah buatku!" Ryu tersenyum bangga karena kali ini bisa melesatkan tembakan dan berperan dalam pertarungan bersama Alisya. Alisya tertegun melihat Riyan yang memakai baju tentaranya. Meski Riyan menutupi sebagian wajahnya, Alisya masih bisa mengenali Riyan dari pancaran energinya. Meski sangat ingin menangkap Calvin, namun ia tidak bisa berkata apa-apa jika ada pasukan lain yang ikut dalam operasi kali itu. Mereka berlima berbalik dan memutuskan untuk pergi dari sana tak ingin terlibat dengan pasukan lain agar identitas mereka tetap terjaga. "Oy…" Riyan langsung melempar Calvin kepada Alisya. "Ini bukan perintah dari atasanku, melainkan permintaan seorang sahabat." Riyan hanya menggunakan bahasa bibirnya dan segera pergi dari sana. Alisya yang melihat Riyan pergi segera mengerutkan keningnya masih tak percaya. Laki-laki penggoda zaman SMA nya sudah tampak lebih gagah dengan seragam bela negaranya. "Bawa dia!" Perintah Alisya dengan suaranya yang dingin. "Kalian akan…" Calvin yang ingin mengeluarkan kata-kata ancaman dengan cepat dibuat pingsan.  "Alisya berhenti!" Adith mencoba kembali menghentikan Alisya. Alisya tak peduli dan terus berjalan dengan aura dingin. "Bukankah kau bilang untuk menemukanku selama aku tetap ditempat ku menunggumu? Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkan aku lagi? Sudah berapa kali kau pergi meninggalkan aku?" Teriak Adith dengan suara yang cukup keras. 4 orang di belakang Alisya tertegun menatap kearah Adith. Mereka masih tak bisa menyerap akan kejadian yang sedang mereka lihat saat itu. "Pergilah terlebih dahulu." Perintah Alisya yang langsung membuat mereka memberi hormat dan menghilang seperti seorang ninja tak menyisakan jejas dan bau sedikitpun. Tepat setelah bawahannya pergi, Alisya dengan cepat melesat kehadapan Adith dan mencekik lehernya dan membanting tubuh Adith ke dekat dinding. "Kau sudah salah orang!" Ucap Alisya langsung melempar tubuh Adith ke arah lain. Adith bingung namun dengan cepat dia juga melayangkan pukulan dan tendangannya. "Apa yang terjadi? Kenapa mereka malah saling serang sekarang?" Karin yang melihat dari kejauhan tak menyangka keduanya saling serang satu sama lain. Alisya mendapatkan tendangan pada bagian dadanya begitupula dengan dengan Adith. Gerakan mereka seimbang satu sama lainnya yang membuat Alisya juga takjub dengan perkembangan Adith meski Alisya terlihat jauh lebih unggul. "Sepertinya Alisya sangat membenci Adith saat ini." Terang Yogi terus melihat pertarungan dua orang hebat dengan energi nano yang sangat luar biasa. "Tidak, Alisya terlihat masih berusaha menekan kekuatannya tapi setiap pukulan yang ia hujamkan itu terlihat sangat fatal." Zein bahkan tak menyangka kalau mereka akan berakhir dengan saling serang. Tepat setelah itu, tendangan berputar Alisya langsung menghantam keras Adith dan membuatnya lumpuh tak bergerak lagi. Dengan batu kerikil yang ada di atap sana, Alisya menghancurkan 5 Kamera drone dengan sangat cepat. "Ryu, tembak pada Arah jam 10 ketinggian 100 meter, gunakan sudut 45 derajat" Bisik Adith pelan. Tanpa bertanya lagi, Ryu segera melesatkan tembakan sesuai dengan arah yang diberikan kepadanya. "Pranggg" setu tembakan Ryu langsung menghancurkan 3 kamera drone sekaligus yang berada cukup jauh dari Alisya. Mereka terdiam beberapa saat, namun begitu tak mendengar dan merasakan keberadaan drone lagi, Adith bangun dan berdiri dengan tegap. "Kemarilah!" Suara Adith yang lembut dan membuka kedua tangannya dengan lebar membuat Alisya langsung menghambur jatuh kepelukan Adith. Bahu lebar Adith membuat Alisya terlihat jadi lebih mungil dalam pelukannya. Alisya menangis dengan suara tertahan dan memeluk erat tubuh Adith. "Maafkan aku, maaf karena tak bisa mengingatmu. Maaf karena melupakanmu, maaf.." Adith yang masih ingin berkata-kata lagi bibirnya sudah terkunci oleh bibir hangat Alisya. Kali ini ciuman itu terasa berbeda, penuh dengan perasaan yang membara dan juga ledakkan perasaan rindu yang meledak-ledak sehingga mereka larut dalam pagutan yang membuat hati dan perasaan mereka menyatu. "Ummmh…" Alisya tak bisa menahan hasrat dalam dirinya yang sudah lama merindukan Adith. Hati dan perasaan mereka terus menyatu hingga mereka sampai kehilangan nafas karena tak ingin melepaskan ciuman mereka. "Puufttt,, kau terlihat jelek dengan coretan wajahmu seperti ini" Adith tertawa pelan setelah melepas ciuman mereka yang penuh hasrat. Coretan wajah Alisya luntur karena tangisannya dan baju Adith jadi kotor karenanya. "Jangan menertawakan ku, karena kau juga sama denganku sekarang!" Ucap Alisya juga tertawa melihat wajah Adith yang ikut kotor karena coretan wajah nya yang berwarna hitam dan hijau luntur ke wajah Adith. "Aku tak peduli." Adith kembali mengulum bibir Alisya dengan lembut dan menarik pinggang Alisya menjadi lebih erat ketubuhnya. "Bisakah kalian melakukan itu setelah kalian mendapatkan kamar?" Karin datang bersama dengan teman-temannya yang lain. Adith melepaskan ciumannya dengan lembut namun masih tetap memeluk erat tubuhnya. "Cameo tolong minggi dikit, kalian sedang menganggu saat ini." Ucap Adith dengan tatapan dingin. "Thor, tolong buat scene mereka di pulangkan saja!" Pinta Alisya menghadap ke langit yang langsung membuat Karin melemparkan sepatunya ke arah mereka berdua. Adith dan Alisya tertawa pelan melihat tingkah mereka yang terlihat kesal. "Karakter kalian di buat benar-benar keterlaluan!" Maki Zein dengan kesal. Saat mereka terus saja saling lempar candaan, Adith melihat sebuah kilatan cahaya dari kejauhan yang ia rasakan di arahkan kepada Alisya. Lalu dengan cepat Adith mendorong Alisya dan mendapatkan tembakan. Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, namun Alisya bergerak dengan cepat. "Arah jam 4!"  Ryu yang sudah pergi dari posisinya membuatnya sedikit kesusahan, namun dengan satu tarikan nafas ia bisa menghentikan peluru kedua yang diarahkan kepada Alisya lagi lalu satu tembakan berikutnya langsung melesat ke kepala si penembak tersebut. Alisya segera mengeluarkan energi nano nya hingga sejauh 1 kilometer untuk bisa merasakan keberadaan musuh lain, namun mereka sudah dilumpuhkan oleh bawahannya yang lain. Bahkan Ryu kaget dengan kemampuan Alisya yang luar biasa tersebut karena ia seolah bisa melihat mata Alisya yang bagaikan elang sedang mengawasinya. "Adith… Adith…" Alisya langsung duduk disebelah Adith setelah merasa aman. "Lukanya tidak dalam dan pelurunya tidak mengenai titik fitalnya, tapi kita harus segera membawanya kerumah sakit." Ucap Karan cepat setelah melihat luka bekas tembakan di dada Adith. "Riyan, kau masih berada di sekitar sini bukan?" Zein dengan segera menghubungi Riyan yang memiliki helikopter. "Aku akan segera kesana!" Ucap Riyan cepat. Darah yang keluar dari dada Adith membuat Alisya menempatkan tangannya ke dada Adith untuk menutupi pembuluh darah yang pecah serta meningkatkan kerja sel nano yang ada di dalam tubuh Adith.