Chapter 385 - Kau Membuatku Semakin Gila, Alisya!

Tepat setelah Mery dan Yogi keluar dari ruangannya, Adith dengan segera menarik tangan Alisya dan menjatuhkannya ke atas tubuhnya. "Karena kau sudah menyinggung nya, kenapa kita tidak mulai saja sekarang?" Adith berbisik hangat di telinga Alisya yang langsung membuat wajah Alisya memerah padam. Meski tau kalau Adith sedang mengerjainya, namun ia kembali teringat akan apa yang dikatakan oleh Mery. "Oh tidak, jangan tunjukkan wajah seperti itu. Aku sudah sangat ingin memakanmu sekarang tak peduli kita sedang berada di rumah sakit" Adith tak bisa menahan dirinya lagi melihat wajah Alisya yang tampak malu-malu. "Kau hebat, akhirnya sekarang kau akan menikahi Aurelia setelah sekian lama. Aku pikir kau akan terus melarikan diri." Suara Beni yang terdengar mendekat membuat Alisya dan Adith saling berpandangan. "Selamat, aku sangat bahagia melihat kalian berdua akhirnya memutuskan untuk bersama." Suara Emi membuat keduanya yakin kalau teman-temannya akan ke ruangan Adith. "Tok-tok tok…" Yogi sengaja mengetuk pintu meski tahu bahwa Adith dan Alisya pasti sudah mendengar suara mereka di luar. Karena panik, Alisya langsung melompat kedalam selimut Adith dan dengan refleks Adith juga menutup Alisya menggunakan selimutnya. "Kau pergi mengeluarkan satu orang namun kembali membawa pasukan." Adith kesal dengan Yogi yang tak mengetahui situasi. Tak melihat keberadaan Alisya di sana namun tak melihat Alisya keluar dari ruangan dan sikap juga gelagat aneh Adith membuat Yogi terpikir bahwa Alisya yang sedang menyembunyikan identitasnya pasti akan bersembunyi. Dan tempat yang pasti bisa dijadikan Alisya untuk bersembunyi adalah di dalam selimut Adith. Yogi menyeringai licik sedang memikirkan sesuatu untuk mengerjai Adith. "Bagaimana keadaanmu? Aku tak menyangka kalau kamu akan tertembak seperti itu." Aurelia menatap Adith dengan sangat khawatir. "Sudah jauh lebih baik, mungkin hanya perlu pemeriksaan ulang saja untuk bisa lebih dipastikan." Adith berusaha untuk menekan ekspresinya. Tubuh hangat Alisya yang menindih pahanya membuatnya tak bisa berpikir denga jernih. Nafasnya mulai memburu dengan tubuhnya yang mengalirkan energi listrik hingga ke ubun-ubunnya. "Istirahatlah, aku akan membuat posisimu untuk sedikit lebih nyaman." Yogi sengaja menurunkan ranjang Adith secara tiba-tiba yang membuat wajah Alisya membentur bagian bawah Adith. "Aku akan membunuhmu Yogi." Maki Adith dengan suara tertahan. Nafas hangat Alisya membuatnya tak bisa menahan hormon kejantanannya untuk bangkit.  Adith merasa malu dengan kejadian itu sedang Yogi semakin ingin menyiksa Adith. Meski Alisya adalah istrinya, mereka yang terpisah dalam waktu yang lama tentu saja membuat mereka akan sedikit canggung dengan kejadian seperti ini. Tebalnya selimut semakin membuat tubuh Alisya berkeringat dan lengket sehingga Adith bisa merasakan kehangatan tubuh Alisya yang membuatnya semakin tersiksa karena menahan diri. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Beni merasa khawatir dengan lenguhan nafas Adith yang tertahan. "Apa kau merasa sesak pada bagian dadamu? Nafasmu sampai berat seperti itu." Gani juga berpikir bahwa mungkin saja luka tembakan pada dada Adith membuatnya bertingkah seperti itu. "Oh iya, aku akan memanggil dokter kemari." Feby segera berlari keluar tanpa menunggu jawaban Adith. "Keringatmu banyak sekali, aku akan menyetel AC ny lebih dingin." Adith langsung menatap penuh Terimakasih kepada Emi. Suhu Ac yang dingin sedikit memberikan rasa tenang pada Adith. "Ada hal yang kau perlukan?" Tanya Gina memastikan keadaan Adith. "Tidak, Terimakasih banyak karena kalian sudah datang kemari." Adith berucap dengan tulus.  "Oke teman-teman, mari berikan ruang agar Adith bisa beristirahat lebih dulu karena dia baru sadarkan diri. Selain itu dia juga sedang butuh waktu untuk menenangkan diri." Yogi tertawa pelan mulai mengajak teman-temannya keluar. "Ja.. jangan bergerak!!!" Adith mendesah pelan saat Alisya menggeliat karena kepanasan. "Ada apa?" Aurelia merasa aneh dengan tingkah Adith. Tepat saat itu karena mereka terlalu lama untuk keluar, Ayah Karin dan Karan datang menghampiri Adith untuk memeriksa kondisi Adith. Yogi kembali tertawa hebat sambil menyuruh teman-temannya untuk memberikan ruang bagi keduanya memeriksa kesehatan Adith. "Bagaimana perasaanmu?" Tanya Ayah Karin dengan suara berat yang hangat. Alisya yang ingin keluar tidak akan mungkin muncul dengan situasi yang tak nyaman itu sehingga Alisya menatap Adith dengan penuh permohonan. "Apa dadamu masih terasa sakit?" Saat Karan mendekat ke arah Adith yang terlihat kesulitan untuk bernafas, Adith dengan cepat menghentikan Karan. "Maaf, bisakah kalian memberiku sedikit privasi sebentar saja?" Panas di tubuh Adith seolah akan meledak melalui ubun-ubunnya. Listrik di tubuhnya tak berhenti mengalir dan menggetarkan tubuhnya membuat benda pusakanya tak bisa ia kendalikan dengan baik.  "Hah?" Karan tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Adith. Ayah Karin yang melihat selimut itu nampak lebih tebal dari biasanya dan wajah memerah semu Adith membuatnya paham akan situasi yang sedang dihadapi oleh Adith saat ini. "Apa 10 menit cukup?" Tanya Ayah Karin yang langsung dianggukkan pelan oleh Adith. "Itu lebih dari cukuphh!" Adith masih bernafas dengan berat. Ayah Karin segera memanggil Karan untuk keluar terlebih dahulu, menutup tirai pintu Adith dan menguncinya dari luar. Sikap ayahnya tentu saja membuat Karan semakin bingung dan curiga. Tepat saat itu, Alisya dengan kikuk bangkit dari posisinya. Karena malu, Alisya ingin melarikan diri dan masuk kedalam toilet namun Adith langsung menarik tangan Alisya. "Mau kemana kamu? Bukankah aku harus meminta tanggung jawabmu sekarang?" Tatap Adith yang merasakan panas ditubuhnya sudah sedikit tenang. "Tanggungjawab atas apa? Aku tak melakukan apapun, sebaiknya aku keluar sekarang sebelum mereka masuk lagi." Alisya berusaha untuk melarikan diri namun Adith membantingnya ke atas kasurnya. "Kau sudah membuat ku sangat menderita hari ini, jadi kau harus aku hukum!" Ucap Adith langsung mengulum bibir Alisya dengan hangat. Selama 8 menit mereka melakukan itu tanpa sedikitpun mengambil nafas membuat Adith semakin merasakan ekstasi yang diberikan oleh Alisya. "Huhhh… Aku ingin memilikimu seutuhnya, tapi sepertinya aku harus bersabar lagi. Jika 7 tahun aku mampu, maka 7 jam bukanlah hal berat bagiku. Tunggu aku di apartemen ku." Adith membelai lembut rambut Alisya tak ingin melepaskan dirinya. "7 tahun aku menunggumu, 7 jam bukan masalah besar bagiku." Alisya terseyum dan bangkit dari kasur Adith. Tidak bisa keluar melalui pintu utama karena teman-temannya akan melihatnya, demi menjaga keselamatan mereka identitas aslinya cukuplah sebagian orang saja yang mengetahuinya terlebih dahulu sehingga ia terpaksa keluar melalui jendela. "Ahhh.. kau membuatku semakin gila, Alisya!" Desah Adith kembali terbaring diatas ranjangnya. Adith langsung memegang kepalanya yang sakit. Pesona Alisya membuat emosi dan perasaan Adith seolah ingin meledak dengan hebat.