Chapter 391 - Duo Serigala Sialan

"Bagaimana hasil pemeriksaannya?" Alisya segera menghampiri Ayahnya yang baru saja menyelesaikan seluruh rangkaian pemeriksaannya. "Dia baik-baik saja, jantungnya juga sudah terlihat lebih sehat sekarang." Seorang dokter ahli radiologi memberikan hasil pemeriksaannya kepada Alisya. "Syukurlah, jadi sekarang harusnya bapak tidak banyak pemikiran lagi. Bapak harusnya menenangkan pikiran bapak dan serahkan urusan kantor kepada Ryu saja." Alisya merajuk dengan mulut bersungut-sungut yang membuat dokter dan Ayah Alisya tertawa gemas. "Benar yang dikatakan oleh nona Tuan, saya siap untuk mengerjakan semua perintah tuan dan tuan cukup duduk dengan tenang saja!" Ryu segera membenarkan ucapan Alisya karena tak ingin menyusahkan ayah Alisya. "Urusan merawat juga kan ada Akiko paman!" Akiko dengan cepat memberikan pendapatnya. "Pemikiran bapak akan tenang kalau setidaknya kamu segera memberi bapak seorang malaikat kecil. Kau yang sekarang sudah terlalu tua untuk dimanja-manja lagi, terlebih karena rahangmu terlalu keras." Ucap ayahnya dengan tertawa pelan. "Bapakk… itu kan" Baru saja Alisya ingin berasalan, tiba-tiba seseorang membuka pintu dan masuk. "Tenang saja Pa, aku akan memastikan Alisya untuk segera memberikan mu cucu!" Adith tersenyum dengan lebar saat mengatakan hal tersebut. "Adith? Kenapa ada disini? Dirumah sakit gimana? Nggak ada shift?" Alisya menyerbu Adith dengan banyak pertanyaan. "Sudah aku bilang kalau aku akan menjemputmu pulang nanti." Adith membelai lembut rambut Alisya. Melihat Adith berada disana, dokter yang memeriksa Ayah Alisya sebelumya segera bangkit dengan kaget. "Dokter Adith? Wah suatu kebanggan bagi saya bisa bertemu dengan anda. Saya tak menyangka kalau Anda adalah menantu dari tuan Lesham." Ucapnya dengan tatapan penuh takjub. "Tidak usah terlalu sopan dok, saya hanyalah seorang suami sederhana dari seorang wanita yang sangat luar biasa." Adith memeluk Alisya erat. "Maafkan saya karena tidak mengatakan itu sebelumnya. Dia benar anak menantu saya, suami dari putri tercintaku Alisya." Ayah Alisya menatap anaknya penuh kasih. "Anda sangat beruntung pak, tuan Adith dikenal sangat jenius dalam melakukan setiap operasi saraf yang fatal. Kemampuannya itu membuat dia disebut sebagai si Jenius Ajaib dengan tangan Malaikat." Ucapnya seolah sangat mengagumi Adith. "Jenius Ajaib? Yang ada malah Jenius Yang Nakal. Sifat jail dan mesumnya nggak ketulungan." Batin Alisya tersenyum simpul mendengar pujian dokter tersebut. "Waaahh… Kak Adith ternyata dari dulu tak banyak berubah, selalu saja menjadi orang yang luar biasa." Puji dengan sifat cerianya. "Meski begitu, dia selalu kalah selangkah dari nona." Ucap Ryu datar. Mereka semua tertawa riuh mendengar Ryu yang berkata dengan ekspresi yang sangat serius. "Kalian pasti lapar, aku memiliki satu tempat untuk makan yang terkenal dan sangat sehat." Ajak Adith cepat sebelum mereka pulang. "Memangnya kamu tidak kerumah sakit?" Ayah Alisya tak ingin merepotkan anak menantunya tersebut. "Tidak, saya masih punya beberapa jam untuk menemani mu makan Pa." Jawab Adith cepat yang langsung membuat Ayah Alisya senyum. "Ya sudah, mari kita pergi makan." Ucap Ayah Alisya yang langsung membuat Alisya dan Akiko tersenyum-senyum senang. Ketika mereka berjalan keluar, mereka bertemu dengan Ayah Karin dan Karan yang nampak bersiap akan melakukan operasi. "Maaf karena tidak bisa menemanimu dalam pemeriksaan tadi." Ucap Ayah Karin dengan penuh tulus kepada sahabat lamanya tersebut. "Tidak masalah, aku punya lebih dari sekedar orang yang bisa menemaniku lagi sekarang." Ayah Alisya melirik 2 orang wanita yang sedang memeluknya dengan erat. "Pufftt hahahahha… kau benar juga, sepertinya aku tak perlu terlalu mengkhawatirkanmu sekarang!" Ucap Ayah Karan menepuk pundak Ayah Alisya dengan bahagia. Mereka segera berpamitan dengan Ayah Karin untuk segera mencari makan untuk Ayah Alisya yang mulai keroncongan. "Ah .." Akiko melepas tangannya dari pamannya saat satu lengan yang lain ditarik oleh Karan dengan lembut. "Paman, apa aku boleh membawa Akiko keluar malam ini?" Tanya Karan dengan memeluk erat Akiko. Melihat wajah Akiko yang memerah malu membuat ayah Alisya paham akan apa yang dimaksudkan oleh Karan. "Tentu, selama yang bersangkutan juga tidak keberatan." Ucap Ayah Alisya mengizinkan dengan senang hati. "Cup!" Karan mencium pipi Akiko dihadapan mereka semua. Ryu dan Adith yang masih belum tahu kejadian sebelumnya hanya bisa mengernyitkan dahinya tak percaya. "Tunggu aku menjemputmu nanti, sekarang temani pamanmu dulu karena aku juga masih harus melakukan orperasi. Selesai dari sini aku akan menjemputmu dengan segera." Bisik Karan yang kemudian melepaskan tangannya dari pinggang Akiko. Akiko langsung berlari ke Alisya dengan menutup wajahnya yang memerah malu. "Sepertinya paman ingin mendengar ceritamu saat makan nanti." Ayah Alisya membelai rambut Akiko dengan lembut.  Akiko yang sudah merawat dan menjaganya selama ini membuatnya menganggap Akiko sebagai putri keduanya. Adik dari dari Alisya yang juga sangat disayanginya. Karin yang baru saja datang langsung mendekati Alisya dengan tatapan bingung. "Apa dia salah makan? Kenapa sikapnya pada Akiko tiba-tiba terlihat seromantis itu?" Perntanyaan Karin membuat Akiko senyum-senyum sendiri. Melihat senyuman Akiko, Karin membelalak tak percaya. "Yang benar? Kenapa bisa? Ada apa? Sejak Kapan? Kok aku nggak tau? Itu gimana ceritanya?" Karin segera menyerang Akiko dengan banyak pernyataan yang tak pernah ia sangka kalau kakaknya yang sudah berumur 32 tahun itu akhirnya membuka diri. "Kamu kelamaan jomblo, jadi nggak tau apa yang sudah terjadi." Alisya langsung menyindir Karin dengan kejam sambil berlalu pergi. Ia menarik Akiko untuk tidak menjawab pertanyaan Karin yang membuat Akiko tak tahu harus bagaimana. "Aku harap kamu segera menemukan jodohmu secepatnya." Lanjut Adith dengan tersenyum licik. Ryu melewati Karin dengan ragu-ragu dan hanya menunduk sopan sebelum pergi. "Dasar Duo srigala sialan! Awas yah, akan aku buktikan kalau aku juga bisa mendapatkan jodoh dalam waktu dekat." Karin memberontak emosi memaki Adith dan Alisya. Dia lalu berbalik pergi dengan membanting kakinya kesal melihat tingkah Alisya yang pergi dengan melambaikan tangannya. Ryu kembali menoleh memperhatikan punggung Karin yang semakin menjauh. "Maafkan aku Karin, saat ini mungkin aku takkan bisa jujur padamu. Aku mungkin orang yang pengecut, aku bukanlah orang yang pantas buatmu. Seorang preman yang hanya kebetulan bertemu dengan keluarga yang sangat baik hati." Gumam Ryu menunduk dengan pasrah tak bisa jujur dengan perasaanya kepada Karin.  "Meski jika Karin yang mendatangimu?" Tanya Adith memancing Ryu setelah tak sengaja mendengar ucapan Ryu. "Aku.." Ryu tak tahu harus berkata apa mendengar pertanyaan Adith. "Kau sudah pasti tau jawabannya. Dengarkan kata hatimu agar kau tak menyesal nanti. Lihat aku." Adith sengaja memberikan dirinya sebagai contoh yang hampir saja membuat dirinya menyesal seumur hidup.