Chapter 392 - Mencabut Tulang Belakangmu

"Maaf aku tidak bisa menemani kalian lebih lama, setelah selesai dari rumah sakit aku akan menjemputmu pulang!" Adith yang mengantar mereka pulang setelah selesai makan segera meminta maaf karena tidak bisa lebih lama bersama mereka. Adith yang mendapat telpon dari rumah sakit harus segera kembali karena banyaknya pasien kecelakaan beruntun yang terjadi pada jalan tol. "Tidak apa-apa, aku bisa kembali sendiri saja kerumah." Ucap Alisya agar Adith tidak perlu mengkhawatirkannya. "Kalau begitu tunggulah aku di apartemen, pulanglah setelah kau selesai merawat Bapakmu dulu." Pinta Adith mengelus lembut rambut Alisya. "Hati-hati dijalan." Ucap Alisya mengantarkan kepergian Adith di depan gerbang. Adith dengan segera memacu kencang mobilnya menuju kerumah sakit. Sesampainya disana perawat yang selalu bekerja sama dengannya sudah datang menjemputnya dengan membawakan Jas putih milik Adith. "Jelaskan situasinya." Ucap Adith dengan berjalan cepat sembari memakai pakaiannya. "Beberapa pasien yang mengalami kecelakaan ada sekitar tiga orang yang mengalami cedera pada bagian otak dan tulang belakangnya. Terjadi kerusakan atau luka pada saraf yang terletak di saluran (kanal) tulang belakang salah seorang pasien." Perawat itu terus menjelaskan seluruh situasi pasien kepada Adith sembari mempercepat langkahnya untuk mengejar Adith. "Apa ruang operasinya sudah disiapkan?" Tanya Adith mulai memasuki pintu lift. "Beberapa ruang sudah hampir penuh, kita hanya punya ruang yang tidak cukup memiliki alat-alat yang memadai untuk melakukan operasi." Seru perawat tersebut sama-sama berhenti berjalan setelah keluar dari lift. "Jalankan Emergency Operation, kita tidak bisa menunggu sampai ruang operasi lainnya siap karena penanganan cedera pada saraf tulang belakang harus segera dilakukan. Jika tidak, akan memengaruhi lama masa pemulihan, memperburuk kondisi, dan menimbulkan komplikasi." Jelas Adith segera berjalan kembali untuk melihat kondisi pasien. Setelah bertemu dengan pasien, tanpa basa basi lagi Adith langsung melakukan pemeriksaan fisik, termasuk tes saraf, dengan menguji kekuatan otot dan kemampuan pasien merasakan rangsangan (misalnya sentuhan ringan atau tusukan benda tajam berukuran kecil seperti peniti). Setelah melakukan sejumlah prosedur yang harus ia lakukan sebagai seorang dokter, ruang yang sudah disiapkan oleh sang perawat segera membuat Adith membawanya masuk ke dalam ruang operasi dan melakukan operasi tersebut dengan cepat. "Methylprednisolone" Adith meminta suntikan kepada perawat sebelum memulai pembedahan nya. Suntikan methylprednisolone  diberikan untuk menangani cedera saraf tulang belakang yang akut.  Selanjutnya Adith melakukan pembedahan Pembedahan yang dilakukan untuk membuang potongan-potongan tulang, benda asing, atau retakan tulang belakang yang ada di tubuh pasien akibat kecelakaan. Pembedahan ini diperlukan untuk mencegah serta memperbaiki kelainan bentuk dan posisi tulang belakang. Hampir selama 5 jam Adith berada didalam ruang operasi dengan beberapa peralatan yang harus ia buat di tempat itu juga. Beberapa perawat yang menemaninya sampai terkagum-kagum dengan kemampuan Adith yang mampu mengobati dan menciptakan dalam waktu yang bersamaan. "Sepertinya dia belum pulang." Alisya masuk kedalam apartment Adith yang nampak sunyi.  Alisya sudah mencoba menghubungi Adith sekali namun tak berani menelpon untuk yang kedua kalinya karena takut kalau Adith akan terganggu. Sembari menunggu Adith, Alisya tertidur di atas sofa setelah menyiapkan beberapa makanan yang ia masak sebelum tertidur.  Di pagi hari ia terbangun, keberadaan Adith juga masih belum dirasakannya. Melihat jam sudah hampir menunjukkan pukul 7, Alisya dengan cepat segera bersiap-siap ke kantor. Tidak lupa dia menyiapkan makanan untuk Adith sebelum pergi. "Mba mencari dokter Adith?" Tanya sang perawat yang mendapati Alisya sedang mengetuk pintu ruang kerja Adith. "Dia ada?" Tanya Alisya singkat. "Dokter masih sibuk melakukan operasi, dia belum keluar sejak semalam. Apa ada yang ingin disampaikan?" Tanyanya dengan tatapan menyelidik melihat kotak makanan yang Alisya bungkus dengan rapi. "Ah tidak, tolong berikan ini kepada dokter." Alisya segera memberikan apa yang dibawanya tersebut kepada sang perawat lalu berlari keluar karena tak ingin terlambat memasuki kantor. Ia sudah tidak masuk selama beberapa hari, takut akan terjadi hal buruk pada Yani, Alisya terpaksa tak bisa menunggu hingga Adith selesai. Beberapa saat kemudian Adith kembali ke dalam kantornya untuk sekedar mengambil udara dan beristirahat sejenak sebelum kembali melakukan tugasnya lagi. "Ah.. dokter, tadi ada seorang perempuan berkaca mata menitipkan ini untuk dokter." Adith segera mengambil tas berisi kotak makanan tersebut. "Dia sudah pergi?" Tanya Adith cepat yang hampir berlari keluar untuk mencari Alisya. "Sudah, tapi dia titip pesan. Katanya kalau makanan ini tidak dihabiskan, dia….dia akan mencabut tulang belakangmu untuk dijadikannya cambuk." Ucap sang perawat ragu-ragu untuk mengatakannya. "Pufttt hahahahahahha!" Adith tertawa dengan terbahak-bahak membayangkan bagaimana ekspresi Alisya saat mengucapkannya. Adith sangat bahagia dengan bentuk perhatian Alisya yang seperti itu. Dengan penuh berseri-seri, dia tak berhenti tersenyum saat menatap kotak makanan tersebut. Sang perawat yang masih berada disana cukup bingung dengan sikapnya meski ia sudah banyak mendengar tentang Adith yang sudah memiliki seseorang sebelumnya. Namun karena penasaran, ia dengan ragu-ragu bertanya pada Adith. "Dok, apa dia…" meski penasaran, dia tetap saja takut untuk menanyakan siapa sebenarnya wanita itu bagi Adith. "Dia istriku!" Ucap Adith dengan senyum bahagianya. Mendengar ucapan Adith, dia terkejut bukan main. Tak ingin bertanya lagi, ia memutuskan untuk meninggalkan Adith dengan senyuman bahagianya. Setidaknya perawat itu sudah melihat senyum Adith yang belum pernah ia lihat sebelumnya. "Dok, 5 menit lagi operasi berikutnya akan dimulai." Perawat yang bekerja dengan Adith berkata dengan cepat setelah mengetuk pintu. "Baiklah, aku akan kesana secepatnya." Ucap Adith cepat mulai membuka satu persatu kotak makanan yang dibawa oleh Alisya. "Ummmm… sepertinya nona itu yang membawakanmu makanan yah dok!" Perawat itu yang sudah mengetahui Alisya segera tahu mengapa Adith sampai tersenyum-senyum bahagia melihat kotak makanan di atas mejanya. "Benar, baru kali ini aku akan memakan masakannya setelah sekian lama." Adith sudah tak sabar ingin merasakannya. "Ikutlah makan bersamaku, kau juga belum makan semalaman bukan? Aku rasa ini cukup banyak." Panggil Adith karena tahu mereka berdua semalaman penuh bekerja tanpa henti. "Ohh… tidak, tidak! Jika itu masakan pertama kali, maka sebaiknya anda yang harus menghabiskannya sendiri. Saya tidak ingin dijadikan sebagai bahan makan selanjutnya untuk membuat pisang geprek gara2 ketahuan makan punya anda. Saya permisi dulu." Perawat itu segera menghilang secepat kilat. Dia yang seorang perempuan paham betul akan perasaan seorang wanita saat memberikan sesuatu kepada pasangannya terlebih soal makanan yang ia inginkan agar sang pria berkata puas dengan apa yang dimakannya, bukan dengan berbagi kepada orang lain meski itu ada baiknya juga.