Chapter 393 - Aromamu Melekat di Panca Indraku

Sesampainya di kantor, Alisya segera mencari Yani. Begitu masuk, Alisya tak menemukan Yani disana sehingga ia mencari Vindra.

"Ayumi, kamu baik-baik saja? Bos keji itu tidak melakukan sesuatu lagi padamu kan? Kau membuatku khawatir karena kau tak masuk kantor selama beberapa hari." Yani yang muncul dari belakang Alisya bersama Vindra segera memanggil Alisya cepat.

Raut wajahnya nampak sangat khawatir kepada Alisya. Sedang Alisya terkejut dengan tubuhnya yang basah kuyup. Yani seolah habis mendapatkan perundungan namun masih saja ia mengkhawatirkan Alisya dibanding dirinya sendiri.

"Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau basah kuyup seperti ini?" tatap Alisya dengan penuh khawatir.

"Ummm Itu.." Vindra ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Alisya, namun ia dihentikan oleh tatapan tajam Yani.

"Bukan apa-apa, aku hanya terpleset dilantai Wc dan menghancurkan westafel yang akhirnya tersebur dengan keras oleh air." Ucap Yani langsung mengalihkan pembicaraan.

"Kau pikir dirimu Hulk? Dari mana datangnya kekuatanmu dengan lengan yang lunglai seperti ini?" Alisya memarahi Yani yang mencoba membohonginya dengan menaikkan tangan Yani yang jatuh bagaikan tak memiliki tulang.

"Kau meremehkanku?" Yani menatap dengan tajam seolah dia bukanlah tipe orang yang bukan penakut atau mudah untuk dirundungi.

"Pletakkkk" Alisya dengan gemas memukul kepala Yani. Dia tau kalau Yani sedang bersikap kuat dihadapannya, namun dia bukanlah seorang yang juga dapat dengan mudah dirundungi oleh orang lain. Alisya mencoba untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh Yani kali ini.

Mereka kemudian segera melakukan pekerjaan yang sudah beberapa hari Alisya tinggalkan dengan bantuan Yani dan Vindra dalam menyediakan data yang sudah diberikan kepada mereka.

"Ayo kita pulang." Ajak Alisya kepada Yani dan Vindra yang terbaring lelah disebelahnya setelah seharian mereka bekerja tanpa henti.

"Tidak, Ibu Lian ingin kita mengumpulkan pekerjaan itu besok pagi." Jelas Yani takut tak bisa menyelesaikannya dengan segera.

"Benar, kita akan dalam masalah lagi jika kita tidak menyelesaikan pekerjaan ini secepatnya." Tambah Vindra memikirkan bagaimana reaksi Ibu Lian saat mereka tak menyelesaikannya secepatnya.

"Sudah selesai." Ucap Alisya santai.

"Iya betul kita harus menyelesaikannya." Terang Yani cepat.

"Eh?? Apa?!" Yani dan Vindra bertanya serempak kaget. Yani yang sebelumnya tak sadar akan apa yang dikatakan oleh Alisya terkejut bukan main.

"Kamu sudah menyelesaikannya?" tanya Vindra ingin memastikan pendengarannya.

"Kamu beneran sudah menyelesaikannya?" Yani segera melihat program yang dikerjakan oleh Alisya dan ia terkejut bukan main karena Alisya sudah menyelesaikannya dengan sangat rinci bahkan sangat rapi dan siap untuk digunakan.

"Bagaimana mungkin kau bisa menyelesaikan pekerjaan yang harusnya selesai dalam waktu 1 minggu dapat dengan mudah kau selesaikan hanya dalam 6 jam saja? Aku bahkan sampai ingin memaki ibu Lian karena mengharuskan kita untuk menyelesaikannya dalam waktu 1 hari." Vindra masih tak percaya dengan kemampuan Alisya yang sangat luar biasa.

"Kita hanya butuh uji coba saja sebentar, jadi kenapa kita tidak pergi makan untuk istirahat sejenak dulu?" Alisya berdiri dari kursinya mengajak Yani pergi dari kantor tersebut.

"Tunggu aku!" Vindra segera mengejar mereka berdua.

"Ayumi, bagaimana kau bisa menyelesaikan itu semua sendirian saja? Sampai sekarang aku masih tak percaya kalau kau hanya tamatan SMA saja." Yani bertanya dengan menyelidik. Meski ia sudah mengenal Alisya, segala hal tentang Alisya masih menjadi sebuah misteri baginya.

"Apa? Tamatan SMA? Kau sedang bercanda? Mana mungkin tamatan SMA bisa menyelesaikan sebuah program dengan secepat itu. Itu hal yang mustahil bahkan untuk seorang yang jenius sekalipun, dan hanya ada satu orang diperusahaan ini yang bisa melakukannya yaitu direktur Adith." Ucap Vindra tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Yani.

"Tapi itulah kenyataanya, sahabatku yang berada dihadapanmu ini bisa bahkan mungkin bisa mengalahkan direkturmu yang kau kagumi itu." Ungkap Yani dengan penuh kebanggaan.

"Oke, aku akui itu. Sebab pekerjaan tadi biasanya akan dikerjakan dalam bentuk tim dengan beberapa orang akan mengerjakan beberapa bagian namun kamu bisa menyelesaikannya sendiri itu sudah sangat luar biasa. Siapa sebenarnya dirimu?" tanya Vindra penasaran dengan sosok Alisya.

"Aku adalah Ayumi sahabat Yani, aku banyak mengetahui hal tersebut berkat ayahku yang kejam." Alisya hanya bisa menjawab asal dengan tertawa pelan.

"Sudahlah, kau memaksanya sampai kapanpun dia tidak akan mengatakan apa-apa. Karena semua sudah selesai, sebaiknya kita pulang dan tidur dengan nyenyak." Ucap Yani yang segera melirik kea rah taksi untuk pulang.

Meski masih penasaran, Vindra tak bisa berbuat apa-apa lagi dan memilih pasrah untuk pulang. Setelah melihat Alisya dan Yani pulang, dia juga segera menuju parkiran kantor untuk mengendarai motor besar miliknya.

Begitu sampai di apartemen, Alisya masih juga tak menemui Adith disana. Dengan rasa khawatir, Alisya segera membersihkan diri dan pergi membuatkan makanan untuk Adith.

"Bagaimana keadaanya dokter?" seorang ibu-ibu dengan cepat menghampiri para dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.

"Tidak perlu khawatir, dia sudah selamat sekarang" jawab Adith dengan tersenyum hangat.

Ibu itu segera berterimakasih kepada Adith dan yang lainnya dengan tulus sebelum akhirnya ia mengikuti suaminya yang keluar dari ruang operasi menuju kamar pasien.

"Anda telah bekerja keras dokter Adith, akhirnya semuanya telah selesai." Seorang dokter yang keluar bersamanya dari ruang operasi segera mengucapkan terimakasih banyak kepada Adith.

"Anda juga melakukan hal yang sama dokter Rizal, berkat bantuan anda saya jadi bisa menyelesaikannya dengan cepat." Ucap Adith dengan tulus.

"Meski begitu, saya sangat takjub dengan cara kerja anda. Anda bahkan tak sempat beristirahat selama 30 jam untuk melakukan operasi, tubuh anda seperti robot saja. Sebaiknya anda beristrahat sekarang, jika tidak aka nada seseorang yang akan merana." Tebak dokter Rizal mengingat Adith bekerja dengan begitu ramah dan tanpa mengeluh sedikitpun. Ia yang terbiasa menampilkan ekspresi dingin kini lebih hangat dan ceria.

"hahahahah.. sepertinya anda semakin peka saja!" mereka tertawa riuh setelah saling bersalaman untuk kembali keruangan mereka masing-masing.

Begitu masuk kedalam ruangannya, kamarnya yang gelap menandakan ia belum kembali untuk beberapa saat dari ruang operasi sehingga dengan malas ia berjalan menggantung pakaiannya menuju ke tiang gantungan yang tak jauh berada di dekat mejanya.

Begitu akan berbaring pada kasur yang ada didalam ruangannya, Adith merasakan seseorang berada dibelakangnya sehingga dengan satu Gerakan cepat, ia membanting orang tersebut.

"Meskipun aku tak melihatmu, aroma tubuhmu sudah melekat dalam panca indraku." Tatap Adith kepada Alisya yang kini sudah di tindihnya.

"Aku pikir aku bisa mengejutkanmu, kalau seperti ini jadinya tidak seru." Ketus Alisya kesal karena Adith mengetahuinya.

"Suami mana yang tak bisa mengenali istrinya sendiri?" bisik Adith ditelinga Alisya dengan senyuman licik.

Cahaya temaram dari luar jendela memungkinkan Alisya untuk bisa melihat wajah Adith dengan senyuman licik itu membuat Alisya semakin kesal.  

"Cih, apa kau tidak ingat siapa orang yang pernah lu… ummmphhh" Alisya tak bisa melanjutkan lagi kata-katanya karena bibir Adith telah membungkam mulut Alisya.

Melihat Alisya berada disana membuat rasa lelah Adith selama 30 jam itu seolah menguap tak bersisa. Alisya adalah obat paling ampuh bagi Adith sehingga tentu saja dengan menciumnya perasaanya kepada wanita itu seolah tersampaikan. Apa lagi dia adalah istrinya yang sangat ia cintai.

"Aku sangat merindukanmu sayang!" bisik Adith dengan menggigit telinga Alisya.

"Akh,, Dith! Ini rumah sakit, hentikan. Kau ingat aku masih PMS" Ciuman Adith semakin panas dengan beralih ke leher Alisya membuat Alisya panik mengingat mereka sedang berada di rumah sakit.

Tiba-tiba saja, Alisya tak lagi merasakan Gerakan bibir Adith dilehernya. Yang ada hanyalah suara nafas Adith yang berat dan teratur. Adith sudah jatuh tertidur didalam pelukan Alisya.

"Bisa-bisanya kau tertidur saat sudah melakukan itu padaku." Meski takut, Alisya seolah menyesali keberadaan mereka serta kondisinya saat itu. Melihat Adith yang sudah tertidur pulas, Alisya tersenyum Bahagia membelai lembut Adith dan memeluknya erat.