Chapter 395 - Bekerja Keraslah

"Kamu beneran nggak mau aku antar? Aku bisa mengantarmu sampai ke dekat kantor atau aku akan menurunkanmu dijalur khusus di dalam perusahaan atau di.." Adith yang terus mengomel ingin mengantar Alisya langsung di hentikan seketika oleh Alisya. "Aku tau kau ingin sekali mengantarku" Alisya merapikan dasi Adith. "Tapi kau tau kan apa yang habis kau lakukan tadi pagi?!" Alisya menggeram dengan mencekik leher Adith menggunakan dasinya. "Orang lain mungkin takkan mengenaliku sebagai Ayumi, tapi banyak dari kantormu yang tau siapa wanita itu dan aku paling malas berurusan dengan perempuan. Lebih baik membunuh seribu ular daripada berurusan dengan satu wanita yang sedang iri dan cemburu." Alisya mengatakannya dengan tatapan tajam dan aura kesal yang sangat besar. "O…. Oke, o.. oke!" Adith terbata-bata pasrah mengiyakan ucapan Alisya. Adith paham masalah apa yang sudah dimaksudkan oleh Alisya mengenai pagi tadi yang sudah ia lakukan. "Terimakasih, kau memang suamiku yang sangat pengertian!" Alisya melepaskan cekikannya dengan perlahan kepada Adith dan kembali merapikan dasinya dengan baik. "Kau mau kemana?" Tanya Adith menghentikan Alisya yang sudah akan pergi. "Tentu saja ke Ummmph" Adith menyandarkan tubuh Alisya ke mobilnya dan menciumnya dengan intens. "Tidak bisakah kau lihat situasi dulu? Ini tuh di luar Dith." Pukul Alisya pelan di bahu Adith. "Kau Istriku, dimana dan kapanpun juga aku bisa. Lagi pula, kau tidak perlu khawatir karena kompleks apartemen ini adalah daerah elite yang tak bisa sembarang orang yang masuk." Ucap Adith untuk membuat Alisya tenang. "Oke, aku pergi dulu. Sampai ketemu di kantor!" Alisya langsung mengendarai skuter yang sengaja disediakan oleh Adith untuk Alisya dengan menyesuaikan pada image penyamarannya yang cupu. Melihat punggung Alisya memasuki jalanan, Adith dengan segera mengikuti Alisya dari belakang.  Bukannya mereka ber ala-ala romantis dengan sang pria yang mengikuti Alisya dari belakang tanpa sepengetahuannya, mereka malah terlibat adu kejar-kejaran. "Mereka pikir sedang syuting filem Holywood? Dua orang monster itu punya cara tersendiri untuk bersenang-senang!" Yogi harus menginjak rem dengan keras saat Alisya dan Adith melaju kencang memasuki ruang bawah tanah parkiran kantor. Alisya yang menang berlari sambil melompat-lompat dan melambai nakal ke arah Adith lalu menghilang secepat kilat. Kali ini dia merasa senang bisa mengalahkan Adith hanya dengan skuter miliknya. "Puuuftttrl" Adith tertawa pelan saat melihat Alisya pergi dengan cara yang menggemaskan. "Kalian benar-benar sesuatu!" Yogi datang menghampiri Adith dan berjalan bersama menaiki lift. "Bagaimana acara pelamaranmu?" Adith mengingat akan berita mengenai Yogi yang sudah melakukan lamaran resmi kepada Aurelia. "Semuanya berjalan dengan lancar, meski aku sempat harus bertarung hebat dengan ibunya yang kecewa padaku karena membuat anaknya menunggu lama. Tapi pada akhirnya mereka merestui kami." Jawab Yogi singkat. Terlihat jelas bagaimana Yogi nampak kelelahan dengan semua pekerjaan yang harus Adith berikan kepadanya ketika dia tidak ada serta bekas pertarungan batin dia dengan ibu Aurelia. "Kapan kalian akan melangsungkan pernikahannya?" Mereka segera keluar dari lift menuju ke ruang kerjanya. "Dua bulan kedepan, aku harap pada saat itu kita tidak mendapatkan perjalanan bisnis." Yogi mendesah mengingat pekerjaanya terkadang memiliki jadwal acak. "Apa jadwal kita hari ini?" Adith ingin memastikan beberapa hal terlebih dahulu sebelum benar-benar bisa memberikan libur kepada Yogi selama 1 bulan. "Rapat dewan direksi membahas mengenai program baru yang akan kita jalankan di perusahaan ini." Terang Yogi setelah membuka tablet agendanya. Adith dan Yogi segera masuk untuk melakukan beberapa persiapan yang diperlukan. "Ayumi, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Yani dengan ekspresi wajah sangat panik. "Ada apa sih? Kenapa sepagi ini kamu sudah terlihat sangat suram??" Alisya duduk dengan santai dikursinya. "Pagi ini direksi akan mengadakan rapat." Yani sekali lagi berbicara dengan paniknya. "Lalu apa hubungannya dengan kita??" Alisya bertanya dengan acuh tak acuh. "Itu…" Vindra yang ingin menjelaskannya kepada Alisya tiba-tiba saja ibu Lian segera datang menghampiri mereka. "Keruang rapat sekarang, jangan lupa sediakan dengan program yang sudah kalian buat kemarin." Ucapnya dengan tatapan sinis. Hanya menarik tablet yang ada di atas mejanya, Alisya dengan santai berjalan mengikuti langkah kaki ibu Lian menuju ke ruang rapat direksi. Yani dan Vindra yang belum sempat menjelaskan apapun kepada Alisya membuat keduanya panik dan tak tahu harus berbuat apa. "Direktur besar!" Sapa Lian kepada Ayah Adith yang sama-sama akan memasuki ruang rapat. "Bekerja keraslah." Senyum ayah Adith kepada Alisya dengan hangat. Respon Ayah Adith kepada Alisya tentu saja membuat Lian dan semua yang berada disana terkejut bukan main. Meski mereka tahu bahwa itu hanyalah bentuk perhatian dari seorang atasan kepada pegawai baru, namun mendapat dorongan dari atasan adalah suatu kebanggan tersendiri. Lian tentu saja menjadi semakin iri dan benci kepada Alisya yang baru beberapa bulan masuk sudah mendapatkan pengakuan dari Ayah Adith. Sedangkan dia yang sudah hampir 5 tahun bekerja bersama mereka belum pernah mendapatkan dorongan khusus. "Senang melihatmu kembali." Pak Dimas juga mengatakan hal yang membuat Lian semakin bingung terhadap siapa Alisya sebenarnya. Mereka yang berada disana mungkin mengira bahwa ucapan Ayah Adith berhubungan dengan pekerjaannya, namun entah kenapa wajah Alisya memerah panas karena yang ia pahami adalah hampir mirip seperti keinginan ayahnya yang tidak sabar untuk menantikan kehadiran seorang cucu. "Baiklah, segera mulai presentasenya!" Ayah Adith membuka rapat dewan direksi pada saat itu. Didalam ruang rapat itu, semua orang-orang dengan jabatan tinggi berkumpul ditempat yang sama. Adith dan Yogi serta Rinto juga berada disana, begitu pula dengan Elvian serta Ayahnya yang merupakan adik dari Ayah Adith juga mengikuti rapat tersebut. "Silahkan!" Tunjuk Lian kepada Alisya, Vindra dan Yani. Alisya segera menghubungkan tabletnya dengan layar hologram yang berada di tengah yang begitu ruangan menjadi sedikit gelap, layar hologram itu menampilkan isi tablet dengan sangat jelas. "Kosong?" Elvian mengerutkan keningnya tak paham. "Apa maksudnya ini? Apa kita membuang-buang waktu hanya untuk melihat sebuah presentasi kosong? Ini lelucon yang aneh." Tegas Ayah Elvian kesal. "Ayumi, apa yang kau lakukan? Bagaimana program itu bisa kosong? Bukankah harusnya program itu berada pada kalian?" Lian segera berkata dengan kesal saat Alisya hanya terdiam dengan santai. Yani dan Vindra terlihat sangat ketakutan dengan situasi itu, mereka menjadi semakin panik dan tak tahu harus berkata apa. Namun mereka tak ingin membuat Alisya menjadi orang yang disalahkan karena kesalahan mereka berdua. Lian tersenyum puas melihat situasi panik ketiga orang tersebut.