Chapter 398 - Paket Liburan Perusahaan

Adith segera berlari mengejar Alisya menuju ke ruang kerja Alisya. Ia datang tepat setelah Alisya sampai, disana sudah ada Rinto dan Yogi beserta Lian dan seluruh orang yang berada pada divisi yang sama dengan Alisya. "Semuanya, mohon perhatiannya sebentar." Yogi membuka suara untuk membuat mereka semua memusatkan perhatian mereka kepada Adith. "Karena kalian semua sudah berada disini, maka dengan ini saya mengumumkan 2 hal penting." Ucap Adith melempar pandangannya ke seluruh ruangan setelah tersenyum manis kepada Alisya. "Ibu Lian akan diturunkan dari jabatannya sebagai seorang manager, namun saya masih akan memberikan dia satu kesempatan untuk kembali membuktikan dirinya." Ucap Adith menatap ke arah Rinto untuk melanjutkan ucapannya. Perkataan Adith segera membuat heboh mereka yang berada di ruang tersebut dengan berbisik-bisik pelan. "Oleh karena itu, posisi berikutnya akan diberikan kepada Yani sebagai Manager divisi menggantikan posisi ibu Lian." Jelas Rinto langsung menunjuk pada Yani sebagai manager berikutnya. Yani terkejut mendengar hal tersebut dan tak percaya dia yang ditunjuk untuk menjadi seorang manager berikutnya. "Maaf, tapi kenapa saya? Bukankah masih banyak yang lebih pantas dibandingkan dengan saya yang merupakan pegawai baru?" Tanya Yani ingin memastikan. "Tentu saja melihat kinerjamu dalam beberapa bulan terakhir terhadap perusahaan dan juga terhadap sesama mu yang membuatmu pantas untuk mendapatkan posisi tersebut." Tegas Yogi yang sudah mendapatkan laporan keseluruhan dari Rinto sebelumnya. Alisya dan Vindra segera bertepuk tangan dengan sangat bahagia sedang Lian menunduk mengucapkan terimakasih karena masih diberi kesempatan. "Berikutnya karena hasil kerja keras kalian kita juga berhasil menyelesaikan projek kerja sama dan program pengembangan perusahaan sehingga kalian semua akan diberikan paket liburan dari perusahaan." Tegas Adith yang langsung disambut dengan sorakan heboh oleh seluruh pegawainya yang hampir berjumlah 20 orang dari divisi yang sama dengan Alisya. "Paket liburan perusahaan? Benarkah?" Bisik yang lain tak percaya. "Bukan kah itu akan diberikan setiap 2 tahun sekali pada pegawai yang berprestasi?" Tambah yang lainnya juga merasakan hal yang sama. "Dan itu hanya ada 1 dari 100 kesempatan yang bisa didapatkan." Bisik yang lainnya mulai merasa penasaran. "Selain itu, paket liburan perusahaan adalah sebuah paket mewah yang sangat luar biasa yang bahkan uang sakunya cukup untuk membeli sebuah motor skuter." Tegas yang lainnya dengan perasaan penuh semangat. Mereka berbisik satu sama lainnya dengan sangat heboh dan penuh semangat. "Seperti yang kalian ketahui, paket liburan perusahaan biasanya diberikan kepada mereka yang sudah lama bekerja dengan perusahaan serta memberikan kontribusi besar dalam pekerjaannya dan mendapatkan poin banyak. Tapi kali ini berkat kerja kerjasama kalian maka perusahaan akan memberikan paket liburan tersebut sebagai hadiah." Tambah Yogi memperlihatkan hologram paket liburan mewah mereka. "Semua hal baik dari akomodasi dan lain sebagainya akan di urus oleh Lian sebagai hukumannya. Aku harap kau bisa membersihkan dirimu dengan baik kali ini." Tegas Rinto menatap dingin ke arah Lian yang terdiam menunduk. Rinto yang mengenal kinerja Lian sebelumnya berharap penuh kepada Lian untuk sadarkan diri dan bisa membuktikan dirinya kembali. Meski awalnya Adith tidak mengizinkan Rinto, namun Rinto merasa setiap orang berhak mendapatkan satu kali kesempatan. "Sekian dari kami, silahkan kembali bekerja!" Ucap Adith membubarkan mereka. Melihat Adith yang akan melangkah pergi, Vindra dengan cepat menghampiri Adith. "Maaf, apa kali ini direktur akan ikut? Maaf, saya sudah mendengar kalau setiap kali liburan perusahaan direktur tidak ikut. Jadi saya ingin memastikan, sebab saya sangat berharap kalau direktur bisa ikut bersama kami." Tanya Vindra dengan sedikit gugup kepada Adith sebelum ia pergi. Rasa kekagumannya kepada Adith membuat Vindra ingin mengenal Adith lebih dekat. Dengan memastikan kedatangan Adith, maka dua orang lainnya juga akan secara otomatis ikut. "Wahh… kalau direktur beneran ikut, maka kita bisa menikmati liburan bersama 3 pilar perusahaan ini." Ucap seorang pegawai berbisik kepada yang lainnya. "Kau benar, dengan begitu kita bisa lebih banyak melihat mereka. Liburan sekaligus cuci mata, direktur dengan ketampanan yang mustahil, pak Yogi dengan lesung pipinya yang manis serta pak Rinto dengan karakter dinginnya yang menggairahkan." Pegawai lain mulai membayangkan liburan mereka. "Good Job Vindra!" Suara yang lainnya mendukung Vindra dengan sepenuh hati. "Soal itu, aku harus bertanya kepada seseorang dulu. Jika dia mengizinkan ku, tentu aku akan ikut!" Lirik Adith kepada Alisya dengan senyum tipis. "Apa itu…" Vindra ragu sejenak namun menoleh kepada Alisya yang ia ingat direktur pernah berkata kalau Alisya adalah istrinya. Mereka yang tidak mengetahui apa-apa hanya mengira kalau Vindra sedang meminta tolong kepada Yani dan Alisya untuk membantunya bertanya lagi, namun Yani paham akan maksud dari lirikan Vindra. Yani menyenggolnya kuat agar Alisya memberi tanda kepada Adith.  "Apa yang kau lakukan? Mengapa kau diam saja!" Bisik Yani tidak sabaran. "Bagaimana, apa aku bisa pergi?" Sebuah suara terdengar di kepala Alisya yang sedikit membuatnya terkejut.  Alisya kemudian memegang telinganya dan menemukan sebuah alat sudah terpasang disana. Sedang telinga sebelah kanannya adalah alat komunikasi yang ia gunakan sebagai satuan khusus yang hanya ia aktifkan sewaktu-waktu saja. Alisya mengingat bagaimana Adith dengan lembut dan gerakannya yang licin memasang alat tersebut saat dia menciumnya. Meski tak bersuara, alat tersebut dapat menyalurkan gelombang energi otak dari frekuensi yang berbeda ke frekuensi yang ditujunya. "Lagi-lagi kau menciptakan alat yang mesum!" Alisya memaki Adith yang membuat Adith tertawa pelan sedangkan yang lainnya melihat dengan tatapan bingung. "Jadi apakah direktur juga akan ikut bersama kami?" Yani mencoba memastikan tawa dari Adith tersebut. Tidak menjawab, ia kemudian menatap ke arah Alisya. "Pergilah, kau juga butuh sedikit liburan setelah beberapa hari kemarin terus bekerja. "Sepertinya aku akan ikut!" Seru Adith dengan tersenyum simpul setelah mendengar Alisya yang begitu memperhatikannya. Seluruh pegawai yang mendengar Adith akan ikut segera bersorak lebih riuh dari sebelumnya. Mereka saling tos satu sama lainnya dan bahkan ada yang sampai melompat-lompat kegirangan. "Terimakasih banyak direktur!" Vindra berkata dengan sangat bahagia. "Huuufffft, petaka!" Ucap Yogi dan Rinto hampir bersamaan dengan suara yang sangat pelan. Yogi yang harus mempersiapkan pernikahannya mau tidak mau harus terpisah sementara dulu dengan Aurelia yang semakin protektif padanya, sedang Rinto tak begitu suka keluar atau liburan dengan orang banyak. Keduanya melirik kearah Alisya dengan pasrah namun kemudian setuju dengan maksud baiknya. "Tentu aku akan pergi jika itu bersama mu." Terang Adith berjalan keluar dengan berbicara kepada Alisya melalui alat komunikasi mereka yang hanya bergumam melalui pikiran masing-masing. "Sepertinya kau terlihat sangat semangat sekali untuk ikut dalam liburan kali ini." Balas Alisya yang kembali duduk di kursinya mendengarkan Yani dan Vindra yang sedang bergosip ria tentang liburan mereka. "Tentu saja, karena aku harus membuktikan padamu juga mengenai bagianku ini berguna atau tidak." Ucap Adith yang mengingatkan Alisya kepada ucapannya terhadap Vindra sebelumnya. "Dasar mesum!" Maki Alisya kesal. Wajah Alisya seketika memerah dan panas yang membuat Yani jadi khawatir melihatnya. Sedang di sudut lain, Adith tertawa dengan sangat lebar. "Kau sakit? Apa kamu demam? Wajahmu terlihat merah sekali." Yani memegang dahi Alisya yang ternyata tidak ada masalah sama sekali. "A.. aku baik-baik saja!" Jawab Alisya gugup kepada Yani. "Kau butuh sesuatu? Katakan padaku, aku akan mengambilkannya untukmu." Ucap Vindra cepat. "Tidak, aku baik-baik saja hanya sedikit merasa kepanasan." Jawab Alisya lagi dengan mengipas-ngipasi wajahnya. Ucapan Alisya membuat Vindra dan Yani saling bertatapan bingung. Keduanya melirik kearah sekitar mereka dengan AC yang menyala di segala sisi yang bahkan sudah cukup membuat mereka membeku malah masih membuat Alisya merasa panas. Merasa ucapannya seolah seperti sebuah omong kosong dengan semilir angin bertiup menghembuskan selembar daun kering serta suara gagak berbunyi, Alisya bangkit dari tempat duduknya menuju toilet.