Chapter 400 - Menguji Yani dan Vindra

"Tentu saja! Mereka berdua teman sekolahku, kau harus hati-hati kepada mereka berdua. Meski kau mengetahui Riyan adalah seorang tentara yang gagah berani membela negara, namun dia adalah seorang srigala berbulu domba. Sedangkan gubernur yang kamu liat ini, dia juga tak kalah psikopatnya." Seru Alisya santai yang langsung membuat Riyan dan Zein terbatuk-batuk karena udara yang salah masuk saat mereka ingin membantah. "Puffftt hahahhahaahha… kalian berdua memang pantas mendapatkannya." Yogi datang dan duduk di sebelah Riyan. Tak jauh dibelakangnya, Rinto datang dan mengambil tempat sedangkan Adith langsung memeluk hangat Alisya. Alisya hanya bisa pasrah dengan sikap Adith tersebut mengingat Yani dan Vindra juga sudah mengetahui siapa Adith baginya. "Kenapa kalian semua kumpul disini?" Alisya langsung berkomentar saat melihat Karin dan Karan datang serta Ryu dan Akiko juga masuk kemudian. Yani dan Vindra menatap takjub dengan semua orang yang berada disana. Mulut keduanya tak bisa berhenti menganga saat melihat satu persatu orang penting dan luar biasa masuk. "Nona?" Ryu menunduk hormat kepada Alisya yang membuat kepala Alisya sedikit sakit karenanya. "Ayumi siapa sebenarnya dirimu?" Tanya Vindra masih penuh takjub tak mengerti apa yang sedang terjadi saat itu. "Kau selalu saja penuh misteri, kau harus menjelaskan hal ini padaku." Seru Yani merasa sedikit kesal karena tak mengetahui siapa Alisya. Karena orang-orang semakin banyak, mereka akhirnya mengambil tempat yang jauh lebih besar dan cafe tersebut ditutup sementara sebab mereka yang telah menyewa seluruh ruangan yang ada disana. "Apa yang sedang kalian lakukan sebenarnya? Kalian belum menjawab kenapa kalian semua berkumpul disini."  "Bisakah kau tidak bertanya terus? Kejutannya masih belum berhenti disini." Karin memijit pipi Alisya yang kemudian memonyongkan bibirnya. "Puhahahahah… sudah lama aku tidak melihat wajah jelek mu ini!" Karin langsung menarik Kacamata Alisya untuk mempermainkannya. "Kalian masih saja seperti kucing dan anjing setiap kali bertemu." Karan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Alisya dan Karin saling bertengkar. "Biarkan saja, rasanya kita seperti kembali ke masa lalu." Adith meminum jus jeruknya. "Maaf, sepertinya kami permisi saja!" Yani merasa kurang nyaman dan tidak pantas berada disana. "Benar, masih ada beberapa pekerjaan yang harus kami lakukan." Tambah Vindra yang dengan kompak menunduk sopan sebelum melarikan diri. Keduanya yang berada disana bagaikan dua biji wijen yang tidak sengaja jatuh di atas kumpulan intar permata dan mutiara serta berlian yang sangat berharga. Merasa diri berbeda, keduanya memilih untuk melarikan diri secepatnya. "Mau kemana kalian?" Alisya yang sedang mencekik leher Karin dengan lengannya segera menghentikan langkah Yani dan Vindra. Rinto dan Ryu sudah berada di hadapan keduanya dengan tatapan dingin yang mengancam. "Maaf Ayumi, tapi sepertinya kami tidak seharusnya berada disini lebih lama." Yani tersenyum kecut dengan tubuhnya yang mulai bergetar gugup. "Benar, aura disini terlalu menekan. Orang kecil sepertiku tidak pantas berada satu meja dengan kalian." Lanjut Vindra juga merasakan kegugupan yang sangat besar. "Benarkah? Tidak pantas berada satu meja yah?" Alisya melepaskan cekikannya dan mulai melepas ikatan rambutnya serta gigi palsunya yang ia masukkan kedalam sakunya setelah dibungkus dengan tisu melangkah perlahan-lahan. "Jika kau merasa seperti itu, maka bukankah harusnya kalian juga tidak pantas untuk menggunakan matamu itu melihat kami?" Adith menoleh dengan tajam. "Kalian juga seharusnya tidak pantas untuk menghirup udara yang sama dengan kami!" Lanjut Riyan dengan suaranya yang berat. "Tidak pantas menginjak bumi yang sama dengan kami." Zein ikut menambahkan dengan mengangkat satu kaki dengan sombong. Melihat aura mereka semua tiba-tiba berubah,  Yani dan Vindra segera mengambil jalan lain untuk melarikan diri menghidari Rinto. "Tidak pantas untuk dibiarkan keluar dari ruang ini dengan hidup-hidup!" Yogi segera menghentikan langkah kaki Yani dan membuatnya mundur perlahan-lahan. "Jika tidak pantas se meja dengan kami, itu artinya kalian harusnya dimusnahkan saja!" Karin yang sudah berada di hadapan Vindra membuat Yani dan Vindra gemetar ketakutan. Mereka berdua seolah sedang berada dalam bahaya karena telah membuka kotak pandora tentang kebenaran Alisya yang sebenarnya. "A… aku akan melakukan apapun asal kalian bisa memaafkan dan melepaskan kami." Yani berkata dengan tubuh yang gemetar dan wajah yang pucat. "Apa yang bisa kau tawarkan dengan tubuh rapuh mu itu?" Rinto mengambil langkah mendekat dengan tatapan tajam yang membuat kaki Yani semakin lemas. "Ka… kalau begitu, apa yang harus ka.. kami lakukan agar kalian bisa melepaskan kami? Lepaskan saja dia dan aku akan menyerahkan nyawaku kepada kalian. Aku akan menggantikan dia." Vindra memasang tubuh untuk melindungi Yani dari mereka semua. "Vindra, kau bodoh. Bukan begitu caranya bernegosiasi, siapa yang mengizinkan mu untuk menyerahkan nyawamu. Tidak, kita harus keluar bersama-sama." Yani yang meski katakutan begitu mendengar Vindra memberikan hal yang berbahaya membuat otaknya kembali berpikir dengan baik. "Plakk plakkk bukkkk!!!!" Sebuah pukulan keras mengenai tubuh Yogi, Rinto, Ryu dan juga Karin. "Hentikan itu, kalian sudah membuat mereka sangat ketakutan! Maafkan mereka, mereka memang suka keterlaluan jika menguji orang lain." Akiko segera meminta maaf dengan menunduk dalam. Saat wajah mereka kembali cerah dan suasana yang sebelumnya gelap menjadi lebih hangat, Yani menjatuhkan tubuhnya yang langsung ditangkap oleh Rinto. "Maafkan kami, tapi kalian akan terbiasa dengan hal seperti ini kedepannya nanti." Rinto menggunakan tubuhnya sebagai tempat Yani bersandar tanpa memegang tubuh Yani sama sekali. Vindra tak mengatakan apapun dan hanya jatuh bertekuk lutut karena tubuhnya melemas. Ia mengira kalau hidupnya sudah berakhir saat itu. Beberapa dari mereka hanya tertawa dengan pelan. Alisya segera mengangkat tubuh Yani dan memeluknya dengan erat sebagai bentuk rasa bersalahnya. "Maafkan aku, tapi aku perlu melihat sejauh mana karakter kalian sebelum aku membongkar siapa diriku yang sebenarnya." Alisya memberikan segelas air minum kepada Yani dan membuatnya tenang. Adith yang juga merasa bersalah kepada Vindra segera membantunya bangkit dan melakukan hal yang sama seperti Alisya kepada Yani. "Melihatmu tetap berusaha tenang dan tak meninggalkan temanmu adalah hal yang sangat gentle. Seorang laki-laki yang melarikan diri demi keselamatannya tentunya adalah orang yang akan dengan mudah saya hancurkan." Jelas Adith memuji sikap tangguh Vindra. "Dan karena kamu juga tak egois memikirkan keselamatan diri sendiri dan bahkan memikirkan orang lain membuat kami berpikir bahwa kalian berdua pantas untuk berada disini." Karin datang menghampiri Yani dan memeriksa denyut nadinya. "Jangan pernah meremehkan diri sendiri, karena setiap orang dimata yang maha kuasa adalah sama. Dan kami bukanlah malaikat atau dewa." Riyan tersenyum tulus.